01.

53K 2.5K 35
                                    

Aku berjalan dengan gontai kearah kamarku setelah melihat keadaan rumah yang cukup sepi. Menghidupkan kipas angin dan berbaring di kasur yang selama ini aku anggap paling empuk dirumahku.
Aku anak tunggal dari pasangan suami istri Rahmat dan Rani. Kehidupan kami biasa saja, tidak berlebih ataupun kekurangan.

Terdengar ibu mengetuk pintu kamarku pelan sambil memanggilku untuk keluar dan duduk berkumpul bersama ayah di ruang keluarga. "Safira, keluar nak ayah udah nungguin kamu tu"

"Iya bu" Aku berjalan keluar kamar, mengjampiri ibu dan ayahku. Lalu bertanya "Ada apa yah?"

"Kamu sudah besar kan? Sudah mau 20 tahun. Ayah hanya memiliki sebuah permintaan dan mungkin itu bisa menjadi hadiah ulang tahunmu"

Aku menatap ibu bingung, tapi ibu hanya menganggukkan kepalanya seolah berkata tak masalah. "Sebenarnya ada apa ya yah?"

"Tidak ada apa apa, nanti malam ada tamu. Kamu siap siap ya, dandan yang cantik"

Alhasil aku hanya mengangguk pelan, ayah tak pernah bisa dibantah. Satu satunya jalan hanya mematuhi. Aku masuk kedalam kamar, melirik jam dinding sebentar. Ah pukul 4 sore, itu tandanya sebentar lagi. Aku memutuskan mandi sebentar dikamar mandiku. Kamar mandi tanpa bathup ataupun shower jadi jangan salah sangka kalau aku akan berendam dengan damai untuk menenangkan pikiran ya.

Setelahnya kulirik kembali jam dindingku, hanya 15 menit terlewat. Kuputuskan untuk mengeringkan rambutku sejenak kemudian merebahkan badanku dengan harapan yang akan terjadi nanti akan baik baik saja.

***

Ttok ttok

"Ra, siap siap nak sebentar lagi tamunya datang" berulang ulang ibu mengatakan itu. Tidurkupun terusik, aku bangun dan mulai mengganti bajuku dengan dress selutut berwarna navy. Merapikan rambutku lalu memoles bedak dan sedikit pewarna bibir yang tidak mencolok.

Wah ternyata aku bisa terlihat cantik juga. Lalu terdengar suara mesin mobil dari luar, hah mobil? Siapa itu? Aku mengintip kebalik kaca jendela. Mobil mewah? Bagaimana ayah dan ibu bisa mengenal mereka?

Saat aku masih bergelut dengan pikiranku, ibu mengajakku keluar dari kamar. Dan kemudian aku melihat dua orang tua yang sebaya ayah dan ibu lalu seorang pria berperawakan tinggi, tidak tampan namun memiliki wajah yang manis, kurasa. Dan adalagi, bayi? Aku melihat seorang bayi perempuan berusia sekitar 5/6 bulan mungkin. Sangat cantik.

Aku bersalaman dengan mereka satu persatu lalu ayah memperkenalkan mereka kepadaku. "Safira ini teman ayah namanya pak Bagas dan istrinya buk Aulia lalu itu anaknya Andi dan cucunya Naftalena"

"Wah seperti nama senyawa kimia" itulah yang terpikir olehku.

"Memang nama senyawa" pria bernama Andi itu menyahuti.

"Hah.. Iya. Lucu sekali bayinya, umur berapa sih kamu Nafta"

"6 bulan 17 hari, kamu bisa panggil dia Tata" sahut Andi lagi sambil menggendong Tata dan mengarahkannya padaku.

Aku menerima dengan senang hati, Tata menggeliat dalam pelukanku seolah mencari tempat yang nyaman untuk mulai tertidur. Padahal tadi gadis kecil ini masih asik dengan mainannya.

Aku menatap bingung kearah Andi.
"Mungkin dia ingin tidur" ah, aku mengerti. Kutepuk bokongnya sesekali agar dia lebih cepat terlelap. Dan ternyata benar tak lama setelahnya Tata tertidur pulas dipelukannya.

Perhatian orang tua mulai teralih ketika tak mendengar lagi anak anaknya berbicara. "Kalian udah cocok ya jadi keluarga" seru Aulia, mamanya Andi dengan riang.

"Nggak kok tante" elakku merasa malu.

"Niat kami kemari emang untuk itu Safira" suara berat dari Bagas terdengar.

"Hah maksudnya om?" aku terkejut sungguh, bahkan sangat. Aku tau Tata ini anaknya Andi, lalu apa maksudnya ini?

"Andi memang sudah pernah menikah, dan pernikahan itu gagal. Saat Tata lahir, ibunya pergi ninggalin dia" Mama Andi mulai menjelaskan.

"Meninggal?" gumamku pelan.

"Bukan, tapi pergi dengan laki laki lain dan semua impian dia" kali ini Andi yang menjawab. Kulihat raut wajahnya menegang, seolah sangat membenci orang yang sekarang sedang dibahasnya.

"Ooke, jadi maksud yang tadi?"

Hening sejenak hingga ayah buka suara. "Ini yang ayah maksud permintaan sekaligus kado untuk kamu. Kamu akan menikah dengan Andi"

Aku terdiam lalu mulai merasa kebingungan. "Tapi bagaimana bisa?  Safira bahkan belum genap 20 tahun yah"

"Bulan depan kamu genap 20 tahun, dan bulan depan juga akan dilangsungkan pernikahan" final, perkataan ayah sudah final.

Aku masih diam, hingga ibuku akhirnya berbicara. "Lihat Tata nak, bayi yang kamu peluk. Dia butuh kamu dan Andi. Andi tidak mungkin bisa menjadi ayah tunggal dan dia juga butuh istri"

Kupandangi wajah gadis mungil yang sedang meringkuk dipelukanku. Tangannya kini memegang erat beberapa bagian bajuku yang dapat dia genggam. Dan aku menitikkan air mata.

"Jika dia tidak mau kalian tidak perlu memaksanya" suara Andi terdengar menginterupsi. Tapi aku tak bisa, aku tak bisa menolaknya. Hatiku sudah jatuh sangat dalam pada Tata. Aku menyayanginya. Dan apa boleh buat, kupikir ini yang terbaik.

"Aku mau"

****

Wah aku senang banget dengan cerita ini, awalnya tu emang dari mimpi tapi aku terus mikirin kelanjutan cerita ini dari aku bangun tidur sampai ke sekolah. Aku ngerasa ini juga kayak tantangan tersendiri. Aku harap responnya bakal bagus ya.

Vote and commentnya sayang.

SAFIRA [SUDAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now