Extra Part

24.7K 718 13
                                    

Pukul 6 pagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pukul 6 pagi. Aku mulai terbiasa dengan kesibukanku di rumah yang bertambah sekian kali lipat. Bangun pagi, memasak dan membersihkan rumah ditambah kini aku melanjutkan kembali kuliahku yang sempat tertunda.

Tanganku sedang sibuk memotong beberapa sayuran. Sepasang tangan melingkar di pinggangku. Aku tidak kaget lagi, karena inilah kebiasaannya. Kebiasaan Mas Andi setiap paginya selagi anak-anak belum bangun.

"Aku masak, Mas!" Kataku memperingati. Sungguh ini mengganggu.

"Sebentar." Dia malah menumpukan dagunya di pundakku. Dasar manja.

Aku membalikkan badanku dan balas memeluknya, dia mengangkat tubuhku untuk duduk di meja pantry. Aku memandangi wajah bantalnya yang selalu ku temui setiap pagi.

"Belek mata kamu, ih jorok!" Kataku tapi tetap membersihkan matanya.

"Kan belum cuci muka."

"Kebiasaan!" Aku memukul bahunya pelan.

Cup.

Dia mencuri satu kecupan dengan cepat. Aku belum terbiasa dengan yang satu ini, satu setengah tahun menikah aku benar-benar belum bisa terbiasa.

"Pipi kamu merah." Aku menutup wajahku malu. Ish.

"Jangan ditutupin!" Dia menarik tanganku, memperhatikan wajahku sekali lagi, lalu tangannya menyelipkan beberapa helaian rambut yang tidak terikat.

Sekali lagi, dia mengecup keningku lama. Setiap hari begini. "Terimakasih sayang, untuk hidupku yang selalu lebih baik setiap harinya." Setelahnya dia akan menelusupkan wajahnya diantara ceruk leherku.

Aku mengusap kepalanya, rambutnya sepertinya sudah minta dipangkas, lalu punggung tegapnya yang selalu sigap. Oh tuhan, sungguh aku mencintai pria ini.

Aku mendengar tangisan anak-anakku yang saling bersahutan. "Mas..."

"Hmm..."

"Pura-pura gak denger atau gimana, itu anaknya udah bangun. Aku mau lanjut masak."

Wajahnya memberengut karena aktivitasnya terhenti, padahal dia cuma diam aja sambil melukin aku. Dasar, si bapak.

Dia melepas pelukannya dan berlalu menjauhiku. "Iya sayang daddy datang..." Aku tertawa melihat tingkahnya yang berlari menuju kamar.

***

Setelah selesai memasak, aku masuk ke kamar dan membersihkan diri lalu menyiapkan pakaian Mas Andi untuk ke Kantor. Kini dia sedang bermain dengan anak-anak. Selalu, karena pekerjaannya yang cukup sibuk, setiap ada waktu luang sedikit dia akan menghabiskannya dengan anak-anak.

"Bajunya udah aku letakin di atas kasur, kamu mandi dulu sana baru sarapan."

Kini umur Rafka sudah menginjak enam bulan. Sedikit demi sedikit dia sudah bisa menggeser badannya dan mengangkat tubuhnya untuk merangkak. Aku mengambil Rafka ke pelukanku. Dia masih minum ASI, aku mau memberinya ASI hingga umur dua tahun. Begitu rencananya.

SAFIRA [SUDAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now