Part 11 - Inikah Akhirnya?

16.2K 765 33
                                    

Klung!
Sebuah notifikasi chat whatsapp muncul di atas layar, memperlihatkan nama Rian sebagai pengirim. Alia mengernyitkan dahi sekilas, lalu cekatan membuka kunci layar. Sedetik kemudian, jemarinya mengeklik sebaris pesan dari Rian hingga tampil seluruh isi chat tersebut.

[Maafkan aku, ya, Al. Andai aku tidak egois, mungkin kau tidak berada dalam masalah ini. Aku yang salah. Nanti kucoba menjelaskan semuanya pada suamimu.] Isi pesan yang dikirim oleh Rian.

[Ah, tidak apa-apa, Mas. Biar aku selesaikan sendiri masalah ini.] Alia membalas sembari membubuhkan emotikon senyum.

Kembali Alia meletakkan benda pipih itu di tempat semula. Sedetik kemudian, ia beranjak dari tempat tidur menuju ke kamar mandi. Mengambil air wudu sembari menunggu azan Magrib.

Tok! Tok! Tok!

Selesai wudu, terdengar ketukan pintu beberapa kali. Wanita itu berusaha tidak menggubrisnya. Namun, ketukan itu justru terdengar semakin keras.

"Buka pintunya, Al. Aku hanya ingin mengambil baju koko saja." Suara bariton itu muncul dari balik pintu.

Alia berdiri, lalu berjalan ke arah lemari. Tangannya cekatan membuka kunci, lalu meraih baju koko putih di tumpukan paling atas. Setelah itu, ia membuka pintu kamar dan menyodorkan baju kepada sang suami.

"Terima kasih, A--"

Brakk!
Belum sempat lelaki itu selesai berbicara, Alia langsung membanting pintu. Ia tidak menatap mata sang suami sedetik pun. Ya, itu karena amarah yang masih menyelimuti hatinya. Wajar saja, perempuan mana yang tahan jika difitnah oleh madunya, bahkan sang suami sangat memercayainya.

Alia beristigfar, berusaha menetralkan amarah yang telah menguasai dirinya. Ia meraih mukena pink bermotif bunga, lalu duduk menghadap kiblat sembari menunggu seruan azan selesai. Tak berapa lama, terdengar lagi suara ketukan pintu. Alia berjalan ke arah pintu, lalu membukanya.

"Sayang ... kita sholat bareng, yuk!" Lelaki berbaju koko sudah berdiri di depan pintu. Terukir senyum indah yang dari sudut bibirnya.

"Tidak usah, Mas. Aku sholat sendiri saja. Pengen curhat sama Allah," ujar Alia tanpa menatap mata sang suami. Sedetik kemudian, ia menutup pintu dan menguncinya dari dalam.

Wanita itu duduk bersila di atas sajadah, lalu beristigfar untuk mengembalikan fokus yang sempat terpecah. Tangan kanannya meraih tasbih yang terletak tak jauh dari sajadahnya, lalu berzikir menyebut asma Allah sembari memutar butiran tasbih.

"Astaghfirullah ... astaghfirullah ...." Alia berucap pelan sembari menghayati.

Setelah dirasa cukup tenang, Alia kembali meletakkan tasbih di tempat semula. Ia berdiri, lalu mengambil posisi menghadap kiblat. Ia melaksanakan salat Magrib dengan khusyuk.

Tiga rakaat telah usai dengan diakhiri salam sebanyak dua kali. Alia menengadah seraya mengangkat kedua tangan. Ia mencurahkan isi hati kepada Sang Pencipta termasuk permasalahan rumah tangga bersama Arya. Tanpa terasa, bulir bening membasahi kedua matanya. Namun, Alia tidak menghiraukan itu. Ia terus berdoa kepada Yang Mahakuasa. Benar saja, hatinya sedikit lega. Setelah itu, Alia meraih Al-Qur'an kecil sebesar telapak tangan dan melanjutkan bacaan surah yang terakhir kali dibaca.

***

Sudah satu jam lebih wanita itu mengurung diri di kamar. Ia termenung, menatap hamparan cakrawala yang gelap tanpa gemerlap bintang. Luasnya langit itu tampak hampa seperti hati Alia yang rapuh.

Semilir angin dari luar balkon berembus menerpa wajah dan khimar cokelat yang ia kenakan. Tak terasa, netra Alia terpejam dan menikmati keheningan malam ini. Tiba-tiba, sekelebat bayang wajah Arya yang menyiratkan amarah terlintas dalam benaknya. Alia membuka mata perlahan, mencoba menepis potongan visualisasi itu.

Terbagi (Pengorbanan Seorang Istri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang