AKD - 29

331 24 0
                                    

Tibalah saatnya Rean dan Vita pergi ke New Zealand. Mereka berdua sangat senang ketika sampai di tempat baru.

Di apartemen, Vita bisa melihat pemandangan kota. Ada juga lapangan rumput yang luas. Terdapat banyak domba dan hewan ternak lain. Dari jendela apartemen, Vita memotretnya.

"Sebenarnya ini adalah pertama kalinya aku pergi ke luar negeri. Sebelumnya aku pernah diajak mama ke Tokyo, tapi aku malah sakit dan tidak jadi pergi," kata Vita.

Rean menghampiri gadis itu kemudian duduk di jendela. "Apa yang membuatmu ingin pergi ke luar negeri? Apa kau tidak nyaman di negaramu?"

Vita menggeleng. "Bukan begitu, aku sangat mencintai negaraku. Tapi, aku juga ingin berkeliling dunia dan mengenal budaya lain. Bukankah itu menyenangkan? Berlama-lama di negara orang akan membuatku merindukan Indonesia."

Rean bertanya lagi, "Adakah negara lainnya yang ingin kau kunjungi suatu hari nanti?"

"Aku ingin pergi ke Tokyo dan menikmati dinginnya musim salju di sana." Vita membayangkan dirinya di bawah pohon sakura yang diselimuti salju putih.

"Aku akan membawamu ke sana. Bagaimana jika kita berbulan madu di sana suatu hari nanti?" Tanya Rean.

Vita tertawa. "Baiklah, ayo ke sana."

Rean terkekeh.

Sunyi.

Pandangan mata dari pasangan itu tertuju ke luar jendela. Angin lembut lewat meniup kelopak bunga berwarna kuning melewati jendela kamar.

Vita tidak melewatkan itu. Dia memotretnya.

"Kapan kau akan mendaftar kuliah?"

"Ayahku sudah mengurusnya. Jadi, kurang lebih minggu depan aku akan berangkat kuliah."

Rean ber-oh-ria.

"Oh ya, bagaimana kalau kita jalan-jalan di sekitar sini?" Usul Vita.

Rean tampak berpikir. "Tidak apa-apa? Bukankah kita baru sampai di tempat ini? Bagaimana jika kau sakit karena langsung jalan-jalan?"

"Ayolah, aku punya satu minggu penuh untuk menghabiskan waktu, sebelum masuk kuliah."

Akhirnya mereka pun sepakat untuk mengelilingi New Zealand dengan sepeda. Rean yang mengayuh sepedanya dan Vita duduk di belakang sambil memotret pemandangan yang mereka lewati.

"Meskipun kota, tempat ini tampak lebih sejuk seperti di desa," kata Rean.

Vita mengangguk mengiyakan. "Iya, mungkin karena di sini penggunaan sepeda lebih banyak diminati. Jalannya juga bagus, tidak naik-turun. Siapa pun akan nyaman mengayuh sepeda di tempat ini."

Mereka berkeliling sampai jam 5 sore waktu setempat. Vita merasa pusing dan lemas. Mungkin dia kelelahan, karena seharian berkeliling di tempat baru.

Rean menghela napas berat. Sudah kubilang, jangan kemana-mana. Kita baru sampai. Sekarang kau sakit.

Pria itu menyentuh dahi Vita. Suhu tubuh gadis itu tampaknya mulai meningkat.

Dengan telaten, Rean mengompres dahi Vita dengan air dingin.

"Maaf... lain kali, aku akan mendengarkanmu," ujar Vita.

Rean tersenyum sambil mengusap rambut gadis itu. "Tidak perlu meminta maaf. Yang penting kau merasa senang tadi siang, aku juga. Sekarang tidurlah. Mungkin besok suhu tubuhmu akan menurun."

Gadis itu pun menutup kedua matanya dan tertidur.

Rean bangkit dari kursi kemudian menutup gorden dan mematikan lampu. Hanya lampu tidur yang menyala di kedua meja di samping ranjang.

Rean melelapkan tubuhnya di samping Vita. Pria itu menatap langit-langit kamar yang gelap.

Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Padahal dia tidak memiliki masalah apa pun saat ini. Kedua matanya terasa berat. Rean mengantuk. Perlahan manik aquamarine itu tertutup.

Kenapa aku merasa seperti ini?

-

9.08 : 6 Oktober 2019
Ucu Irna Marhamah

AMETHYST : Kekasih DruclessWhere stories live. Discover now