Part 7

32.3K 1.3K 9
                                    

Disinilah kedua anak manusia itu saat ini, sebuah rumah mewah dengan dua lantai. Regan menarik tangan Karen untuk masuk kedalam rumah. "Bi Ijah...." teriak Regan saat memasuki rumahnya. Karen menutup kupingnya. "Bi ijah..." teriak Regan lagi, kali ini teriakannya lebih keras. "Kamu bisa ngga sih ngga usah teriak-teriak. Ini itu dirumah bukan di hutan. Harusnya kalau masuk rumah itu bilang Assalamu'alaikum bukan malah teriak-teriak" ucap Karen dengan menekankan kata salam. "Terserah aku, rumah-rumah siapa??" Jawab Regan tanpa dosa.

"Eh tuan Regan" ucap wanita paruh baya yang  baru datang. "Bibi darimana aja tadi. Dipanggil ngga nongol-nongol" kata Regan marah, itu terlihat dari mukanya yang berubah jadi merah. "Anu tuan saya tadi ada dibelakang" jawab bi Ijah sambil menundukkan kepala. "Kamu ini kenapa marah-marah?" Ucap Karen. "Assalamu'alaikum bi, saya Karen" sambung Karen sambil mencium tangan bi Ijah. "Eh ngga usah dicium segala nyonya, saya jadi ngga enak" ucap bi Ijah. Regan berjalan meninggalkan mereka.

"Bi Ijah ngga usah panggil saya nyonya, saya itu masih muda bi. Panggil Karen aja. Lagian saya cium tangan bibi karena bibi  lebih tua dari saya" ucap Karen. "Tapi nyonya, nanti kalau tuan marah??". "Bibi ngga usah khawatir soal itu" Karen berusaha meyakinkannya. "Baiklah kalau gitu saya panggil non saja". "Sepertinya itu lebih baik" ucap Karen sambil tertawa.

Regan sedang menatap layar laptopnya dikamarnya. Ia terlihat sangat tampan saat itu.

Cklek..

Suara pintu terbuka, menampilkan seorang wanita cantik, Karen. Ia segera masuk dan merebahkan tubuhnya di ranjang berukuran king size. Karen mengambil ponselnya dan memutar musik lalu bersenandung untuk mengurangi rasa bosan.

Regan yang merasa konsentrasinya terganggu menatap kearah ranjang. "Apa kau tidak bisa untuk diam?" Tanyanya. Karen melihat kearah Regan. "Kenapa?". "Kau itu menggangguku" ucap Regan. "Owh.. maaf" Karen segera mematikan ponselnya. Regan kembali melanjutkan pekerjaannya. Suasana kembali hening.

Karen merasa sangat bosan. Ia memainkan jarinya dan menatap kearah langit-langit rumah. "Re.. aku sangat  bosan hari ini" Karen membuka pembicaraan. Regan tak menanggapinya. "Re.. aku bicara padamu bukan pada tembok" kesal Karen. "Hmm..." Regan hanya berdeham. "Ah udahlah, aku sangat bosan disini. Mending aku turun bantu bi Ijah bersihin rumah" ucap Karen lalu meninggalkan kamar.

"Dasar tembok..." umpat Karen saat berada didapur. "Non kenapa??" Tanya bi Ijah. "Ngga ada kok bi" elak Karen sambil nyengir kuda. "Bibi lagi masak apa??" Sambung Karen."mau buat sup ayam, non". "Wah... enak dong, aku aja yang masak bi. Bibi kerjain aja yang lainnya" ucap Karen. "Eh..ngga usah non. Nanti non capek lagi" tolak bi Ijah. "Ngga papa bi. Ini itu udah tugas aku" keukeuh Karen. Apa daya bi Ijah mengalah karena Karen yang keras kepala. Bi Ijah memilih membersihkan taman belakang.

Karen masih berkutat dengan peralatan dapur. "Bi Ijah..." panggil seseorang yang memasuki dapur. "Kamu kenapa ada disini? Mana bi Ijah?" Tanya Regan. "Dia lagi bersihin taman belakang, kamu ada perlu?" Jawab Karen. "Aku cuma mau minum" Regan kemudian mengambil air mineral dikulkas.

"Kamu tunggu aja disini, lagian makan siangnya bentar lagi siap" ucap Karen saat Regan ingin keluar dari dapur. Regan mengangguk lalu duduk di meja makan. Tak butuh waktu lama, Karen sudah selesai memasak dan menyiapkannya di meja makan. Regan ingin mengambil ayam goreng dipiring tapi tangannya dipukul oleh Karen. "Aww... kamu kenapa pukul tanganku?" Regan mengelus tangannya. "Kamu itu manusia bukan kucing kan? Jadi sebelum makan itu cuci tangan sama baca do'a dulu" omel Karen. "Eh dosa kamu, masa ngatain suami sendiri kucing" ucap Regan. "Astagfirullah, habisnya kamu sih" Karen mengelus dadanya.

Karen mengambilkan nasi ke piring Regan. Regan membaca do'a sebelum mendapat omelan dari istri cantiknya. "Bagaimana rasanya??" Tanya Karen setelah selesai makan siang. "Apa??". "Ck.. masakan aku" ucap Karen. "Biasa aja.." celetuk Regan. Raut wajah Karen mulai berubah. Ia ingin sekali mencakar wajah tampan suaminya. Harusnya ia memuji kerja kerasnya. "Ada apa denganku?? Kenapa aku jadi ingin dipuji olehnya?" Batin Karen.

Sebenarnya Regan ingin memuji masakan istrinya, karena itu memang benar-benar enak. Tapi gengsi ah, bisa-bisa besar kepala Karen.

"Kamu tidak bekerja hari ini?" Tanya Regan. "Aku masih cuti, besok aku mulai kerja lagi" Karen beranjak dari tempatnya lalu mencuci piring bekas makanan. Regan hanya ber"o"ria.

Setelah selesai makan siang, Karen memilih untuk bersantai di ruang keluarga sambil menonton tv. Rasa kantuk tiba-tiba menyerangnya. Tanpa sadar ia sudah terlelap.

"Karen...." panggil Regan turun dari tangga. "Bi Ijah tahu Karen ada dimana?" Tanya Tegan saat berpapasan dengan bi Ijah. "Kayaknya tadi lagi nonton tv deh tuan" jawab bi Ijah. Regan mengangguk lalu berjalan kearah ruang keluarga.

"Karen..." panggil Regan. Dilihatnya istrinya itu sedang tertidur. "Dasar pelor, baru aja ditinggal sebentar, eh sekarang udah molor aja disini" Regan menggelengkan kepalanya. Ia kemudian mengangkat tubuh istrinya dan membawanya ke kamar. Ia berusaha untuk meletakkan tubuh istrinya hati-hati agar tidak membuatnya terbangun. Regan duduk disofa sambil memainkan ponsel pintarnya.

"Hoamph....." Karen menguap. "Kenapa aku bisa ada disini, sepertinya tadi aku tidur di luar" ucap Karen sambil mengucek matanya. "Aku yang mengangkatmu. Tadi aku ingin membangunkanmu tapi kamu pules banget tidurnya" ucap Regan. Karen menatap kearah suara. "Dasar nona pelor" sambung Regan. "Kamu bilang apa tadi?" Karen mengerutkan dahinya. "Emang benerkan kamu pelor" celetuk Regan. "Dasar muka tembok" balas Karen dan membuatnya mendapat tatapan tajam dari suaminya.

Karen bangun dari ranjang, ia ingin pergi ke dapur untuk memasak makan malam karena jam sudah menunjukkan pukul 16.15 WIB. "Hei nona pelor, kau mau kemana?" Tanya Regan.
"Mau kedapur, tuan tembok" balas Karen dengan senyum yang dibuat-buat. "Mau ngapain?" Tanya Regan lagi. "Mau bantuin kucing lahiran" jawab asal Karen dan mendapat tatapan horor dari Regan. "Kamu pikir kalau ke dapur ngapain? Ya masak lah. Pakai nanya lagi" sambung Karen. "Kau tak perlu melakukannya, kita mendapat undangan makan malam dari klienku" ucap Regan. "Sekarang kau bersiaplah" sambungnya.

***

TBC...

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak pada part ini ya guys...

Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅Where stories live. Discover now