Tes.... Tes.... Tes

     Cairan merah lekat mengenai kedua tangan Lesya, dengan sigap ia mengambil tissue dan membersihkan darah yang mengalir dari hidungnya namun darah terus mengalir dari hidungnya. Pikirannya Lesya melayang, itulah Lesya jika penyakitnya kambuh akan berfikir bahwa dirinya akan berdekatan dengan ajal kematian.

   ~ ~ ~

Kring.... Kring.... Kring

    Jam alarm terus berbunyi membuat Lesya bising untuk mendengarkannya, Lesya matikan jam alarm miliknya dan memilih untuk tertidur kembali. Setelah beberapa menit Lesya mengerjapkan matanya dan mulai ambil posisi duduk dan melentangkan wajahnya sambil menguap, ia masih mengumpulkan nyawa untuk menjalani kehidupan dihari ini, setelah full sadar ia mendongak ke arah jam alarm dengan gerakan cepat ia menerobos kamar mandi karena dia baru sadar jika 20 menit lagi gerbang sekolahnya akan tertutup rapat dengan gesit Lesya bersiap-siap dan langsung keluar dari rumahnya. Dengan kecepatan tinggi, mobil sport miliknya membelah perjalanan kota yang mulai ramai, dengan cekatan ia andil dalam menyetir karena Lesya adalah pembalap motor dan mobil. Lesya memakirkan mobilnya tepat disebelah motor milik Rayhan dan segera keluar dari mobilnya, ia mulai melangkahkan kakinya untuk memasuki area sekolah, dengan langkah biasa dan ekpresi wajah yang terlihat cuek mampu membuat siswa/i memandangnya sok.

   "Lesya,"

   Lesya membalikkan badannya ketika seseorang memanggilnya.

   "Sekarang full latian yah, gue tunggu dikelas dan sekolah udah buat surat dispen buat hari ini, lo lupa besok kita ada pensi sekolah?" tanya Yuda yang terus mengembangkan senyumannya.

   "Iya." jawab Lesya.

   "Gue tunggu Les, yang lainnya udah pada kumpul semua." ujar Yuda yang kemudian pergi keruang musik.

    Lesya melangkahkan kakinya ke kelasnya, seketika seisi kelas diam dan semuanya mendesis tidak suka, tapi tidak dengan Via dan Gilang yang justru senyum kepada Lesya.

   "Les," panggil Gilang dengan pelan.

   "Iya?"

   "Besok semangat!" timpal Via yang tersenyum.

   "Iya." ujar Lesya yang kemudian melenggang keluar dari kelasnya.

   Rasanya sakit ketika semua orang mencemoh dan mengihinanya, walau ini hanya karena kesalah pahaman bukan aksi nyata dari Lesya sendiri.

   Serasa tidak ada guru yang akan datang ke kelasnya, Lesya berinisiatif pergi ke Ruang Musik. Ia hanya diam saat melewati koridor kelas, karena tatapan dan cibiran dari siswi tertuju kepadanya. Saat berada di depan Ruang Musik, ia masuk dan terkejut ketika teman band sudah stay di dalam ruangan.

   "Tuh orangnya udah dateng." ujar Dina yang tengah memainkan gitar listriknya dengan lihai.

   "Maaf gue telat."

    Semuanya mengangguk mengerti ketika Lesya meminta maaf.

   "Gimana kalo mulai latiannya?" tawar Yuda.

    Semua berlatih dengan sungguh-sungguh apalagi dengan Lesya ia harus menyiapkan suara merdunya untuk besok, band sekolahnya akan mempersembahkan lagu Hanya Rindu dan Menepi. Semuanya tampak sangat serius, Lesya yang berusaha belajar menyanyi dengan suara tinggi dan rendah, begitu juga dengan Dina yang terus memetik senar gitarnya dan Yuda yang cool dalam menabuh dream dan Syilla yang lihai dalam memencet not piano disetiap anak tangga, semuanya nampak sempura, mereka sudah siap jika besok akan tampil menjadi pembuka acara dan penutup acara pensi sekolahnya.

Lesya Story (END)Место, где живут истории. Откройте их для себя