48 • Bukan teman

43 6 0
                                    

Happy reading

🌻🌼

"Lo yakin?"

"Yakin apa?"

"Ria engga mau ketemu sama lo, lagi?" Tanya Patrick, di waktu istirahat ini keduanya menghabiskan waktu di kantin, berbeda meja dengan Ronald dan juga Anggi.

Demar sudah tidah tau apa-apa lagi tentang keduanya, seakan karena pacaran keduanya sudah berubah. Untungnya masih ada Patrick yang berteman dengannya.

"Iya." Jawab Demar berbohong, sebenarnya tidak, tetapi karena hal yang satu ini sedikit penting baginya sehingga ia harus tetap merahasiakannya.

Patrick pun menggeleng-gelengkan kepalanya. "Jadi lo bakal nyerah gitu aja?"

"Maksud lo?"

"Masa lo cuma gara-gara dikatain gitu aja langsung nyerah, jauhin Ria, engga mau lagi ketemuan sama Ria."

"Ya--"

"Ingat, Mar! Perempuan itu lebih suka pura-pura tegar daripada memperlihatkan kerapuhan mereka di depan kita."

Ya, dia ingat hal itu, seperti nasihat yang diberikan oleh kedua kakak kembarnya.

Malam tadi, dirinya tidak bisa tidur, hanya karena hatinya yang tidak tenang sama sekali.

Merasakan bagaimana sakitnya setelah kejadian kemarin.

Mungkin ia harus kembali lagi, ia tau dirinya kemarin hanya sedikit emosi dan terbawa oleh suasana, sungguh ia tidak ingin benar-benar pergi meninggalkan Ria sendirian bersama laki-laki itu.

Laki-laki itu tidak mengenal Ria seutuhnya.

Tapi Dirinyalah.

•••

Apa yang harus dilakukannya sekarang?

Setelah kejadian kemarin, semuanya langsung berubah.

Apa yang harus ia perbaiki sekarang?

Setelah kebohongan yang ia buat, laki-laki yang berjuang keras demi dirinya tidak lagi mempercayainya.

Setelah semua yang terjadi, akankah ia menyesal seumur hidupnya?

"Kamu kenapa, kok bengong terus?" Tanya laki-laki yang sedang menyetir di kursi pengemudi.

"Bae," Panggil laki-laki di sampingnya.

"Iya, engga, kok."

"You sure?"

"I'm sure." Dirinya hanya bisa tersenyum untuk menyakinkan pacar barunya itu.

Seolah semuanya masih baik-baik saja.

Aldrian memang tidak banyak mengetahui hubungan dirinya dengan Demar, namun tetap saja Aldrian agak sedikit mencemaskan Ria yang menangis setelah kejadian kemarin siang.

"Kamu mau nonton?" Tanya lagi Aldrian.

Ria pun hanya menatap kea rah luar jendela kaca mobil ke arah langit-langit malam di atas sana.

"Bae, kamu dengar engga sih aku ngomong?" Aldrian menaikkan sedikit volume dari suaranya itu.

Ria pun menoleh lalu menatap serius ke arah mata Aldrian. "Kamu marah sama aku?"

Lalu pacarnya itu menghela napas. "Kamu masih kepikiran sama laki-laki itu?" Tanya Aldrian lagi.

"Dia cuma teman kamu, sedangkan aku pacar kamu, bae." Lanjut Aldrian menegaskan status mereka.

DEMAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang