Part 35

19.2K 862 35
                                    

Sebelum baca, boleh dong tekan tombol 🌟 di pojok....

Happy Reading...

Empat tahun kemudian...

"Danis, jangan lari..., habiskan dulu makananmu" teriak seorang wanita dengan berlari mengejar seorang bocah berusia tiga tahun.

"Tidak, aunty. Danis sudah kenyang. Danis mau makan ice cleam, aunty" ucap seorang bocah tampan dengan rambut hitamnya.

"Ya, aunty janji akan memberimu ice cream jika Danis mau menghabiskan makanannya"

"Plomise??" ucapnya cadel dan mengulurkan jari kelingkingnya.

Sementara wanita yang dipanggil aunty itu hanya tersenyum dan menautkan jari kelingkingnya di jari mungil milik Danis.

"Danis, kau tidak boleh seperti itu sayang. Kasihan aunty Salma. Danis harus menghabiskan makanannya. Ingat, di luar sana masih banyak yang tidak bisa merasakan nasi untuk makan, sayang" Ucap seorang wanita yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Baik, bunda. Danis janji akan menghabiskan makanan Danis. Tapi aunty Salma juga halus janji, nanti akan membelikan Danis ice cleam yang banyak" ucapnya dengan mata berbinar.

Karen hanya tersenyum menatap putranya itu. Ia sangat bersyukur dengan karunia yang diberikan Tuhan padanya dalam wujud malaikat kecil yang selalu membuat harinya berwarna. Daniswara Byantara Atmadja. Buah cintanya bersama dengan Regan.

"Kemarin Danis kan sudah makan ice cream, jadi hari ini Danis ngga boleh makan lagi sayang. Nanti kalau Danis sakit bagaimana? Kan bunda jadi sedih" ucap Karen dengan mimik yang dibuat sedih.

"Bunda jangan sedih, Danis ngga akan makan ice cleam lagi kok. Danis janji" ucap Danis seraya memeluk kaki ibunya.

Inilah yang membuat Karen sangat bahagia dengan kehadiran putranya. Danis tidak akan membuatnya menjadi sedih.

Karen mensejajarkan tingginya dengan bocah berusia tiga tahun itu. Setiap kali Karen memandang wajah putranya, maka ia akan teringat akan wajah ayah dari anaknya itu. Mata yang sama, hidung yang sama, bibir yang sama dan juga garis wajah yang sama. Siapapun yang melihat mereka berdua pasti akan langsung mengatakan jika mereka adalah ayah dan anak.

Karen tersenyum dan menangkup wajah Danis. "Anak bunda pinter banget, sih"

"Pasti dong, bun. Danis kan udah gede" ucapnya sambil berkacak pinggang.

Dua orang wanita dewasa tertawa dengan tingkahnya itu.

"Kalau begitu, Danis harus habiskan makanannya"

"Okay aunty, tapi nanti aunty harus belikan Danis Tayo, bagaimana?"

"Baiklah, sekarang habiskan dulu makanannya" Ucap Salma pasrah.

Karen hanya tersenyum melihat anaknya itu. Danis sangat pandai melakukan penawaran. Dan menurutnya, Salma terlalu memanjakan putranya itu. Karen sempat melarang Salma untuk jangan terlalu memanjakan Danis, tapi Salma mengatakan tak apa, toh Danis juga masih kecil. Apa yang bisa Karen perbuat jika sudah seperti itu?

Danis segera menghabiskan makanannya dengan disuapi oleh ibunya. Karen mengambil alih tugas Salma untuk menyuapi Danis, karena wanita itu harus bekerja. Setelah selesai dengan acara makan, Karen mengajak Danis pergi ke rumah sakit.

Inilah rutinitas Karen setiap satu bulan sekali, mengantar anaknya untuk check up karena penyakit yang diderita bocah malang itu, Leukimia. Karen sangat terpukul ketika dokter menyampaikan berita itu kepadanya satu tahun yang lalu. Ribuan jarum seakan menghujam ulu hatinya. Bagaimana tidak? Bocah yang baru berusia tiga tahun harus merasakan sakit yang barang tentu tidak bisa ditahan oleh orang dewasa. Dan Danis harus merasakan itu semua.

Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅Where stories live. Discover now