29

7.2K 232 6
                                    

Sejauh apapun melangkah hati ini tetapalah milikmu.
Sekeras apapun melupakan justru semakin merindu.
Entah apa garis Tuhan untuk kita.
Jika memang nyatukan pasti semua akan indah pada akhirnya.

Tiupan angin meniupkan sebagaian helaian rambut panjang yang dibiarkan terurai. Mata wanita itu tak lepas dari anaknya yang terus berlari-larian seperti tak pernah capek dipinggir pantai.
Sekarang mereka tengah berada dipantai. Pantai tempat dimana kenangan-kengangan indah tercipta.

Zia menghela nafasnya.
Tempatnya ini tidak berubah bahkan masih sama. Ia menduduki dirinya diatas pasir pantai yang putih menatap laut yang membentang luas

Seketika memori otaknya berputar-putar bagaikan sebuah kaset mengingat saat-saat yang membahagiakan dimana awal kevan menyatakan cinta melamarnya disini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Seketika memori otaknya berputar-putar bagaikan sebuah kaset mengingat saat-saat yang membahagiakan dimana awal kevan menyatakan cinta melamarnya disini.
Tanpa diduga air mata zia mengalir jika mengingat itu.
Ah sial ia menjadi semakin merindukan pria itu.

"Mamah kenapa menangis?" keyra menatap ibunya yang menangis.
"Apa keyra nakal ya?"

Zia menggeleng seraya menghapus air matanya. Tangannya terulur untuk merekuh tubuh mungil anaknya.
Zia sangat bersyukur karena kehadiran keyra dalam hidupnya.
Keyra lah yang membuat zia melupakan luka-luka yang ia rasakan.

"Engga kok sayang. Tadi mata mamah kelilipan" sahut zia dengan senyum manisnya.

"Pasti mamah lagi kangen papah ya?"
Zia terdiam bagaimana anaknya tahu jika ia merindukan kevan ayahnya.

"Engga kok" elak zia.

"Key tau kalau mamah lagi kangen papah pasti mamah nangis. Key sering kok liat"

Zia tertegun mendengar ulasan putrinya. Ah bagaimana dia bisa seceroboh itu.
Meskipun keyra tak pernah bertemu dengan ayah kandungnya setidaknya zia masih memperkenalkan kevan adalah ayahnya. Karena bagaimanapun zia tidak ingin keyra membenci atau tidak mengenal ayahnya. Zia selalu beralasan jika kevan ayahnya masih sibuk bekerja hingga belum sempat untuk menemui mereka.

"Keyra juga kangen sama papah. Tapi kenapa papah ga pernah nemuin mamah sama keyra. Apa papah udah lupa sama kita?" ungkap bocah tiga tahun itu.

Zia menggeleng.
Tangannya terulur mengelus rambut putrinya.
"Papah engga akan pernah lupa sama kita. Kenapa papah ga pernah nemuin kita itu karena papah sibuk kerja" jelas zia. "Nanti kalau papah engga sibuk lagi pasti papah nemuin keyra dan main sama keyra"

"Benar mah?"

Zia mengangguk membenarkan.

"Hore.. Mah sekarang key mau es cream"

"emm ya udah ayoo kalau gitu kita cari tukang es creamnya"

Zia segera bangun dari duduknya tangan lentiknya tak lupa menggandeng tangan kecil milik keyra. Sungguh pemandangan yang indah bukan.

Sedangkan tidak jauh dari mereka sebuah mobil berwarna hitam menepi. Tak lama keluarlah seseorang pria bertubuh tinggi melangkah mendekati pantai. Ya, itu kevan.
Seperti kebiasaannya sejak empat tahun lalu kevan selalu pergi kepantai  jika ia sudah sangat merindukan zia.
Disinilah ia bisa mencuruhkan kerinduannya pada zia meski hanya dengan berdiam diri seraya menatap laut biru.

Don't Leave Me (END)Where stories live. Discover now