6

5K 203 0
                                    

Zia mencuci tangannya dan merapihkan pakaiannya didepan cermin besar ditoilet.

"Maaf boleh minta tisunya" ujar seorang wanita hamil pada zia.

"Eh iya pakai aja" zia menyerahkan tisu miliknya pada wanita itu.

"Terima kasih"

Zia memperhatikan perut buncit wanita disampingnya.
"Sudah berapa bulan?" tanyanya.

"Jalan 5 bulan"

"Wahh tinggal menunggu 4 bulan lagi"

"Iya" sahut wanita itu seraya mengusap perutnya yang membesar.

"Boleh pegang?"

Wanita itu mengangguk mempersilahkan zia memegang perutnya.
Tangan lentik zia memegang perut wanita muda disampingnya rasa hangat menjalar ketika memegang perut wanita itu bahkan matanya melebar saat merasakan sebuah pergerakan.

"Dia bergerak"

"Iya sepertinya dia suka sama kamu"

"Benarkah??"

"Iya biasanya dedeknya hanya aktif dimalam hari. Jarang sore hari"

"Ah gitu.. Hallo dedek bayi" ujar zia

Membuat wanita itu tertawa.

Dreert. Dreeet..
Ponsel zia berbunyi ia mendapat panggilan dari kevan.

"Suamiku menelepon. Aku duluan ya mbak"

"Ah iya"

"Dadah dedek bayi" zia kembali memegang perut wanita itu sebelum keluar dari toilet.

**

Dirumah

Kevan terdiam mengingat kejadian tadi sore yang tanpa sengaja ia melihat seseorang yang ia kenal.

"Apa itu dia?" gumam kevan.
"Tapi kenapa dia ada disini? Mengapa aku harus melihatnya?" kevan mengacak rambutnya asal. Melihat orang itu membuat bayang-bayang kesalahan paling fatal dalam hidupnya yang ingin kevan buang jauh justru kembali muncul.

"Tuhan aku tidak ingin dia muncul. Aku takut zia tahu dan membenciku" kevan membatin.


Sedangkan didalam kamar mandi zia menatap dirinya dalam pantulan cermin rambutnya basah ia biarkan menetes. Tangan putihnya, meraba perut rata miliknya setelah bertemu secara tidak sengaja dengan wanita hamil ditoilet tadi sore terlebih lagi zia merasakan sebuh pergerakan hangat membuat hati zia menghangat dan ada keinginan untuk dirinya mengandung juga.

"Apa kevan akan bahagia jika aku mengandung anaknya?" gumam zia yang masih meraba perutnya didepan pantulan cermin.

Ya sebelum menikah zia mengutarakan keinginannya untuk tidak memiliki seorang anak terlebih dahulu karena ia masih ingin fokus dengan kuliahnya apalagi jika nanti ia memasuki masa skripsi zia yakin waktunya pasti akan terkuras tapi disisi lain dia menginginkannya. Meski kevan menerima keputusan zia untuk menunda memiliki anak. zia, tahu kevan sebenarnya sudah menginginkan keturunan darinya.

Zia mengambil pil kb nya yang selalu ia minum setiap malam menatap lamat pil itu sebelum akhirnya ia memutuskan untuk membuangnya ketempat sampah dan tak meminumnya lagi.

Zia pun segera keluar seraya mengeringkan rambutnya.

"mas?" panggil zia.
"Kalau misalnya nanti kita punya anak mas mau laki-laki apa perempuan?" tanya zia, ia tersenyum kecil membayangkan jika nanti ia mempunyai anak.

Ia menoleh kearah kevan yang tengah melamun.

"mas?" panggil zia lagi tapi pria itu masih tidak bergeming.

Don't Leave Me (END)Where stories live. Discover now