Part 40

19.2K 805 26
                                    

Karen dibuat kesal dengan tingkah Danish. Bagaimana tidak? Sejak semalam dirinya tidak mau Regan kemana-mana. Bahkan sampai sekarang Danish masih enggan melepaskan tangan mungilnya dari baju Regan.

"Danish, kamu tidak boleh seperti ini sayang. Ayah harus pergi bekerja" bujuk Karen.

"Tidak mau, bunda. Nanti ayah pergi ninggalin Danish lagi. Danish ngga mau bunda"

"Ayah tidak akan kemana-mana sayang. Ayah janji..." ucap Regan seraya mengusap lembut puncak kepala Danish.

"Ayah janji?"

"Ayah janji..." ucap Regan seraya mengusap lembut puncak kepala Danish.

Jujur saat ini Regan merasa sedih dan bahagia secara bersamaan. Bagaimana tidak? Regan merasa bahagia karena ia memiliki anak yang sangat menyayanginya dan tak ingin ditinggalkan olehnya. Pun Regan merasa sedih karena kebodohannya semua ini terjadi. Anaknya yang menjadi korban.

Tapi sudahlah, mungkin ini jalan takdir yang harus dilalui oleh Regan. Bukankah Tuhan selalu memberikan kesempatan kedua untuk semua umatnya? Dan ini adalah kesempatan baginya. Regan berjanji tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

"Re, kau boleh pergi. Biarkan Danish disini bersamaku. Bukankah kau harus bekerja hari ini?" ucap Karen.

"Apa kau mengusirku?"

"Bukan....bukan itu maksudku. Kau boleh pergi karena kau harus bekerja bukan, lagian kau bisa kesini lagi jika selesai bekerja" ucap Karen gugup.

Regan tersenyum. "Aku hanya bercanda, Karen. Kenapa kau menganggapku serius seperti itu? Aku akan pergi setelah ini"

Karen tersenyum kikuk. Oh, ayolah Karen, kenapa kau merasa gugup seperti itu. Karen merutuki kebodohannya.

"Danish, biarkan ayah pergi sayang. Ayah harus bekerja. Danish disini sama bunda, oke?"

"Tapi ayah janji akan kesini lagi kan bun?"

"Iya sayang, ayah pasti akan kesini lagi"

"Ayah janji?"

Regan hanya menganggukan kepalanya.
"Kau tidak mau mengantarku hingga ke depan pintu?" ucapnya ke arah Karen.

"Eh.... kau kan tahu dimana jalan keluarnya. Kenapa aku harus mengantarmu?"

Sudah cukup Regan, usahamu hanya sia-sia saja. Karen tak akan melakukan itu untukmu. Tidak semudah itu menaklukan hati wanita yang telah engkau sakiti meskipun dibibirny terucap kata maaf.

"Baiklah, kalau begitu aku pergo dulu. Sampai jumpa nanti sore.." ucap Regan lalu berlalu meninggalkan ruangan Danish.

Regan berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan langkah lebarnya. Ada sedikit raut kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya dibandingkan dengan biasanya. Senyum yang dulu hilang kini mulai nampak kembali.

Regan mengendarai mobil mewahnya membelah jalanan ibu kota. Senyum yang selalu terpatri diwajahnya menambah kesan tampan didirinya. Kebahagiaannya yang hilang telah kembali. Alasannya tersenyum sudah kembali dan dia berjanji kepada dirinya sendiri untuk menariknya kembali dalam pelukannya.

Regan sampai di kantornya. Ia lalu berjalan ke ruangannya. Para karyawan mulai tertunduk melihat sang atasan berjalan. Bahkan ada yang menyingkir dari hadapan Regan karena tidak ingin menghalangi jalan atasannya itu.

Mereka semua tidak ingin bernasib sama dengan para karyawan yang telah dipecat Regan karena masalah sepele. Bukankah itu mengerikan? Regan memecat karyawannya hanya saja ia mendahului langkah Regan, menjawab perkataan Regan dan yang lebih parah lagi, saat ada karyawan yang memakai kemeja warna kuning, Regan langsung memecatnya karena alasan ia tak menyukai warna itu. Oh ayolah, apakah itu alasan yang logis?

Langkah Regan terhenti ketika ada seorang OB sedang mengepel lantai yang akan dilewati Regan. Pria tua itu menatap ketakutan ke arah sanga atasan. Seluruh pekerja tahu sikap kejam atasannya itu.

"Ma.....maafkan saya pak, saya tidak tahu jika bapak akan melewati lantai ini. Biar saya keringkan terlebih dahulu" ucapnya seraya menundukkan kepala karena takut.

Regan tak bergeming. Ia hanya menatap datar ke arah pria tua yang sedang menunduk ketakutan didepannya itu.

"Tolong jangan pecat saya, pak. Saya mohon pak, anak saya sedang sakit dan butuh perawatan di rumah sakit. Pekerjaan ini adalah satu-satunya pencaharian saya, pak"

Regan menepuk pundak bapak tua renta itu.
"Siapa nama bapak?"

"Ujang, pak"

"Pak Ujang tak perlu khawatir, saya tidak akan memecat bapak.  Dan tentang anak bapak, semua biaya perawatannya akan ditanggung oleh perusahaan" ucap Regan tersenyum.

"Terima kasih, pak.. Terima kasih..." ucap Pak Ujang.

Regan tersenyum kembali sebelum melanjutkan langkahnya menuju ke ruangannya. Para karyawan yang melihat kejadian langka itu hanya melongo heran. Bagaimana tidak? Pria yang selama ini bersikap dingin itu tersenyum. Pria yang terkenal karena sikap semena-menanya itu membantu orang lain. Mungkin inilah yang dimaksud dengan keajaiban dunia.

Setelah menaiki lift, Regan sampai di depan ruangannya. Dilihatnya sang sekertaris yang sedang membolak-balik kertas di mejanya. Sambil tersenyum, Regan menghampiri meja sekertarisnya.

"Selamat pagi, Rosa"

Merasa ada yang menyapanya, Rosa mendongakkan kepalanya dan betapa terkejutnya dirinya saat melihat bosnya itu berdiri di hadapannya. Ada badai apa yang menerjang kepala seorang Regan Dioca Atmadja hingga membuatnya menyapa dirinya dan jangan lupakan senyuman manis dibibirnya itu.

"Eh,.. pagi pak" jawabnya gugup.

"Apa jadwalku hari ini?"

"Tidak ada yang mendesak, pak. Bapak hanya ada pertemuan dengan kolega bisnis dari Kalimantan. Itupun sebelum makan siang dan dilanjutkan makan siang. Setelah itu tidak ada jadwal pertemuan lagi, pak"

"Berarti hari ini saya bisa pulang lebih awal?"

Rosa hanya menganggukakan kepalanya.

"Baiklah, terima kasih, Ros. Kau boleh melanjutkan pekerjaanmu kembali" ucapnya lalu masuk ke dalam ruangannya.

Rosa hanya menatap punggung sang atasan dengan perasaan bingung. Apakah sang atasan trlah kehilangan aura dinginnya hingga ia bisa bersikap seperti itu? Hanya Tuhan yang tahu jawabnya.

"Terima kasih atas kerja sama ini, Tuan Regan. Saya bangga bisa bekerja sama dengan pebisnis muda seperti Anda. Saya harap kerja sama ini dapat berjalan dengan lancar dan saling menguntungkan untuk kedua belah pihak" ucap seorang pria dengan kepala plontosnya.

"Sama-sama, Tuan Harmoko. Saya juga sangat senang bisa bekerja sama dengan Anda. Saya harap ini dapat menjadi peluang besar untuk kedua bisnis kita" balas Regan seraya menjabat tangan milik pria tersebut.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu. Sampai jumpa lagi" ucapnya lalu berlalu meninggalkan Regan.

"Apakah jadwalku sudah selesai?" tanya Regan kepada sang sekertaris.

"Sudah, pak"

"Kalau begitu, kamu bisa langsung kembali ke kantor. Saya masih ada urusan" ucapnya kepada sang sekertaris.

Regan tersenyum bahagia, pasalnya ia berencana untuk menemui sang pujaan hati dan anaknya. Ia sudah tak sabar akan hal itu.

Regan mengendarai mobilnya menuju ke rumah sakit. Ia berniat untuk membelikan Danish mainan, maka dari itu ia menyempatkan diri untuk mampir ke pusat perbelanjaan dan membeli mainan tersebut sebelum ke rumah sakit.

Dengan senyum lebar, Regan berjalan ke arah ruangan Danish. Ia sudah tak sabar melihat ekspresi sang anak saat menerima hadiah darinya. Hal ini tentu saja membuat perasaan Regan membuncah. Pasalnya ini adalah pertama kalinya ia memberikan hadiah untuk putranya.

Saat sampai di depan ruang rawat Danish, Regan samr-samar mendengar suara tawa anaknya dan Karen, tunggu dulu, bukankah itu suara laki-laki. Siapa yang sedang bersama mereka di dalam??

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

Sebelumnya, saya mau minta maaf karena baru up☺ Soalnya lagi sibuk banget sama tugas. Ini juga nyuri waktu.... Semoga ngga bosen nungguin aku😁

Maaf kalau typo✌✌

Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅Where stories live. Discover now