69 × Demar

87 3 0
                                    

LAST PART

😭😭

Ria, Demar dan juga Vera yang berada di dalam mobil kini sedang saling hening.

Tidak ada satupun yang mengeluarkan suaranya, sekalipun tadi Ria yang terlihat bahagia kini berubah menjadi suram kembali hidupnya.

Namun sama sekali Ria tidak merasa marah karena Demar memiliki pacar yang bukan dirinya.

Ria tahu diri, mungkin ia tidak bisa menolak ataupun marah kepada Demar, mungkin ini adalah balasan dari semesta untuknya.

Ia yakin Demar juga sudah mengambil keputusan yang terbaik untuk laki-laki itu sendiri.

"Ri, rumah lo masih alamat yang sama ya?" Ria tersadar di bangku belakang.

"Iya, Mar, masih sama kayak yang dulu." Ria tersenyum meskipun Demar tidak menatapnya.

"Lo udah makan belum?"

Ria mengangguk meski Demar tidak melihatnya. "Udah, Mar."

Vera yang mendengar itu hanya diam saja. Ia tahu betul apa yang Ria rasakan sekarang ketika mendengarnya berkata bahwa dia adalah pacar Demar sekarang.

Dua puluh menit Demar mengemudi hingga akhirnya sampai di depan gerbang rumah Ria yang Demar dulu sering datangi.

Tanpa disadari, Demar tersenyum saat melihat rumah Ria, Vera pun ikut tersenyum saat pacarnya itu tersenyum entah karena merasakan hal yang bahagia ataupun tidak.

"Kamu kenapa senyum?" Tanya Vera.

Demar mengangkat satu alisnya. "Engga kok."

"Mar, gue turun ya. Makasih." Ria membuka pintu mobil lalu menutupnya kembali.

"Ra, tunggu bentar ya." Demar mengelus puncak kepala Vera dengan penuh perhatian. Vera langsung mengangguk.

Demar membuka pintu mobil dan turun, ia mengejar Ria yang sudah membuka gerbang.

"Ri,"

"Apalagi, Mar!" Bentak Ria saat berbalik badan, raut wajah Ria terlihat menahan emosi.

Demar melihat dari nada Ria bahwa perempuan itu seperti kecewa padanya.

"Lo kenapa marah?" Tanya Demar.

Ria menggeleng lalu merubah nadanya. "Engga. gue engga marah kok sama lo."

Demar tidak lagi percaya dengan omongan Ria setelah melihat raut wajah perempuan itu.

"Lo marah gue punya pacar?" Tanya lagi Demar kali ini menatap lekat wajah lelah Ria.

Ria tertawa kemudian, tangannya terangkat untuk meninju bahu Demar. "Gila, lo, ngapain gue marah. gue malah senang, Mar."

Demar cukup lega mendengarnya. Ia kembali tersenyum.

"Lo sendiri, udah punya pacar, Ri?" Tanya Demar.

Ria mengangguk. "Iya, punya kok, ganteng lagi." Ria tersenyum menahan rasa sesak.

Demar mengangguk sambil memikirkan sesuatu.

"Yaudah, gue pergi ya, lo masuk gih." Demar menepuk bahu Ria dengan kaku, Ria dapat merasakan Demar sudah tidak memiliki lagi rasa pada dirinya.

"Hati-hati." Pesan Ria yang dibalas Demar dengan mengangkat jempolnya.

Demar masuk ke dalam mobil dan Ria masuk ke dalam rumahnya dengan cepat tanpa menoleh lagi ke belakang.

Ria mengunci pagar rumahnya.

Setelahnya, ia menghela napas beberapa kali.

Udah saatnya. move on Ri move on.

🦷🦷

Di dalam mobil.

Demar sedang fokus menyetir, namun lagi-lagi terganggu fokusnya itu gara-gara Vera yang duduk di sampingnya terus memukul bahunya.

"Diam, Ra." Suruh Demar mengelus bahunya yang sakit itu karena pukulan keras dari Vera.

"Lo sih, kak." Ucap Vera mengerucutkan bibirnya.

"Kenapa gue?" Tanya Demar tidak terima.

"Kelewatan banget sih, lo kak, sama kak Ria." Vera benar-benar merasa jahat karena Demar.

Vera juga merasalah bersalah pada Ria karena sudah membantu Demar.

"Gue juga engga mau jadi pacar lo, kak." Vera memasang wajah jijiknya.

Demar mengerem mobilnya karena lampu merah.

"Bener nih?" Tanya Demar meyakinkan Vera.

Vera dengan cepat menggeleng.

"Biarpun kita bukan sepupu, gue tetap no way sama lo, kak." Vera mendorong kepala Demar.

"Engga sopan lo jadi sepupu, Ra, gue kutuk jadi cicak baru tau lo!" Raut wajah Demar dibuat seolah dirinya tersakiti.

Vera menjulurkan lidahnya.

"Eh tapi kak," Vera kembali bernada serius kali ini, wajahnya sungguh-sungguh, membuat Demar benar-benar menatap lekat wajah sepupunya itu.

"Hm, apa? ngomong langsung ke intinya!"

"Lo benar-benar harus perjuangin kak Ria lagi deh. Dia sakit banget tadi pas dengar gue pacar lo." Vera tersenyum lalu menepuk bahu Demar.

"Perjuangin dia lagi kak, kayak dulu lagi. Lo bisa kan?"

THE END

DEMAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang