AKD - 26

377 26 0
                                    

Kedua iris mata Rean berubah warna menjadi hitam. Vita terkejut melihat perubahan mendadak itu. Apalagi muncul dua tanduk yang mencuat dari kepalanya.

Vita menelan saliva karena takut.

Rean menutup rapat kedua matanya. Perlahan langit berubah gelap. Gadis itu menatap ke sekeliling.

"Rean, aku takut. Sudah, Rean."

Kedua mata pria itu berubah normal. Tanduknya juga menghilang dibalik rambut putihnya.

"Kau takut?" Tanya Rean.

Vita mengangguk pelan. "Tapi, kau tidak akan melukaiku, kan?"

"Tentu saja, tidak."

Sunyi.

Vita melihat pergerakan matahari yang begitu jelas di matanya. "Matahari mau terbenam? Aku bisa melihat prosesnya."

Rean mengangguk. "Waktu berjalan cepat di dunia drucless, berbeda dengan dunia manusia."

"Apa kau merindukan duniamu?" Tanya Vita. Rean menggeleng. "Aku lebih nyaman tinggal di dunia manusia yang menyenangkan dan penuh keajaiban."

Vita tertawa mendengar jawaban polos pacarnya. "Jika nanti kita bersama, berarti kau akan tinggal bersamaku di dunia manusia."

"Iya, kupikir begitu."

Vita tersenyum sambil memeluk lengan Rean. "Aku senang ada seseorang yang selalu bersamaku, ketika omma pergi. Tidak ada yang bisa menggantikan omma sampai kau datang dan menemaniku."

"Jangan katakan itu. Ayah dan ibumu juga sangat peduli padamu. Mereka hanya sedikit memiliki waktu senggang." Rean mencoba menenangkan pikiran Vita.

"Waktu mereka habis untuk apa? Apa yang mereka kejar? Apa yang mereka harapkan?" Tanya Vita.

Untuk itu, Rean tidak memiliki jawaban. Namun, dia berkata, "Mereka menginginkanmu bahagia dengan cara mereka sendiri. Bukankah papamu bekerja untuk membuat 'kartu ajaib' milikmu berguna? Papamu juga membangun rumah besar untukmu. Papamu membeli kendaraan untukmu agar tidak perlu berjalan kaki. Papamu juga mempekerjakan para pelayan agar membuatkan masakan lezat untukmu."

Vita mencerna ucapan Rean lalu menjawab, "Kau benar, tapi bukankan semuanya sudah cukup? Papaku bahkan tidak punya waktu untuk dirinya sendiri. Waktu untuk tidur pun sepertinya hanya sebentar."

"Jika papamu senang melakukannya, kau hanya perlu mendukungnya. Papamu juga selalu memperhatikanmu. Aku bisa melihatnya."

Vita menghela napas panjang. "Bicaramu seperti pengacara saja. Kau ini pengacara papaku, ya?"

Rean tertawa. "Aku hanya mencoba mengerti di posisi siapa pun."

"Jika kau jadi aku, kau akan bagaimana?" Tanya Vita penasaran.

"Aku akan menikmati hariku dengan baik, bersyukur, dan menyebarkan senyuman ceria pada semua orang."

Vita tertawa. "Meskipun kau terlihat seperti pria jantan, ucapanmu sungguh manis dan polos seperti anak kecil."

"Kau tahu dari mana, kalau aku jantan?" Tanya Rean.

Vita terdiam dengan kedua pipi memerah. "Itu... kau 'kan memang pria jantan. Memangnya kau tidak senang disebut pria jantan?"

Rean terkekeh. "Tidak, aku tidak apa-apa. Terserah kau mau memanggilku apa."

Vita melihat ke sebelah kirinya. Tempat di seberang sana terlihat gelap dan menakutkan.

Vita menepuk lengan pacarnya. "Rean, apa itu dunia drucless yang sesungguhnya?"

Rean menoleh ke arah pandang gadis itu. Dia mengangguk. "Iya, di sana sedang malam hari."

"Menakutkan sekali. Kenapa di sini tetap siang?"

"Di perbatasan hanya ada pagi dan siang, sementara di dunia drucless hanya ada siang, sore, dan malam."

Vita menyipitkan matanya. Dia melihat ada bayangan-bayangan hitam yang bergerak di udara di seberang sana.

"Apa di dunia drucless ada hantu?" Tanya Vita lagi.

"Tidak ada hantu, memangnya kenapa? Bukankah kau tidak takut hantu?" Tanya Rean yang sedang menahan tawa.

"Emm, itu apa?" Vita menunjuk pada bayangan-bayangan yang mengapung di udara.

Rean menarik tangan Vita agar berhenti menunjuknya. "Itu bayangan yang selalu berkeliaran malam-malam di dunia drucless sana. Mereka seperti sesuatu yang tidak memiliki tubuh. Mereka bukan drucless, bukan hantu, apalagi manusia. Mereka jenis mereka sendiri."

Ucapan Rean terdengar ambigu bagi Vita. "Menakutkan sekali."

"Kalau begitu, kita pulang saja." Rean berdiri di dahan pohon tersebut.

"Di sini 'kan aman. Aku masih senang berada di sini." Vita mengayun-ayunkan kedua kakinya yang menggantung bebas di dahan.

"Kau mau tetap berada di pohon seperti ini?" Gerutu Rean.

"Gendong." Vita merentangkan kedua tangannya.

Rean memutar bola matanya kemudian mengangkat tubuh Vita dan menepuk bokong gadis itu.

"Bayi besar!"

Mereka pun menghilang dalam sekejap dan keluar dari lemari pakaian.

"Aduh." Vita harus berkelahi dulu dengan pakaian di lemari untuk bisa keluar dari sana. Akhirnya dia bisa keluar. Pandangannya tertuju ke jam dinding di kamar.

"Baru jam 4 sore? Aku pikir, kita lama berada di sana. Secepat itukah perjalanan waktu di dunia drucless? Pantas saja usiamu tua sekali," ucap Vita pada Rean.

Mendengar ejekan Vita, Rean hanya memutar bola matanya.

-

07.21 : 6 Oktober 2019
Ucu Irna Marhamah

AMETHYST : Kekasih DruclessHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin