Part 38

19.1K 918 39
                                    

Leukimia

Jawaban singkat Karen membuat tubuh Regan menegang seketika. Putra kecilnya mengidap penyakit yang bahkan tak pernah terbayang dalam hidupnya sekalipun. Bagaimana bisa tubuh kecil itu merasakan sakit seperti ini? Ia semakin merasa tak becus menjadi seorang ayah. Bahkan ia tak tahu jika putranya sangat membutuhkan dirinya disampingnya.

Regan semakin merutuki kebodohannya. Entah apa yang telah Regan perbuat di masa lalu hingga Tuhan menghukumnya seperti ini? Mengapa tidak dirinya saja yang terkena penyakit mematikan itu? Mengapa harus putra kecilnya yang bahkan belum mengerti apapun?

Netra hitam milik Regan memandang ke arah pintu IGD dengan tatapan kosong. Raganya memang sedang di sini, tetapi tidak dengan fikirannya yang entah kemana. Hingga suara pintu yang terbuka, membuyarkan lamunan Regan.

Karen yang melihat dokter Chintya keluar dari ruang IGD segera menghampirinya. Ia menghapus kasar air mata yang masih setia mengalir dari pelupuk netranya.

"Bagaimana keadaan Danis, dok? Apakah dia baik-baik saja? Mengapa dia tiba-tiba pingsan seperti tadi? Jangan hanya diam dok, cepat katakan bagaimana kondisi putraku?"

"Karen tenanglah..." ucap Regan seraya mengusap bahu milik Karen.

"TENANG KATAMU?? ANAKKU SEDANG SEKARAT DIDALAM SANA, DAN KAU MENYURUHKU UNTUK TENANG?" bentak Karen.

"Karen, tenangkan dirimu. Keadaan Danis sudah membaik, beruntung kalian cepat membawanya kemari sehingga langsung mendapatkan penanganan"

"Syukurlah...." ucap Karen seraya memejamkan matanya.

"Tapi, seperti yang saya katakan kemarin, Danis harus segera mendapatkan donor sumsum tulang belakang. Sehingga bisa menggantikan sel-sel tubuh Danis yang sudah rusak"

"Kalau begitu ambil saja sumsum tulang belakangku, aku siap dokter. Apapun akan aku lakukan demi kesembuhan putraku" ucap Karen

"Seperti yang sudah saya katakan, Karen. Semua ada prosedurnya, Karen. Kita tidak boleh gegabah"

"Kalau begitu kita lakukan tes nya sekarang juga"

Dokter Chintya menganggukkan kepalanya. Ia menuntun Karen untuk mengikuti langkahnya menuju laboratorium rumah sakit. Melakukan prosedur sesui dengan kode etik kedokteran.

Sementara Regan masih terduduk di depan ruang IGD. Dirinya masih termenung setelah menerima bentakan pertama yang keluar dari mulut Karen. Selama dirinya mengenal wanita itu, ini kali pertamanya Karen berbicara dengan nada tinggi.

Karen yang biasanya akan berbicara dengan lembut dan senyum manis yang selalu terpatri di wajah ayunya, seketika hilang entah kemana. Mungkin ini pengaruh kekhawatiran seorang ibu kepada anaknya.

Regan menatap kearah depan ketika petugas membawa tubuh lemah Danis yang terbaring di brankar rumah sakit keluar dari ruang IGD.

"Mau dibawa kemana anakku?" tanya Regan seketika berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri dua orang petugas tersebut.

"Pasien akan dipindahkan ke ruang rawat, tuan"

Regan menganggukkan kepala kemudian mengikuti dua petugas tersebut. Danis dipindahkan ke ruang rawat biasa karena kondisinya yang semakin membaik. Meskipun sel kanker dalam tubuhnya belum hilang.

Setelah mengikuti dan mengetahui dimana letak ruang rawat Danis, Regan kembali ke depan ruang IGD untuk menjemput Karen. Pasalnya Karen tidak tahu bukan jika putranya, ralat putra mereka berdua sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa.

Setelah beberapa saat menunggu hanya ditemani keheningan rumah sakit. Suara langkah seseorang yang mendekat berhasil membuat kepala Regan menoleh kearah sumber suara. Dilihatnya wanita yang berstatus sebagai ibu dari anaknya itu sedang berjalan kearahnya dengan tatapan yang lesu dan tak bergairah sama sekali.

Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang