Part 10

29.9K 1.2K 7
                                    

Malam ini, Regan dan Karen memutuskan untuk menginap di rumah orang tua Regan. Semua orang sudah berkumpul di ruang makan, termasuk keluarga Hendrawan. Karen dan Dhiva membantu sang mertua untuk menghidangkan makanan diatas meja. "Selamat makan.." ucap mamah Regan kepada semua orang.

"Tante Karen, Dhyara boleh minta suapin ngga?" Tanya Dhyara. "Dhyara sayang, mama aja yang nyuapin yah. Kan tante Karen mau makan" jawab Dhiva. Dhyara menggeleng. "Ngga papa kok kak, sini sayang. Biar tante yang suapin" Karen tersenyum lalu berniat menggendong Dhyara ke pangkuannya. Tiba-tiba Dhyara menggeleng lagi. "Dhyara kenapa sayang? Ngga mau disuapin sama tante?" Karen mengerutkan dahinya. "Dhyara mau dipangku sama Om Regan. Ya om?" Dhyara menarik lengan Regan. Regan mengangguk lalu memangku ponakannya itu. "Dhyara mau makan apa?" Tanya Karen. "Sama ayam aja deh tante" jawab Dhyara. Karen lalu mengambil ayam lalu menyuapkannya ke mulut Dhyara.

"Om Regan, kenapa ngga makan?" Tanya Dhyara. "Kan Dhyara di pangkuan om, gimana om bisa makan?" Jawab Regan. "Ehm.. iya juga ya, aha.. Dhyara punya ide. Tante suapin aja omnya". Regan dan Karen saling menatap. "Oh, ayolah tante. Suapin om Regan" sambung Dhyara. Karen mengangguk lalu menyuapi Regan dan Dhyara secara bergantian. "Terus tante makannya kapan?" Dhyara tampak berpikir. "Om Regan gantian suapin tante Karen" pekiknya. Regan tampak diam, lalu menyendokkan nasi dan menyuapkan ke mulut Karen.

"Eleh.. ada yang umbar kemesraan disini. Jangan buat diriku iri!!" Ucap Kevin. "Makanya cepetan cari istri, kata muka ganteng. Kok ngga ada satupun cewek nyantol sama lo" celetuk Dhika. "Oh ayolah, kak. Gue itu ngga mau asal-asalan nyari cewek. Milih presiden untuk lima tahun kedepan aja pikir-pikir dulu, apalagi ini buat pendamping seumur hidup" jawab Kevin. "Alah.. bilang aja ngga ada yang mau sama lo" Dhika tersenyum mengejek. "Kakak itu ngga boleh ngomong kayak gitu sama kak Kevin" sahut Amanda. "Terimakasih adikku yang paling cantik" kata Kevin. "Kak Dhika ngga usah jujur-jujur amat, emang ngga ada yang mau sama cowok kayak kamu kak. Tabahkan hatimu" Amanda menepuk pundak Kevin.

"Yeii.. gue kira lo mau belaiin gue, gue jitak juga pala lo". "Mamah.." rengek Amanda. "Ish.. kalian bertiga ini kalau ketemu selalu aja ribut" ucap mamah Kevin. Semua orang tertawa melihatnya.

"Re, mamah pengen deh segera punya cucu dari kalian" ucap mamah Regan. "Uhuk-uhuk.." Karen hampir tersedak mendengarnya. Reflek Regan memberinya segelas air. "Kamu ngga papa kan?" Tanya Regan sambil mengelus punggung istrinya. "Apa mamah salah bicara?" Wajah mamah Regan tampak khawatir. "Ngga kok ma, tapi mungkin belum waktunya" jawab Regan.

Selesai makan malam, semua orang kembali berkumpul diruang keluarga. "Ini enaknya ngapain, ya?" Kevin nampak berpikir dengan mengetukkan jarinya didagu. "Gimana ķalau kita karaokean saja" usul Dhika. "Kakakku yang paling tampan, Mahardhika Hendrawan. Apakah tidak ada usul yang lebih mainstreem lagi?" Kevin berkacak pinggang. "Kita nonton film horor saja, gimana?" Celetuk Dhiva.

"Film horor? Ngga, maksudku itu bukan ide yang bagus" ucap Karen gugup. "Memang kenapa? Kau takut PANDA?" Ucap Regan menekankan kata panda sambil menaikkan satu alisnya. "Ti...tidak, siapa bilang aku takut. Aku berani" Karen mengangkat dagunya. "Oke, fiks kita nonton film horor. Kebetulan kemarin aku baru membeli sebuah DVD. Sebentar akan kubilkan dikamar" Kevin berlari kearah kamarnya.

Semuanya sudah duduk ditempatnya. Karen duduk disamping Regan. "Oh Tuhan, bantu Hambamu ini" batin Karen sambil menutup matanya. "Semua siap??" Kevin sudah memegang remot TV ditangannya. Semua orang mengangguk, berbeda dengan Karen yang meremas pinggiran sofa. Dhyara sudah tertidur setelah makan malam.

Suasana menjadi hening, Dhiva sesekali berteriak dan memeluk pinggang suaminya. Sementara Karen masih memeluk bantal dan menyembunyikan wajahnya. Ide jahil terlintas di otak Regan. Tangan Regan menepuk pundak Karen. Karen merasakan pundaknya ditepuk, ia menoleh. Tak ada siapapun. Regan kembali melakukannya, begitupun Karen. Kali ini Regan meniup tengkuk Karen. Karen merasa bulu kuduknya berdiri. Regan ingin sekali tertawa, namun ia menahannya sekuat tenaga. Ia melakukannya lagi. "Aaaaa...." teriak Karen tiba-tiba. Semua orang langsung menatap kearahnya.

"Ada apa Ren?" Tanya Mamah Regan khawatir. "Tadi ada yang nepuk pundak Karen, terus pas aku tengok ngga ada siapa-siapa. Kemudian tadi aku rasa ada yang niup belakang leher aku, tapi kan ngga ada angin ma" jelas Karen dengan nafas memburu.

"Bwahaha.. ha.ha..ha" tawa Regan pecah. "Kamu kenapa tertawa, Re?"tanya papa Regan. "Ooo... pasti ini ulah kamu, iya kan? Ngaku" Karen melihat Regan dengan tatapan menyelidik. "Habis, kamu lucu banget ha..ha...ha" ucap Regan disela-sela tawanya. "Tuh kan, ah kamu, ini ngga lucu tau. Udah ah, aku mau kekamar" Karen berdiri dan menuju kekamarnya.

"Ish, dasar anak nakal. Tuh mantu mamah jadi ngambek kan. Minta maaf sana" ucap mamah Regan sambil menjewer kuping Regan. "Aa.. mamah sakit tau" Regan memegang kupingnya. "Gih sana minta maaf sama Karen". "Iya-iya" Regan berdiri dan beranjak kekamarnya.

Karen menutup tubuhnya dengan selimut tebalnya. Ia berusaha menutup matanya tapi sebuah tangan merengkuh pinggangnya. "Hei, kau masih marah denganku?". Suara itu sangat familliar ditelinganya. Siapa lagi kalau bukan Regan. "Ayolah, kau tidak akan memaafkanku?" Regan masih berusaha. "I'm sorry, can you forgive me? Please..". "Hmm..". "Terimakasih karena memaafkanku" ucap Regan senang. "Siapa bilang aku memaafkanmu?" Karen membuka suara. "Tadi kau berdehem, dan itu kuanggap kau sudah memaafkanku" ucap Regan. "Aku belum memaafkanmu" Karen mengubah posisinya menjadi duduk. "Ayolah Ren, tadi aku cuma bercanda. Maaffin aku yah? Kamu ngga kasihan sama suami tampanmu ini?" Regan membuat wajahnya semelas mungkin.

"Oke, aku maafin tapi, ada syaratnya" ucap Karen. "Syarat? Syarat apaan coba". "Syaratnya adalah kamu harus joget" jawab Karen. "Joget? Oh come on, I can't dance. Kamu ganti aja deh syaratnya" bujuk Regan. "Ngga mau ya sudah" balas Karen. "Oke fine, aku ngalah" ucap Regan pasrah lalu berdiri. Ia menyalakan musik lalu berusaha mengikuti alunan musik itu dengan gerakan tubuhnya. Regan menggerakkan tubuhnya sangat kaku dan berhasil mengundang tawa Karen. "Kamu joget persis ulat bulu ha..ha..ha.." tawa Karen meledak.

"Puas?" Regan berkacak pinggang. "Oke, aku maafin. Daripada kamu joget terus bikin mata aku sakit" ucap Karen disela-sela tawanya. Regan lalu beranjak dan duduk disamping Karen. "Tapi aku sexy kan kalau joget?" Goda Regan. Karen memperagakan orang yang lagi muntah. "Mual aku dengernya Re" ucap Karen. "Oh My God, Are you okay? Padahal aku belum apa-apain kamu, kenapa kamu bisa hamil?" Regan menyenggol lengan Karen. "Ish, kamu apaan sih? Gaje banget" Karen melipat tangannya didepan dada. "Tapi kamu suka kan? Iya kan?" Regan mencolek dagu Karen. Karen menahan senyumnya. "Udah ah, aku ngantuk, aku mau tidur" ucap Karen lalu kembali berbaring.

"Good night, sayang. Mimpi indah" ucap Regan lalu ikut berbaring bersama Karen dan memeluknya. Entah kapan dua insan itu memasuki alam mimpinya.

***

Tbc...

Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅Where stories live. Discover now