08

31.6K 1.7K 5
                                    

Hari ini pengasuh Tata sudah kembali, jadi aku tak perlu menjaga Tata untuk sekarang. Jadwal kampus yang padatpun menjadi salah satu faktor. Tadi mas Andi sempat mengabari sejenak hanya tentang bagaimana kabar Tata, jadwal kuliahku yang hari ini penuh dan lainnya. Hanya perbincangan ringan.

"Lo jelasin ke kami sekarang juga!" titah Faley padaku.

"Apa?" aku berpura pura polos.

"Gak usah sok polos! Anak siapa tu? Setau gue lo gak punya tu yang namanya ponakan" kini Britney mulai berbicara. Sedangkan Zahra? Dia hanya diam walaupun juga penasaran.

Karena jadwal mereka yang tak sama, itulah sebabnya semuanya baru bisa berkumpul sekarang.

"Ehm jadi gini..." semuanya mengalir begitu saja. Kami memang sudah berteman sejak lama, meskipun berbeda fakultas dan lainnya. Aku percaya pada mereka begitulah dengan mereka yang kuyakin percaya padaku. Segelintir kisah tentang mas Andi dan Tata yang mereka simak dengan baik.

"Jadi Zahra? Lo kok masih kuliah sih?" tanyaku padanya mengalihkan topik pembicaraan kami yang sudah kuanggap selesai.

"Besok gue mulai libur, lo pada jangan lupa buat datang ke nikahan gue. Kalau bisa bawa gandengan" perintahnya pada kami.

"Gue jomblo" Britney bersuara.

"Gue juga" timpal Faley.

"Gue kagak" akupun ikut bersuara lalu nyengir kuda mendapatkan tatapan sinis dari teman temanku.

"Bawa anak sama calon suami lo, kenalin sama kita kita" titah mereka padaku yang kuhadiahi anggukan mantab.

Setelahnya kamipun tertawa bersama membahas hal hal kecil sederhana yang membuat senyum bahagia.

****

Matahari telah berganti dengan bulan, sinar mentaripun hilang ditelan kegelapan. Seusai makan malam, aku langsung menuju kamar. Berencana untuk menghubungi mas Andi tentang acara Zahra yang berlangsung beberapa hari lagi. Maukah mas Andi pergi denganku?

Aku masih menimang nimang hingga akhirnya terdengar deringan ponsel di hpku. Siapa yang menelfon malam malam? Tumben.

Ku raih benda pipih itu, lalu melihatnya sekilas. Mas Andi. Sungguh suatu keberuntungan karena pulsaku tidak akan habis jika aku yang menghubunginya duluan. Maklum mahasiswa, wajar dong kalau 'hemat'.

"Halo?"

"Selamat malam, saya ganggu?"

Kaku banget ni orang yaampun. "Malam mas, nggak kok. Kebetulan juga sih kamu nelfon aku juga mau bicara sesuatu"

"Kamu mau bicara apa sama saya?"

"Mas aja duluan, ada apa nelfon?"

"Tidak ada yang penting sebenarnya"

"Ohh gitu, aku juga gak penting sih-

"Siapa bilang kamu gak penting"

Dia memotong pembicaraanku dengan cepat dan berhasil membuatku kaget. "Bukan gitu maksud aku, yang aku bicarakan juga gak penting"

"Oh, bicarakan saja. Saya akan mendengarkan"

"Mas ada waktu luang sabtu ini?"

"Sepertinya ada, kenapa bertanya?"

"Ehm itu aku... Mau ajak ke nikahan temen sama Tata juga"

SAFIRA [SUDAH DITERBITKAN]Onde histórias criam vida. Descubra agora