5

6.3K 216 0
                                    

Kevan pov.

Indah, Itu adalah kata pertama yang kulihat ketika membuka mata dipagi hari ini. Memandang bidadari cantik yang tertidur disebelahku adalah hobi ku beberapa bulan ini.

 Memandang bidadari cantik yang tertidur disebelahku adalah hobi ku beberapa bulan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku menyingkirkan rambut yang menghalangi pemandangan indah didepanku. Mengecup kilat bibirnya yang sudah menjadi candu untukku.

Dreeet.. Dreeet...

Aku bergumam kesal pada siapapun yang menelepon dihari minggu dan sepagi ini.

"Ya hallo" ucapku setelah mengangkat panggilan telepon.

"..."

"Aissh.. Ya aku kesana sekarang"

Aku membalikkan badanku melihat istriku yang ternyata sudah bangun dari tidurnya.

"Morning sayang"

"Morning to suamiku" balas zia seraya merenggangkan tubuhnya.
"Siapa yang telepon?"

"Raki.. Katanya aku harus kekantor sekarang karena ada beberapa pekerjaan yang belum selesai kemarin" jelasku.

Zia merubah posisinya dari tiduran keduduk. Wajah khas bangun tidurnya masih membuat dirinya cantik.

"Ini kan hari minggu mas" katanya dengan nada merajuk.

"Lalu?" sahutku pura-pura tidak mengerti. Ya sejujurnya aku tahu apa yang ada dipikiran zia.

"mas lupa ya" zia memanyunkan bibirnya membuatku semakin gemas ingin menciumnya sekarang juga.

"Apa sih sayang?"

"Ahh sudahlah" zia beranjak dari tempat tidur.
Aku tertawa melihat dirinya yang tengah ngambek.

Aku mengikuti zia kedalam kamar mandi memeluk tubuh mungilnya dari belakang.

"Jangan marah sayang. Aku ingat kok kalau hari ini kita kencan" ujarku.

"Kalau ingat kenapa kamu harus kekantor."

"Cuma sebentar sayang.. mas janji setelah pekerjaan kantor selesai kita kencan dan mas nurut deh maunya kamu kemana"

"Benar mas?" zia kembali semangat.

"mas ga akan nolak aku ajak kemana aja?" zia memastikan.

"Iya apa sih yang engga buat sayangnya mas"

Don't Leave Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang