Part 6

33.2K 1.4K 12
                                    

Suara adzan subuh mulai terdengar. Karen mulai mengerjapkan matanya. Napasnya sedikit sesak karena sesuatu melingkar diperutnya dan menindih kakinya. "Aaaaa....." teriak Karen setelah membuka matanya. "Ada apa?? Apa ada maling?? Mana?" Teriak Regan tak kalah terkejut. "Mana malingnya?" Sambung Regan. Karen menggelengkan kepalanya. "Lalu kenapa kau teriak?". Karen melihat kearah perut dan kakinya kemudian diikuti oleh Regan. "Oh ya ampun..." ucap Regan dan segera melepaskan pelukannya terhadap Karen.

"Kau ini mengganggu tidur orang saja" kesal Regan. "Maaf.." ucap Karen. Regan menutup matanya kembali. "Kau kenapa menutup matamu lagi??" Tanya Karen. "Menurutmu?". "Tidur" ucap Karen polos. "Gadis pintar" puji Regan, yang sebenarnya mengejek. "Ini sudah subuh" celetuk Karen. "Lalu??".

"Ish.. kau ini bangun kita sholat subuh dulu" ucap Karen sambil menggoyang tubuh Regan. "Hmm..." Regan masih menutup matanya. "Re, ayo bangun dulu!!" Ucap Karen tak putus asa. Kali ini Karen bangun dari tempatnya dan berdiri disamping Regan. "Re, ayo bangun" ucap Karen sambil menarik lengan Regan. Regan masih tak bergeming. "Regan Dioca Atmadja bangun!!" Teriak Karen sambil menarik lengan suaminya. Tak disangka Regan malah menarik tangannya.

Buukk...

Tubuh Karen jatuh tepat diatas tubuhnya. Bibir mereka saling bersentuhan. Mata mereka saling memandang. Hingga detak jantung dapat didengar satu sama lain. "Berapa berat badanmu??" Tanya Regan. "Entah..., mungkin 45 kg" jawab Karen ngarang. "Pantas...".  "Memang kenapa?" Tanya Karen. "Kau sangat berat" ucap Regan dengan senyuman manis dibibirnya. "Ck... kau ini" ucap Karen memukul dada bidang milik Regan sebelum ia berdiri.

"Kau cepat bangun, kalau tidak aku akan menyirammu" ancam Karen lalu berlalu kekamar mandi. Regan tersenyum. "Deni, aku akan berusaha untuk menjaganya dan membuatnya melupakan kesedihannya" ucap Regan.

Karen keluar dari kamar mandi. "Re, kau cepat ambil wudhu gih. Setelah itu kita sholat berjamaah". "Sholat berjamaah?" Tanya Regan. "Iya, lalu" ucap Karen. "Tapi aku tidak pernah melakukannya. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku sholat. Mungkin saat SMA" ucap Regan jujur. "Astagfirullah Re, kamu serius?". Regan menganggukkan kepala. "Oke, sekarang kamu akan melakukannya. Apa kau masih ingat cara berwudhu?"

"Hei nyonya, aku tidak sebodoh itu hingga aku melupakan cara berwudhu" ucap Regan. "Baguslah, jadi aku tidak perlu repot untuk mengajarinya lagi" ucap Karen. "Sekarang ayo cepat ambil wudhu" sambung Karen. Regan segera beranjak dari tempatnya dan segera pergi kekamar mandi. Tak butuh waktu lama untuknya mengambil wudhu.

Setelah sholat subuh, Regan memilih untuk melanjutkan tidurnya. "Dasar pelor.." gumam Karen lalu duduk di sofa. "Apa katamu?" Ucap Regan yang masih menutup matanya. "Ups.." Karen menutup mulut dengan tangannya. "Aku kira kau tidur" sambung Karen.

"Kau mengatakan apa tadi?" Tanya Regan." Tidak ada" elak Karen. "Aku mendengarmu bicara tadi" ucap Regan. Ia kini menyenderkan kepalanya di ranjang. "Kau sudah mendengarnya kan lalu kenapa bertanya lagi" ucap Karen. "Tapi aku mau mendengarnya lewat mulutmu" Regan tetap keukeuh. "Ngga ada siaran ulang" tukas Karen. " Oke, kau mau mengatakannya atau..." ucap Regan menggantungkan kalimatnya dan berjalan mendekati Karen. "Kau mau ngapain?" Tanya Karen waspada. Regan semakin dekat dengan Karen. Dan kini ia sudah duduk dihadapan Karen. Ia memajukan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan. Napas Karen memburu.

Deg...

Detak jantung Karen seperti orang yang baru saja lari maraton. "Kamu mau ngapain" ucap Karen gugup. "Kau mau mengulangi perkataanmu atau kau ku cium?" Ucap Regan. "Apa?!?" Karen terkejut. "Kau kan istriku jadi ngga papa kan aku menciummu?" Goda Regan. "Tapi...."

Cupp...

Satu kecupan manis mendarat dipipi Karen. Ia terkejut. "Jangan lupa untuk mandi nona pelor" ucap Regan segera berlari keluar kamar. Karen masih diam terpaku, ia mengusap pipinya. Dan bibirnya mengukir sebuah senyuman.

Karen segera kekamar mandi. Ia tak tahu, mungkin pipinya sudah berubah menjadi merah merona. Setelah melakukan ritual-ritualnya Karen keluar dari kamar mandi. Ia sudah siap dengan memakai kemeja putih dan celana jeansnya. Regan menatap Karen yang sedang mengeringkan rambutnya. Karen tak tahu jika dari tadi ada yang memperhatikan dirinya.

"Kau terlihat cantik nona pelor" ucap Regan. Karen segera menatap kesumber suara. "Nona pelor? Hei, maaf tuan siapa yang kau sebut pelor?" Kesal Karen. "Memang siapa yang ada disini selain kita berdua. Tentu saja kau.." ucap Regan.
"Maaf ya pak regan Dioca Atmadja, yang suka nempel langsung molor itu Anda bukan saya".

"Terserah padaku" ucap Regan tak berdosa. Karen nampak menggenggam tangannya dan siap untuk memukul orang. "Apa kau lapar?" Tanya Regan. "Hmm..." jawab Karen. "Oke kita cari sarapan disekitar sini, ayo nona pelorku" ucap Regan dan menggandeng tangan Karen.

Mereka kini sudah sampai di sebuah restaurant. Setelah menemukan sebuah meja yang kosong, Regan dengan sigap menarik kursi untuk diduduki Karen. Mereka segera memesan makanan, karena perut sudah meminta jatah.

Setelah selesai dengan sarapan, Regan memilih untuk langsung pulang kerumahnya. Ya, Karen akan tinggal bersamanya.

***

TBC..

Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang