Part 36 - Keras Kepala

5.6K 413 44
                                    

"Apa? Kamu minta tes DNA ulang? Jangan gila, Anita! Hasil tes DNA Deni sudah cukup kuat untuk membuktikan kalau janin itu darah dagingnya. Mikir!" Kali ini, Arya yang meradang seperti orang kesetanan.

"T-tapi, ak--"

"Maaf, Pak, Bu. Sebaiknya kalian keluar, jangan berdebat di sini. Ini rumah sakit, silakan keluar." Dokter Teguh berjalan ke arah pintu, kemudian mempersilakan ketiga orang itu meninggalkan ruangannya.

Wajah Anita tampak memerah sebab dirinya merasa dipermalukan di depan Dokter Teguh. Bahkan, dirinya tetap bersikukuh mengatakan bahwa janin yang dikandungnya adalah anak biologis dari Arya. Mendengar hal tersebut, Arya hanya tersenyum miring menanggapi ucapan wanita itu. Hatinya sedikit lega sebab satu per satu kebenaran mulai terungkap.

"Jangan mengada-ada, Anita. Sudah, terima saja hasilnya. Toh, memang benar itu benih dari Deni," ucap Arya sambil tersenyum puas. "Jangan khawatir, aku tetap bertanggung jawab secara finansial sampai bayi itu lahir." Setelah berucap demikian, Arya berlalu pergi meninggalkan dua orang yang masih mematung.

Lelaki itu berjalan ke arah parkiran kendaraan. Sesampai di mobil, sejenak dirinya mengirim chat kepada Alia melalui Whatsapp. Kebetulan, wanita itu sedang online. Arya berharap istrinya cepat membalas pesan tersebut.

[Alhamdulillah. Allah memudahkan jalannya, Sayang.]

[Alhamdulillah, Mas. Jadi, hasil tes DNA-nya menyatakan bahwa janin itu bukan anakmu, kan, Mas?]

[Aku jelaskan di rumah, ya. Setelah ini, aku langsung otw pulang.]

Sayangnya, pesan tersebut hanya bercentang biru. Tandanya, Alia hanya membacanya, tidak membalasnya lagi. Lelaki itu menaruh ponselnya di dashboard mobil, kemudian mulai memasang safety belt. Setelahnya, mobil mulai dijalankan dengan kecepatan standar.

Tidak ada hal yang mustahil jika Allah sudah berkehendak. Buktinya, kebenaran pun bisa terungkap dan membuat posisi Arya menang satu langkah dibandingkan lawannya. Kini, hatinya terasa lega. Artinya, sedikit demi sedikit masalahnya akan teratasi.

Mobil Avanza Veloz itu mulai berbaur dengan kemacetan jalan raya. Kali ini, dirinya memilih lewat frontage jalan Ahmad Yani. Padahal, daerah tersebut sangat terkenal menjadi biang kemacetan karena penumpukan arus lalu lintas dari arah Sidoarjo dan Krian bertemu di sekitaran Bundaran Waru. 

"Aku harus cepat! Tak sabar rasanya untuk memberi tahu Alia tentang hal ini," gumamnya pelan.

Sejenak, matanya kembali fokus menatap jalan raya. Untuk mencairkan suasana, Arya memutar lagu-lagu Jawa dari tape mobilnya. Perlahan, suara merdu Denny Caknan dan Happy Asmara mulai terdengar. Suara keduanya terdengar saling mengimbangi, terdengar hidup saat membawakan lagu Madiun–Ngawi. Memutar lagu-lagu Jawa membuatnya sedikit rileks.

Tanpa terasa, hampir setengah jam mobil Arya terjebak dalam kemacetan rutin di sekitaran jalan Ahmad Yani. Kali ini, kemacetan itu berpusat di depan Royal Plaza. Arus kendaraan dari jalan Ahmad Yani dan Wonokromo bertumpuk di traffic light sekitar sana. Ditambah lagi dengan tertutupnya palang pintu kereta api, menandakan akan ada kereta yang lewat menuju Stasiun Wonokromo.

"Ah, kenapa macetnya sampai seperti ini, sih!" Arya berdecak kesal sembari memukulkan telapak tangannya di kemudi mobil. Telanjur masuk, mau tak mau dirinya harus menghadapi kemacetan tersebut.

Lima menit setelahnya, kereta api KRD Dhoho lewat dan mengarah ke Stasiun Wonokromo. Kereta tersebut membawa lebih dari 5 gerbong. Setelah gerbong terakhir melewati perlintasan kereta api tersebut, tidak lama setelahnya palang pintu itu mulai terbuka. Kendaraan dari arah Royal Plaza mulai melaju satu per satu. Kebetulan, lampu traffic light sedang berwarna hijau. Akhirnya, tiba giliran Arya untuk melaju. Ia melajukan mobilnya dengan pelan, sesuai dengan kecepatan rata-rata yang belum stabil.

Terbagi (Pengorbanan Seorang Istri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang