Part 33 - Berbeda

4.1K 402 17
                                    

Sesampai di mall, Alia justru memilih tujuan yang berbeda dengan madunya. Dirinya langsung menuju lift ke lantai tiga. Di sana merupakan area foodcourt yang menjual berbagai macam olahan makanan dan minuman kekinian. Sementara itu, Anita justru menuju toko barang-barang branded.

"Mau ke mana kamu?" tanya Anita ketus.

Alia yang ditanya seperti itu langsung menghentikan langkah dan menatap ke arah Anita. "Ke foodcourt aja. Mau ikut, gak?" jawabnya lembut.

"Nggak. Udah, sana! Aku mau shopping, kok. Lagian, males banget jalan bareng kamu terus."

"Jangan dikira aku kegirangan bareng sama kamu, ya. Salah! Aku cuma kasihan aja sama kamu, Anita. Harusnya kamu berterima kasih, kalau nggak ada aku, kamu nggak bisa foya-foya habisin duit Mas Arya kayak gini!" Setelah berucap seperti itu, Alia melangkah pergi.

Wanita itu berjalan ke arah lift yang tampak sepi. Ia meninggalkan Anita yang masih mematung dan menatapnya tanpa berkedip. Tampaknya, ucapannya barusan sukses membungkam mulut Anita yang seenaknya berbicara tanpa filter. Puas, itulah yang dirasakan oleh Alia. Hingga dirinya memasuki lift, Anita masih memperhatikannya dari kejauhan.

"Jangan meremehkan orang sabar. Jika dia marah, pasti bisa membuat mulutmu bungkam!" Alia bermonolog.

Alia memencet tombol penutup pintu dan menunggu lift tersebut berjalan. Di dalam lift, ia hanya sendirian. Beberapa saat setelahnya, lift tersebut sampai di lantai tiga, tempat foodcourt berada.

Wanita itu melangkah keluar lift, kemudian berjalan ke arah sudut foodcourt. Di sana, ia mengunjungi salah satu tempat makan favoritnya bersama Arya. Berniat sekadar mengisi perut, wanita itu justru berkilas balik tentang kebersamaannya bersama sang suami. Ada rasa perih yang mendera, sebab keadaannya kini telah berbeda. Bukan tentang dua insan lagi, melainkan ditambah hadirnya orang ketiga sebagai tamu yang tak diundang.

Alia berhenti tepat di depan depot makanan bernama "Steak-ku!". Tampak antrean mengular di depan kasir. Tidak mau membuang waktu lagi, dirinya langsung berdiri paling belakang. Setelah dua puluh menit menunggu, kini gilirannya untuk dilayani.

Seorang wanita di bagian kasir tersenyum ramah ke arahnya, kemudian menyodorkan buku menu kepada Alia. Spontan, Alia langsung membuka satu per satu lembaran buku menu, kemudian mengucapkan menu apa yang hendak ia beli. Kasir tersebut merekap pesanan Alia dengan cekatan, kemudian mencetak nota dan memberinya nomor meja. Setelahnya, Alia mulai mencari meja kosong di sekitar tempat tersebut.

Matanya menyelisik, menatap sekitar untuk mencari meja kosong. Tidak berapa lama, ia menemukan satu meja kosong di sudut foodcourt, dekat dengan jendela. Bergegas wanita itu melangkah ke sana, kemudian duduk dan menaruh nomor meja. Santai dan rileks, setidaknya hal tersebut sedikit mengurangi tingkat stres yang dialami oleh Alia selama ini.

Wanita itu menatap ke luar jendela, berusaha menikmati pemandangan yang tersuguh di hadapannya. Tampak gedung sebuah universitas swasta berdiri kokoh di hadapannya. Selain itu, kondisi jalanan di sepanjang Jalan Ahmad Yani terlihat padat merayap. Terlebih, ada sebuah rel kereta aktif di pinggir jalan dan berpotensi menimbulkan kemacetan ketika kereta api sedang lewat.

[Sekarang posisimu di mana, Sayang?]

Getar ponsel dari dalam tas selempangnya membuat lamunan Alia memudar. Ia merogoh tas tersebut, kemudian mengambil ponsel yang layarnya sudah menyala. Setelah membuka kunci menggunakan face lock, ia langsung membuka Whatsapp dan mencari tahu siapa pengirim pesan tersebut. Ternyata, pesan tersebut dari Arya, suaminya. Alia langsung membalasnya meski dirinya tidak tertarik untuk membalas pesan tersebut.

Terbagi (Pengorbanan Seorang Istri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang