Part 49

15.6K 695 30
                                    

Karen menatap sang putra yang terbaring di ranjang dari balik kaca. Dirinya hanya bisa melakukan hal tersebut karena dokter melarangnya untuk masuk ke dalam. Karen hanya menurut. Dirinya tahu itu semua demi kebaikan putranya. Tapi hatinya menjerit saat ini. Ia ingin menemani sang putra melewati rasa sakit yang menggerogoti tubuh kecil tak berdaya itu. Namun, tak ada yang bisa Karen perbuat. Keadaan yang memaksa dirinya menerima semua ini.

Regan menghela napas dalam. Ia merasa tak berguna karena tak dapat melakukan apa-apa. Regan berjalan mendekat ke arah Karen. Ia menepuk pelan pundak Karen dan membuat sang empunya membalikkan badannya.

"Everything will be okay. Trust me...." ucap Regan seraya tersenyum tipis.

"I hope so... Aku tak tega melihat Danish terbaring lemah seperti itu, Re. Aku takut. Kalau saja Tuhan memberinya kesembuhan dengan cara menukarkan nyawaku pasti akan aku lakukan"

"Ssst...., kamu tak boleh berbicara seperti itu. Putra kita anak yang kuat. Aku yakin semua akan baik-baik saja. Kita akan melewatinya bersama-sama"

"Entah apa yang telah aku perbuat di masa lalu sehingga Tuhan memberi hukuman padaku lewat putraku. Dia tidak bersalah, bahkan dia tak tahu apapun"

"Karen, dengarkan aku. Semua ini ujian untuk kita dari Tuhan. Ingatlah satu hal, Tuhan memberikan hambanya ujian karena Dia yakin dengan kemampuan hambanya untuk melewati semua ujian dari-Nya. Bukankah setelah badai akan ada pelangi"

Karen hanya menganggukkan kepalanya. Meskipun begitu, air mata tak henti-hentinya keluar dari pelupuk matanya. Dirinya tahu, ini ujian terberat bagi seorang ibu yang melihat putranya terbaring tak berdaya tanpa melakukan apapun.

Regan membawa Karen ke dalam pelukannya. Karen tak menolak ataupun membalas pelukan Regan. Wanita yang terlihat sangat tegar nyatanya sangat rapuh. Jujur saja Regan juga takut dengan semua kemungkinan yang akan terjadi pada putranya. Regan selalu berucap dalam hati semua akan baik-baik saja. Semoga....

"Dimana Leya? Aku tak melihatnya, ku kira dia bersamamu" tanya Karen.

"Aku menyuruh sopirku untuk mengantarnya pulang. Sekarang kau ikut denganku, aku tahu kau belum makan sejak siang. Kita makan malam bersama" ucap Regan.

Karen menggeleng lemah.
"Aku tidak lapar, Re. Kau makanlah duluan"

"Jangan keras kepala.Kau tahu aku tidak suka penolakan, Karen. Ikut aku sekarang, kita makan bersama" Regan menarik pelan tangan Karen menuju restauran yang tak jauh dari rumah sakit.

Sesampainya di sana, Karen hanya menatap lemah ke arah makanan yang tersaji di hadapannya tanpa ada niatan untuk memakannya.

"Karen, aku mohon jangan seperti anak kecil. Kau harus makan. Kalau kau sakit, siapa yang akan menjaga putra kita?"

Karen menganggukkan kepalanya lalu memasukkan sendok ke dalam mulutnya. Benar apa yang dikatakan Regan. Dirinya harus sehat untuk tetap bisa menjaga Danish.

Regan tersenyum tipis melihat Karen menuruti perkataannya. Wanita yang sama yang membuatnya jatuh cinta. Wanita yang mengambil separuh napasnya. Wanita yang menjadi belahan jiwanya. Wanita yang membuatnya gila empat tahun lalu karena pergi dari sisinya. Wanita yang memberikannya seorang anak yang sangat tampan. Mungkin banyak wanita di luaran sana yang akan bertekuk lutut di hadapannya. Tapi hanya Karen yang menduduki hatinya. Berlebihan memang, tapi itulah kenyataannya.

Regan berjanji akan membuat wanita di hadapannya saat ini untuk kembali ke sisinya. Apapun yang terjadi, ia sudah bertekad untuk membawa Karen ke dalam pelukannya. Kalau bukan demi dirinya, ia melakukan semua ini demi putranya, Danish. Danish membutuhkan kedua orang tuanya di sisinya. Meskipun Regan yakin Karen mampu menjadi ibu sekaligus ayah yang hebat bagi putranya. Namun, ibu tak akan pernah bisa menggantikan sosok ayah selamanya.

Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅Where stories live. Discover now