Part 20 - Tes DNA

13.1K 563 33
                                    

"Ehemm!"

Mendengar itu, Arya tampak terperangah. Refleks, ia melepas tangan dari perut Anita. Seketika, raut wajah yang tadinya bahagia berubah menjadi dingin. ‘Ah, pandai sekali kau bersandiwara, Mas.’ Alia membatin sambil berlalu pergi.

Ekor mata Alia masih menangkap raut bahagia yang terpancar di wajah sang suami. Hatinya terasa nyeri, teramat nyeri. Secara tidak langsung, mereka seolah menyudutkan posisi Alia karena belum bisa memberi keturunan. Maklum, wanita memang sensitif terlebih menyangkut masalah hati.

Sepersekian detik setelahnya, Arya menyadari kepergian Alia. Ia berpikir bahwa istrinya tak kuasa menahan api cemburu yang bergemuruh. Ia pun tak menyangka kenapa bisa sebahagia ini mengelus perut wanita hamil. Sejujurnya, Arya juga menginginkan kehadiran buah hati sebagai pelengkap dalam rumah tangganya.

"Makasih, ya, Mas, kamu udah menepati janjimu hari ini. Aku juga senang, kamu mau mengelus-elus perutku, anak ini memang merindukan ayahnya." Anita berucap sambil menyandarkan kepala di pundak sang suami.

"Tidak usah berlebihan, hari ini, kan, memang jatahmu bersamaku. Lagi pula, aku harus bersikap adil kepada dua istriku." Arya menjawab santai sambil mengulas senyum. Senyum manis, tetapi penuh kepalsuan. Ya, ini adalah bagian dari rencananya untuk menjebak Anita.

"Aku sangat senang, Mas. Sumpah!" Lagi, wanita itu tidak dapat menutupi kebahagiaannya.

Hening, tak ada obrolan di antara mereka. Arya sengaja membiarkan Anita bermanja-manja dengan dirinya agar wanita itu tidak menaruh rasa curiga. Sejenak, ia harus mengesampingkan perasaan Alia agar dapat mendalami peran sebagai suami Anita.

Klung!

Anita terkesiap, segera meraih ponsel yang ada di sebelahnya. Diusapnya layar ponsel itu ke atas hingga menampilkan foto pernikahan mereka sebagai wallpaper. Detik kemudian, tangan kirinya men-scroll ke bawah, tampak notifikasi beberapa pesan dari Deni mengambang di sana. Sekilas, ia terkejut melihat kata “Sayang” tersemat di sana.

"Ada apa?" tanya Arya mengejutkan wanita itu.

"Em ... t-tidak ada, Mas." Wanita itu menjawab dengan gugup. Entah, apa yang ia sembunyikan.

"Coba lihat!" Arya meraih benda pipih milik Anita, lalu melihat notifikasi pesan dari Deni. Perlahan, senyum miring mulai tampak di bibir lelaki itu. Namun, ia segera melakukan akting agar terkesan mendramatisasi. "Apa maksudnya ini? Kenapa lelaki ini menghubungimu, hah?"

Wanita itu menunduk, ia terlihat ketakutan melihat sang suami begitu marah. "A-aku ... t-tidak tahu, Mas."

"Kamu selingkuh? Yang benar saja, hah?!" Arya menuding wanita itu, lalu dibalas dengan gelengan kepala. "Coba buktikan! Buka pesannya di hadapanku sekarang!" Suara Arya meninggi dua oktaf. Benar, Anita menurut dan langsung membuka pesan itu di hadapan sang suami.

[Hallo, Sayang ... bagaimana kabarmu?]

[Kamu ke mana, sih? Kok, chat dariku selalu diabaikan? Apa kamu benar-benar mencintai Arya sekarang? Sebagai ayah biologis bayi itu, wajar kalau aku selalu nge-chat kamu, Anita. Aku cuma pengen tau bagaimana perkembangan bayi itu, benih cinta kita.]

Netra Arya membeliak, "Ayah biologis? Maksudanya apa ini, hah? Jelaskan!" Lagi, lelaki itu membentak istri mudanya. Ia terlihat gugup dan ketakutan.

"B-bukan, Mas. Deni i-itu ... ngaco! Sudah jelas-jelas kalau kamu ayah biologis anak ini. Kan, kita me--"

"Cukup, Anita! Kalau benar dia anakku, buktikan pada lelaki kurang ajar itu! Kita harus melakukan tes DNA segera!"

Terbagi (Pengorbanan Seorang Istri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang