Part 21 - Kelabu

8.5K 453 14
                                    

"Iya, Sayang. Sabar, ya." Kedua tangan lelaki itu merengkuh pundak sang istri, lalu membawanya mendekat pada dada bidangnya.

Tak ada gading yang tak retak. Begitu pun dengan manusia, tidak ada satu pun yang sempurna. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik. Sama halnya dengan Arya yang tidak luput dari dosa. Saat ini, ia hanya menginginkan mahligai rumah tangga bersama Alia membaik seperti sedia kala. Tidak ada jalan lain, kecuali tes DNA.

"Kenapa dia begitu antusias? Kan, seharusnya dia waswas, sebab itu bukan darah dagingmu. Ya, kan?" Manik mata wanita itu menatap erat ke arah sang suami.

"Hmm ...."

Lelaki itu bergumam lirih sembari mengangguk pelan. Tampak jawaban yang meragukan dari raut mukanya. Entah, apa yang sedang ia pikirkan. Mengetahui itu, membuat Alia menaruh curiga terhadap sang suami.

"Kenapa, Mas? Kok, kayaknya kamu panik banget. Apa ada yang kamu tutupi dariku?" Berulang kali wanita itu memberondong pertanyaan kepada Arya. Namun, lelaki itu hanya bergeming tanpa menatap istrinya sedetik pun. "Mas, kamu kenapa?" tanyanya lagi.

"Eh, eng-enggak, kok. Ya sudah, jangan khawatir. Serahkan semuanya kepada Allah," tutur Arya seraya menyungging senyum terpaksa.

Sejujurnya, jawaban yang terlontar dari bibir lelaki itu belum memuaskan hati sang istri. Namun, Alia memilih bungkam dan memendam sejenak tentang rasa penasaran yang menguasai pikirannya. Ia tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan, sebab jika salah langkah sedikit saja, bisa menjadi bumerang bagi rumah tangganya.

Meski dirinya menyandang gelar Nyonya Arya Wiguna, tetapi belum membuat posisinya aman. Terlebih, gerilya yang dilakukan oleh Anita bisa menghancurkan dirinya kapan saja.

***

Waktu berlalu begitu cepat. Tanpa terasa, dua hari telah berlalu. Ya, inilah hari yang mereka tunggu. Hari yang akan menjadi peristiwa bersejarah bagi keluarga Wiguna. Sedari pagi, si istri muda tengah duduk santai sembari menunggu suami dan madunya di ruang tamu.

Matanya fokus menatap layar benda pipih yang berada dalam genggamannya. Sementara itu, jemarinya menari-nari di atas tuts papan ketik. Sekilas, tampak senyum licik tersungging di poros bibir wanita muda itu.

[Sebentar lagi on the way. Jangan lupa dengan perjanjian kita!] tulisnya melalui Whatsapp sembari membubuhkan emotikon telunjuk dan ibu jari membentuk huruf "O".

"Ayo!" Suara bariton itu mengagetkan Anita. Spontan, ia langsung menutup aplikasi perpesanan hijau yang baru saja digunakan.

Sejenak dirinya menatap wajah sang suami. Air mukanya tampak datar, tidak ada senyuman yang tersuguh di poros bibir lelaki itu. Detik berikutnya, ia mengalihkan pandang ke arah kakak madunya. Pun sama, tidak ada senyum dari bibir mungilnya. Tatapannya dingin, sedingin udara di kutub utara. Akan tetapi, Anita tidak memedulikan hal itu. Terpenting, janin dalam kandungannya akan menjadi putra tunggal dari Arya Wiguna.

Sorak kemenangan telah bergejolak dalam hati wanita itu. Hal itu membuatnya acuh terhadap pemandangan yang tersuguh di hadapan. Tangan Alia bergelayut manja di lengan Arya. Baru kali ini, tidak ada kecemburuan yang muncul dalam hatinya. Sepertinya, ia cenderung menikmati pemandangan itu.

'Silakan bersenang-senang dulu sebelum air matamu menjadi semerah darah, Alia.' Anita membatin sembari menampilkan seringai tajam.

Saat masuk ke dalam mobil, sang suami memperlakukan Alia bak permaisuri. Namun, berbeda dengan Anita. Wanita itu tidak mendapat perlakuan spesial dari Arya bahkan lelaki itu langsung masuk tanpa membukakan pintu mobil untuknya.

Terbagi (Pengorbanan Seorang Istri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang