23. ungkapan dalam mobil

Começar do início
                                    

°°°
Sang Surya sudah mulai bergerak kearah barat, tiupan angin terasa sangat kencang menimbulkan suara gesekan daun terdengar bagai alunan yang nyaman untuk sore ini.

Gadis manis yang sedang memainkan kakinya di tanah halte depan sekolah berhasil menarik perhatian Farel yang baru saja keluar dari gerbang Nusa Bangsa.

Gadis yang sejak tadi menggerutu lantaran tak bisa menghubungi Mama nya karena ponselnya telah dibuat main game oleh Clara tanpa henti dan alhasil sekarang tak bernyawa.

Suara klakson mobil dihadapannya membuyarkan lamunannya sendiri, garis senyumnya mulai terukir.
Tanpa di suruh gadis itu langsung membuka pintu Lamborghini di depannya.

Sepanjang perjalanan hanya keheningan yang terjadi, hanya suara alunan musik yang terdengar menandakan masih ada kehidupan di mobil Farel.

Hampir satu jam lamanya, dan mobil itu kini berhenti di depan rumah Larisa, belum ada tanda-tanda Mama nya di rumah.

Tangan Larisa terulur untuk membuka pintu mobil, namun sebuah panggilan terdengar dari samping mengurungkan niatnya.

"Ris," panggil Farel sedikit ragu.

Dalam hati gadis ini sedikit tenang lantaran Farel sudah mau membuka suara untuknya.

Satu detik, dua detik Farel belum juga melanjutkan ucapannya, membuat Larisa dibuat bingung dengan tingkah lelaki itu.

Tangan Farel terulur memegang tangan Larisa, membuat gadis itu sedikit tersentak, tatapan yang diberikan Farel membuat Larisa semakin deg-degan dibuatnya, bisa dilihat tatapan tulus terlihat dari bola mata lelaki disampingnya.

"Gue suka sama Lo." Ucap Farel tanpa ragu.

Sebuah ucapan yang membuat Larisa semakin terkejut dibuatnya, hatinya berdebar, perasaan gadis ini membuncah, apakah dirinya sedang tidak bermimpi? lelaki  dingin yang entah  sejak kapan menaruh  rasa pada dirinya dan entah sejak kapan juga dimulainya,  yang jelas Larisa juga menaruh rasa dengan lelaki di sampingnya, dirinya bahkan tak menyangka farel akan mengutarakan perasaannya secepat ini, gadis itu hanya mampu bungkam dan membiarkan Farel melanjutkan ucapannya.

"Mau jadi pacar gue?" lanjut Farel, tatapan mata yang tak pernah lepas dari Larisa.

Gadis ini dibuat bingung sekaligus senang luar biasa, garis senyumnya tak mampu ia tahan lagi, mulutnya seakan kaku untuk terbuka, otaknya mencoba mencerna kata-kata yang di ucapkan Farel, apa benar lelaki itu menyuruh agar ia menjadi pacarnya, sungguh hal yang sangat mengejutkan, tak pernah sekalipun dirinya membayangkan hal ini terjadi, belum lagi Farel mengatakannya dengan tiba-tiba.
Hingga suara Farel kembali membuyarkan pikirannya.

"Gimana hmm?" tanya Farel yang tak kunjung mendapat jawaban dari gadis itu, tangannya mengelus pelan punggung tangan Larisa.

Larisa kemudian mengangguk tanda persetujuan, senyuman yang tak pernah luntur dari wajahnya menandakan gadis itu tengah bahagia saat ini.

Farel membuka dashboard mobilnya mengambil sebuah kotak berukuran kecil berwarna cokelat dengan hiasan pita besar berwarna cream, entah apa isi didalamnya, dan menyerahkan nya pada gadis yang kini berstatus sebagai pacarnya.

"Boleh di buka?"  tanya Larisa seraya menggoyangkan pelan kotak itu.

"Buka aja."

Perlahan terlihat sebuah gelang berwarna silver, dengan bentuk hati di tengahnya, taburan permata indah di sekitarnya, membuat gelang terlihat sangat mewah namun elegan, yang membuat Larisa semakin tertarik adalah ukiran huruf F&L di balik gelang, menandakan mereka benar-benar sudah memiliki status sepasang kekasih.
Garis lengkung yang sedari tadi masih setia di wajah Larisa, membuat Farel ikut dibuat tersenyum olehnya.

"Pasangin!" suruh Larisa karena lelaki itu hanya diam saja.

"Pasang sendiri."

"Gak mau pasangin!" paksa Larisa.

Yang akhirnya di  setujui  Farel lantaran tak ingin membuat gadisnya terus mengeluarkan suara beonya. Farel menarik pelan tangan Larisa, memasangkan gelang yang sudah dibelinya sejak beberapa hari yang lalu, hanya saja baru bisa memberikannya sekarang.

"Cantik." Ucap Farel, tatapannya tak lepas dari pergelangan tangan Larisa.

"Gelangnya." Lanjut Farel, membuat Larisa mengerucutkan bibirnya.

Farel menarik pelan tangan Larisa, membawanya kedepannya bibirnya dan mengecup pelan tangan putih Larisa.

Membuat sang empu terkejut dan kembali berteriak senang dalam hatinya, ketika ia merasa menjadi seorang yang sepesial dari sosok lelaki dingin yang kini berstatus pacarnya.

"Sana gih masuk." Ucap Farel, bukan niatan mengusir namun dirinya akan ada perlu setelah ini.

"Makasih ya gelangnya, cantik banget, gue suka." Ungkap Larisa dan sengaja menekan kata cantik dalam ucapannya seraya menatap gelang barunya, dan tangannya mulai terulur membuka pintu mobil, yang sebelumnya berbalik lagi pada Farel.

"Hati-hati di jalan."

"Hmm."

"Gaboleh dingin-dingin sama pacar sendiri!" Sindir Larisa.

Suara derum mobil mulai menjauh, membuat Larisa kini sudah tak bisa menahan lagi kegembiraannya.
Langkahnya memasuki rumah berlantai dua itu sangat bersemangat ingin segera menuju kamarnya, dan kembali membayangkan momen manis yang baru saja diciptakan Farel.

***

Makasih banget buat yang udah baca :) apalagi yang udah vote dan kasih komentar sangat berarti untukku :*

Semangat update ku tergantung vote dan komentar dari kalian :)

Part sebelumnya yang vote sama komentar cuma dikit banget :'( padahal yang baca banyak, jadi gak semangat update kan :'(

Bebas mengutarakan pendapat kok, makian, pujian semua aku terima :)

Thanks for all :)

Tandai jika ada typo :*

Larisa and The Ice BoysOnde as histórias ganham vida. Descobre agora