05. Tanpa mereka

36.3K 2.1K 17
                                    

Siang ini mata kuliah ku habis. Sudah berhari hari aku tidak bertemu anakku, Tata. Lebay sekali bukan? Akupun tak menyangka beginilah aku sekarang. Rasanya juga seperti tanggung jawab yang masih coming soon itu sudah bertengger manis dipundakku. Lalu akupun mencoba untuk menghubungi mas Andi yang untungnya diangkat.

Halo mas?

Ada apa Ra?

Mas lagi dimana? 

Masih dikantor

Tata dimana mas?

Ada dirumah, sama pengasuh

Aku kerumah mas ya?

Iya langsung aja, nanti saya usahain pulang cepat

Oke, bye

Aku menyimpan hpku lalu bergegas menuju kerumah mas Andi. Sesampainya disana kulihat Tata sedang menangis sedangkan pengasuhnya hanya diam sibuk dengan hpnya. Otomatis emosiku naik ke ubun ubun. Dengan cepat kuraih Tata ke pelukanku sedangkan dia masih tidak menyadari pergerakanku.

Kubawa Tata ke kamar, dan ku letakkan diatas box bayinya. Lalu dengan cepat aku turun dan melihatnya sedang panik.

"Kamu maling ya, mana non Tata? Kamu kemanain dia?" pengasuh ini berteriak kearahku.

"Kamu kalau kerja yang bener dong, niat kerja gak sih. Dari tadi saya lihat cuma main hp aja, sampai saya bawa Tata kamu juga gak tau kan?! Jangan bisanya makan gaji buta kamu ya! Saya laporkan kamu sama pak Andi biar dipecat! "

"Kamu tu siapa sih? Mana non Tata?! Kemana kamu bawa dia?! Apa urusan kamu sama saya, mendingan kamu kasih tau dimana non Tata habis itu kamu keluar. Gak mempan ancaman kamu!" balasnya sengit padaku.

Aku makin emosi "Saya gak ngancam kamu, kamu tu yang kerja gak becus. Tata aman sama saya, kamu gak usah banyak omong mending kamu aja sana yang siap siap keluar dari rumah ini! "

"Siapa sih kamu sebenarnya, gausah sok ngancam saya ya!" kali ini dia membentak kuat, dan jujur aku goyah.

"Dia calon istri saya. Sebaiknya anda keluar sekarang juga"

Mas Andi? Tidak kusangka dia datang disaat yang tepat. Pengasuh itu langsung mati kutu.

"Kok cepet banget pulangnya?" tanyaku bingung.

"Aku usahain langsung pulang pas tau kamu mau kerumah. Tunggu apalagi anda?! Keluar dari rumah saya" ternyata pengasuh itu masih disini. Dia langsung pergi meninggalkan rumah mas Andi.

"Sekarang kamu gak punya pengasuh?"

"Saya memang gak pakai pengasuh" balasannya yang membuatku mendecak kesal.

"Maksud aku Tata mas, pengasuhnya gak ada lagi kan"

"Masih ada, dia punya 2 pengasuh. Cuma yang satu lagi masih cuti 3 hari lagi baru balik"

"Yaudah aku yang bakal jagain Tata" aku tersenyum padanya, lalu seolah rumah sendiri aku naik keatas untuk bertemu Tata.

"Tata mommy datang"

***

Kini kami sedang makan siang ala kadarnya karena hanya ada ayam goreng dan saus sambal. Oke tak masalah.

"Kapan kapan belanja deh mas, kayak gini jadi susah" protesku karena juga berimbas pada gadis kecilku yang terpaksa makan bubur instan.

"Iya nanti kita belanja bahan dapur. Selama ini jarang yang masak makanya kadang lupa buat ngisi kulkas" jelas mas Andi padaku. "Mending kita percepat aja nikahannya" tambahnya yang membuatku kaget.

"ya-ya terserah aja sih kalau aku" ujarku ragu ragu.

"Saya bercanda, minggu depan kita lihat desain baju. Saya yang bakal jemput kamu"

Aku mengangguk tanda paham, lalu sebuah permintaan muncul dibenakku. "Nanti baju aku bikin samaan dengan Tata ya mas?"

Mas Adin terdiam sejenak tanpak berpikir. "Nanti kita usahain"

"Makasih daddy" kataku yang berimbas pada wajah mas Andi yang tiba tiba memerah. Haha.

Sesudah makan, mas Andi membawa Tata ke taman belakang. Hanya sekedar berbincang antara ayah dan anak sambil mencari udara segar. Sedangkan aku kini sedang mencuci piring bekas makan kami tadi.

Setelahnya, aku bergegas ke tempat mereka. Ingin ikut bergabung. Kulihat mereka sedang asik berdua di ayunan dengan Tata yang menelungkup diatas dada daddynya seolah sedang memeluk. Ah romantisnya anak dan ayah ini.

Akupun ikut duduk disebelah mas Andi, mulai mengayun kembali dan menikmati angin di siang menjelang sore ini. Syukurlah ada pohon yang melindungi sinar matahari ke arah kami.

Kulihat lagi Tata yang berada diatas dada mas Andi, kini dia hampir terlelap. Terlihat dari matanya yang sudah sedikit tertutup. "Tata suka banget tidur ya mas"
"Iya, kalau udah dipangku atau dipeluk gini emang cepat tidurnya" jawab mas Andi yang kini mulai menepuk pelan punggung Tata. Tata benar benar tertidur pulas. Tinggal lah kami dengan keheningan.

Lalu kurasakan tangan yang besar mulai menyelimuti jari jariku, menggenggam dengan lembut. Aku tersentak, lalu ku tatap pemilik tangan tersebut yang kini juga sedang menatapku.

"Mas..."

"Terimakasih, sudah bisa menerima saya dan Tata. Terimakasih sudah mau menjadi calon istri saya dan semoga benar menjadi istri saya,  dan juga sudah mau menjadi ibu dari Tata dan anak kita kelak. Saya... Bangga sama kamu"

Aku tersentuh dengan perkataannya, air mataku mulai menetes namun segera ku hapus. Lalu terasa bahuku dirangkul olehnya, diarahkannya kepalaku pada dadanya yang tidak ditempati oleh Tata. Langsung saja ku lingkarkan tanganku di pinggangnya, langsung saja wajahku berpapasan dengan wajah mungil Tata. Jujur aku masih tetap merasa tak adil, tapi aku sangat menyayangi Tata. Mau tidak mau aku harus menutupi egoku.

Kurasakan tangan besar itu mulai membelai kepalaku, seolah menenangkanku yang kini sedang tersedu sedu.

****

Ini ceritanya enjoy, jalan aja terus. Cocok buat yang gak suka konflik berat kayak diri aku sendiri.
Hahahaha, aku masih menanti kalian semua readers, vote, and comment.

Kutunggu
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
....
Kutunggu kau putus~~~

SAFIRA [SUDAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now