[39] He is back

17.1K 2.3K 88
                                    

Saat dimana kau berpikir aku tlah pergi diam-diam aku masih tetap menunggu
-unknown
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Happy reading!

Acara syukuran suami Ibu Aisyah akan dilaksanakan pada hari ini. Dan, sekarang gue tengah sibuk mencari teman untuk menghadiri acara tersebut. Sudah menelepon Zahra dan Oppie, tapi mereka berdua tidak bisa.

"Duh, siapa lagi, ya, yang mau diajak," celetuk gue.

Tiba-tiba saja pikiran gue tertuju ke sahabat yang hampir terlupakan saking nggak ada kabarnya. Siapa lagi kalau bukan Aisy.

"Ya, Aisy. Gue coba telepon dia aja, deh. Siapa tahu nomornya masih aktif," gumam gue.

Gue pun langsung menelepon nomor Aisy yang masih gue simpan, ternyata nomor itu masih aktif. Dan, siapa sangka? Aisy ternyata menjawab teleponnya dan berkenan untuk menemani gue ke acara Ibu Aisyah.

"Shareloc alamat rumah sakit lo aja! Gue tinggal jalan ke sana."

Gue tersenyum kegirangan. "Oke, deh."

Setelah gue menutup telepon dari Aisy, Suster Suci masuk keruangan.

"Dok, saya sudah mengosongkan jadwal praktik untuk malam ini."

"Makasih, ya, Sus."

Suster Suci mengangguk pelan. "Saya permisi pulang duluan, ya, Dok."

"Oh, iya, silakan," lanjut gue sambil tersenyum ringan.

Beberapa menit setelah suster pamit pulang, Aisy menelpon dan menyuruh gue ke depan rumah sakit, dia telah sampai. Gue pun langsung bergegas ke depan, dan benar saja mobil yang dikendarai oleh Aisy sudah terparkir rapi di depan.

"Ayo, masuk!" ucapnya sambil menurunkan kaca mobil.

Gue mengangguk dan langsung membuka pintu mobil. "Widih! Udah punya mobil pribadi aja, lo."

Aisy menggeleng cepat. "Ini punya Mama gue kali, pinjam doang."

"Oh, gitu. Btw, Kak Anshar gimana? Lo udah nikah sama dia?" tanya gue yang jiwa keponya mulai kambuh.

"Nggak. Sebenarnya waktu SMA gue bilang udah taaruf sama dia itu prank doang, hehe. Gue sama sekali nggak pernah ketemu dia lagi, terakhir waktu dia ambil SKHU dan itu udah lama banget," jawab Aisy dengan tersenyum getir.

Gue menggelengkan kepala. "Parah, gue pikir serius. Jadi, waktu itu siapa yang taaruf?"

"Kakak pertama gue. Eh, acaranya di mana, nih?"

"Hotel Deluxe, private room 2," jelas gue sambil membaca alamat yang sudah dikirim Ibu Aisyah lewat WA semalam.

"Hotel Deluxe? Dekat dong dari sini."

Gue mengangguk pelan.

"Wih! Privat, ya," lanjut Aisy sambil menggelengkan kepalanya.

"Katanya, buat keluarga doang."

Aisy mengernyitkan dahinya. "Ibu Aisyah keluarga lo?"

Rasa dan HarapanWhere stories live. Discover now