46 • Kenapa

47 6 0
                                    

Happy reading

🌻🌼🍁

Jika yang ditunggunya sekarang bukan orang penting didalam hidupnya ataupun orang yang berpangaruh mungkin dirinya sudah pergi sekarang dan menggerutu kesal karena yang ditunggu tidak datang-datang.

Tapi dirinya tidak bisa, entah apa yang membuatnya tidak bisa seperti itu, tapi yang pasti dirinya mempioritaskan semuanya kepada orang tersebut.

Siapa lagi kalau bukan Ria, tentunya.

Sesaat dirinya yang menutup mata itu kelihatan lelah sekali, untungnya semua rasa lelah karena perlombaan yang ia ikuti terbayar lunas karena semua perlombaan yang bersetakan dirinya menang dan mendapatkan hadiah untuk kelasnya.

Dua belas ips satu.

Sedangkan Anggi dan Ronald sama sekali tidak mengikuti lomba apapun.

Mungkin tidak perlu diceritakan, semua juga sudah tau apa alasannya.

Banyak teman-teman yang tersenyum dan memintas tos kepada dirinya tadi sesaat pembagian hadiah, dan banyak juga yang meminta-minta foto tentunya karena pada hari yang besar ini tentunya banyak orang-orang dari seluruh negeri ini meng-upload foto tanda bahwa turut memeriahkan dan memperingati hari kemerdekaan Indonesia ini.

"Demar," Demar membuka matanya kembali dan mendapati seorang gadis tersenyum berjalan cepat ke arahnya.

Demar akhirnya hanya bisa tersenyum tipis.

"Eh, lo, belum pulang?" tanya Demar.

"Iya, gue bantu ngeberesin acara, tadi." Perempuan itu tersenyum kembali ke arah dirinya.

"Oh, gue mau ta--"

"Ria, udah pulang dari tadi." Ucapnya.

Demar terkejut, apa benar yang dikata oleh perempuan didepannya itu?

"Ria," Violet cukup sulit melanjutkan kata-katanya lagi. "Ria sama si Brian." Ucap Violet pada akhirnya membuat Demar tersentak untuk yang kesekian kalinya, tau bahwa ada seseorang selain dirinya yang mendekati Ria, apalagi orang itu laki-laki.

Entah asal datangnya darimana, pikiran-pikiran negatif memenuhi isi kepala Demar.

"Y-yaudah, kalau gitu gue pulang, ya." Ucap Violet merasa tidak enak dengan laki-laki didepannya yang masih terdiam membeku itu, dirinya entah kenapa menjadi merasa bersalah pada Demar.

Violet yang sudah berjalan ke halte itu pun mencoba lagi menatap ke arah Demar yang sekarang sudah menyalakan mesin motor itu.

Demar yang sudah memakai helm-nya lalu mengegas motornya pelan menghampiri Violet.

"Lo, naik apa, pulangnya?" tanya Demar membuka kaca helm.

Violet mengangak, jadi wajahnya agak sediki terlihat lucu sekarang, bagaimanapun jika seseorang laki-laki melihat itu setidaknya akan sedikit tertawa bukan.

Itulah yang dilakukan oleh Demar sekarang.

"Vi, lo naik apa pulangnya?" tanya Demar ulang.

"Ah," Violet masih berusaha kembali kea lam sadarnya, menerima sekali kenyataan yang terjadi didepannya ini. "Oh, gue kayaknya nyari pesan taksi online, aja."

Demar mengangguk. "Udal lo pesan belum?"

"Ini baru mau."

Demar mengangguk kembali, mencoba untuk tersenyum.

"Balik bareng gue aja, kalau begitu, ya?" Violet agak sedikit bingung, Demar bertanya kepadanya atau menawarkan.

"Boleh, nih?"

DEMAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang