Part 1

86.5K 2.5K 21
                                    

Seorang gadis cantik memeluk sebuah nisan di sebuah TPU. Ia menangis sejadi-jadinya meratapi kekasih yang sangat ia cintai.

"Deni.... kenapa kau meninggalkan aku?" Ucap gadis itu disela-sela isakannya.

"Udahlah Ren, mungkin ini yang terbaik untuknya" ucap salah seorang wanita yang juga menghadiri pemakaman itu.

"Tapi ini tak adil untuk kami, mengapa Allah mengambil semua yang aku sayangi. Mulai dari papa,mama dan sekarang Deni. Hiks..hiks...hiks." ucap gadis yang memeluk nisan itu.

"Sudahlah Karen, kamu harus kuat. Ini udah rencana Allah. Kamu harus yakin bahwa ada rencana indah dibalik semua ini" ucap wanita yang berusaha menenangkan Karen. Sementara yang dipanggil Karen hanya menangis sambil sesekali mengusap air matanya.

"Salma, gue ngga tahu harus berbuat apa? Gue udah ngga punya siapa-siapa lagi disini. Gue bingung" ucap Karen.

"Jangan bilang seperti itu, Karen. Kan masih ada gue" tutur Salma berusaha menenangkan."Lo harus kuat Ren, lo ngga bisa terus-terusan kayak gini".

Sementara tak jauh dari tempat Karen dan Salma, berdiri seorang pria tampan dengan setelan jas formalnya dan kacamata melekat di wajahnya yang sukses menambah ketampanannya. Ia sekarang berjalan kearah Karen dan Salma.

"Eghm..." ia berdehem saat berdiri dihadapan Karen dan berhasil membuat kedua dara itu melihat kearahnya.

"Siapa anda dan ada perlu apa Anda datang kesini?" Tanya Karen memberanikan diri.

"Saya Regan Dioca Atmadja, saya datang kesini karena ini pemakaman sahabat saya" jawab lelaki tampan itu.

"Owh... maaf, tapi sepertinya saya tidak pernah melihat Anda?" Ucap Karen.

"Memang, saya tinggal di Amerika dan beberapa bulan terakhir ini saya tinggal di Indonesia karena urusan pekerjaan dan saat saya tahu bahwa sahabat saya meninggal saya langsung datang kesini" jawab Regan. "Apakah Anda Karen Veronica Gustina?" Sambungnya.

"Ya itu saya, ada perlu apa Anda dengan saya?" Karen mulai bingung. "Sebelum Deni meninggal, ia pernah menceritakan tentang mu dan ia berpesan kepada saya bahwa saya harus menjaga Anda setelah ia pergi"

Flash Back on.

Siang yang panas untuk keadaan ibukota saat ini. Di sebuah ruangan di perusahaan ternama, Atmadja group duduk seorang pria tampan bak dewa Yunani yang sangat serius menatap layar laptop miliknya. Tubuh proposional miliknya menambah kesan sempurna didirinya. Tatapan tajam miliknya mampu membuat semua orang bergidik ngeri saat berhadapan dengannya. Regan Dioca Atmadja, itulah nama mahluk sempurna itu.

Tok.. tok... tok...

Suara pintu diketuk oleh seseorang. "Masuk... " kata pria tampan tersebut.

Saat pintu terbuka, menampilkan seorang pria yang tak kalah tampan darinya meskipun tak setampan dirinya.

"Selamat siang..." ucapnya saat sudah memasuki ruangan.

"Hemm..." jawab malas Regan."Ada perlu apa?" Tanya Regan tanpa melihat kearah orang yang memasuki ruangannya dan masih fokus dengan laptopnya.

"Begini pak, ada masalah. Perusahaan kita mengalami penyusutan keuntungan" katanya. Itu berhasil membuat Regan menatap tajam padanya, tapi tatapan itu luntur berganti dengan senyuman manis di wajah tampannya. "Deni..." seru Regan.

"Iya ini gue, Deni. Sahabat tampan lo" ucap pria itu yang tak lain adalah Deni.

"Owh... I'm sorry bro, How are you?" Tanya Regan dan memeluk sahabatnya itu.

"Masih seperti dulu, sehat karena obat" jawab Deni dan membalas pelukan Regan.

"Oh ayolah bro, kamu harus tetep semangat, gue yakin lo pasti sembuh dari penyakit lo".

Deni tersenyum miris.
" Udahlah ngga usah hibur gue. Gue kesini mau omongin sesuatu sama lo".

Regan menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti. "Sebenarnya gue takut" ucap Deni. "Gue takut kalau gue mati ngga ada yang jagain Karen" sambungnya.

"Karen??" Sahut Regan bingung.

"Ya, Karen dia tunangan gue. Dia seorang dokter disalah satu rumah sakit di Jakarta. Kita akan menikah dalam waktu dekat, tapi gue takut. Gue takut umur gue ngga akan panjang lagi, gue takut buat dia menangis, gue takut dia ngga bisa relain gue. Gue takut Re" ucap Deni dengan suara parau.

"Lo ngga boleh pesimis kaya gini, mana Deni yang gue kenal, mana Deni yang selalu optimis dalam hidupnya. Lo harus semangat" ucap Regan.

"Tapi hidup gue ngga akan lama lagi Re" ucap Deni yang sekarang mulai menitikkan air mata.

"Lo ngomong apa sih Den?".
"Tapi itu kata dokter, gue akan mati!!" Satu tetes air mata lolos dari mata Deni.

"Itu kata dokter. Dokter bukan tuhan, dia juga manusia sama seperti kita. Jadi lo ngga boleh percaya sama dia, lo harus yakin bahwa tuhan itu ada" Regan berkata seolah-olah dirinya mengenal tuhan.

"Tapi itu kenyataannya Re" Deni tak mampu menopang tubuhnya lagi. Ia kini terduduk di sofa yang ada di ruangan itu. Ia menangis dalam diam. Hanya Regan yang tahu bahwa pria itu sedang menangis. Regan kemudian duduk disamping Deni, menepuk pundaknya.

"Bolehkah aku meminta sesuatu darimu?" Tanya Deni.

"Everything for you" jawab Regan. "Are you sure?" Deni menatap kedalam mata tajam milik Regan dan ia tak menemukan kebohongan dimatanya. Regan mengangguk.

"Please you keep my girl, menikahlah dengannya" ucap Deni sambil memegang tangan Regan. "What do you mean? Kamu yang harus jaga dia. Kamu yang harus nikah sama dia. Kenapa harus aku?" Jawab Regan terkejut.

"Ayolah Re, aku mohon. Aku hanya percaya kepadamu bahwa kamu akan menjaganya dengan sangat baik" ucap Deni. Meskipun menahan rasa sakit didadanya, ia berusaha untuk meyakinkan sahabatnya.

"No, I can't. Aku ngga mau" ucap Regan dan langsung berdiri mendekati jendela yang ada di ruangannya. Ia melihat kearah luar untuk menetralkan nafasnya yang memburu.

"Re aku mohon" ucap Deni berusaha untuk meyakinkannya. "Anggap aja ini permintaan terakhir gue"

"Ngga, pokoknya kamu akan sembuh. Lo harus yakin itu. Gue akan bantu lo untuk pergi berobat keluar negeri atau penuhin semua permintaan lo, tapi tidak untuk yang satu itu"

"Re hidup gue ngga akan lama lagi. Jadi gue mohon penuhin permintaan gue. Selama ini gue ngga pernah minta apapun dari lo dan sekarang gue hanya minta lo untuk menjaganya" desak Deni.
"Re... ayolah"

"Oke, fine gue turutin permintaan lo. Tapi kalau cewek lo nolak gue minta maaf" ucap Regan putus asa.

Senyum manis terukir diwajah tampan Deni. "Dia ngga akan nolak, setelah gue pergi berikan surat ini untuknya" ucap Deni sambil menyerahkan sebuah amplop kepada Regan.

Flasback off

"Dan begitulah ceritanya, itu menjadi pertemuan terakhir saya dengan Deni" ucap Regan.

"Tapi kenapa harus Anda? Ngga aku ngga mau. Kita tidak saling mengenal bahkan kita tidak pernah bertemu sebelumnya" ucap Karen terkejut.

"Saya sudah mengatakannya padanya, tapi dia bersikeras menyuruhku menikahimu" ucap Regan."Owh.. ya sebelum dia pergi, dia menitipkan ini untukmu" sambung Regan sambil menyerahkan amplop yang diberikan Deni. Ia tak tahu apa isi amplop itu karena ia tak membukanya.

Karen menerima amplop itu. "Dan satu lagi jika kau menyetujui untuk menikah denganku maka datanglah kealamat ini kapanpun kau mau" ucap Regan memberikan kartu nama miliknya sebelum meninggalkan makam sahabatnya.

***

TBC

jangan lupa tinggalkan jejak saat selesai membaca, vote dan komen misalnya.

Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅Where stories live. Discover now