18

34.8K 1.7K 42
                                    

Aku benar-benar mengusahakan update untuk kali ini. Kepada empat puluh ribu readers SAFIRA. Mari menadahkan tangan berdoa pada sang kuasa untuk sanak saudara kita yang ada di banten. Yang telah pergi, semoga diterima disisi-Nya. Dan untuk semua yang selamat, semoga diberi ketabahan dan kesabaran, ini ujian dari sang kuasa. Semoga kita semua bisa melaluinya. Amin.

Berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Mulai.

Alfatihah.

Tanpa baca ulang. Semoga tidak mengecewakan.

***

Akhirnya kami tiba di kamar hotel, aku benar-benar lelah. Malam ini Tata tidak bersama kami, melainkan bersama mama dan papanya mas Andi. Mungkin mereka tidak ingin menganggu istirahat kami setelah seharian melalui acara pernikahan yang sangat melelahkan ini.

Aku duduk bersandar di sofa, mas Andi baru masuk mulai mengunci pintu. Lalu dia duduk di sebelahku.
"Siapa yang mau mandi duluan?" tanyaku padanya.

"Saya"

"Jangan deh, nanti aku rematik kalau mandi kemalaman. Duluan ya mas" aku berlari ke kamar mandi, meninggalkan mas Andi yang cengo. Mungkin dia sedang merutuk dalam hati. 'Lah kenapa nanya kalau mutusin sendiri'

Tenang-tenang, jangan membayangkan aku setelah masuk kamar mandi bakalan keluar lagi trus minta ngebukain kaitan baju di belakang. Salah besar, coba diingat-ingat bajuku ini belakangnya kebuka cukup lebar kan. Jadi, tinggal putar tangan tarik deh kaitannya siap. Gak boleh manja!

Aku mulai membersihkan make up kemudian seluruh tubuhku. Seperti biasa, hanya 10 menit waktu berlalu. Aku keluar menggunakan bathrobe putih yang disediakan hotel. Kalau ada yang nebak aku lupa bawa baju ke kamar mandi, benar. Aku melihat mas Andi yang sedang menutup mata. Tidur apa begimana tu?

"Mas, mandi sana" mas Andi bangun menatapku sebentar lalu berdiri langsung ke kamar mandi.

"Mas" panggilku lagi.

Dia membuka pintu kamar mandi yang hampir ditutupnya.

"Jangan keluar tanpa izin aku ya, aku mau pakai baju" ujarku tak ada malu-malunya. Ya gimana, nunggu dia lama. Keburu masuk angin, mending jujur aja deh. Kalau aku pakai baju duluan, kasian dianya kelamaan nunggu.

Jangan ada yang nebak lagi kalau isi koper aku udah ganti sama baju tidur transparan ataupun lingerie dkk. Karena, gak ada yang begituan. Aku meraih baju tidur berwarna hitam dengan motif ceri.

Dengan cepat aku memakainya, cemas-cemas mas Andi keluar trus ngeliat anak perawan lagi pakai baju

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Dengan cepat aku memakainya, cemas-cemas mas Andi keluar trus ngeliat anak perawan lagi pakai baju. Setelahnya aku menuju meja rias yang sebelumnya sudah aku letakkan beberapa skin care bawaanku yang memang biasa aku pakai. Mulai membersihkan wajah, kemudian beberapa cream. Ada lagi jangan lupa pakai deodorant.

Aku menyisir rambutku yang sebelumnya bergelombang indah kini hanya lurus seperti biasa.

Setelahnya aku berlalu melihat bagian barang bawaan mas Andi. Ada ekhm underwear, singlet, celana pendek, dan juga baju kaus polo berwarna hitam dan putih. Karena aku tidak tau bagaimana kebiasaannya memakai baju di malam hari, apakah dipakai semua atau tidak(?) jadi aku memilih untuk tidak menyiapkannya.

Resiko nikah sama bocah, gak ada inisiatif nya sama sekali.-Author

Aku beralih duduk kembali ke sofa dan memainkan ponselku.

"Safira... Saya sudah bisa keluar?" sorak mas Andi dari kamar mandi.

"Bisa mas, keluar aja" mas Andi keluar dengan handuk yang melilit pinggangnya.

Aku masih sibuk dengan ponselku, memperhatikan beberapa postingan teman-temanku di instagram. Postingan saat acara resepsi tadi.

Tanpa sadar ternyata mas Andi sudah mengenakan celana pendeknya. Dia menarik ponselku, aku terkejut,  sungguh.

"Tadi siang saya bilang apa Safira?" tanyanya dingin.

"Cuma lihat postingan temen aja kok mas. Itupun yang di nikahan kita" aku menjelaskan. Mas Andi diam, akupun ikut diam. Ponselku masih bersamanya. Dia mengambil baju kaus hitamnya lalu duduk di kasur.

Aku masih dalam keadaan duduk di sofa tadi, ponselku bersamanya. Dan kini dia sedang menggunakan ponsel juga. Apa-apaan ini?!

"Katanya gak boleh main ponsel kalau lagi berdua, taunya dia yang mainin" gerutuku kesal.

"Saya hanya mengecek pekerjaan. Tidak suka diabaikan benar?"

Aku menangguk.

Mas Andi menepuk sisi kasur disebelahnya. "Sini" ujarnya.

Aku mendekat, mau bilang gak deg-degan tapi bohong. Mau bilang biasa aja tapi bohong. Aduh.

Aku naik keatas kasur dengan pelan. Mungkin sangat pelan. Mas Andi menarik lenganku agar lebih cepat, benar saja aku langsung mendarat dibawah keteknya. "Mas pakai deodorant kan tadi?!" tanyaku heboh begitu mendarat.

"Tidak penting. Mau pakai atau tidak saya tetap wangi" balasnya.

Aku memberanikan diri melingkarkan lenganku di pinggangnya. Menyandar dengan nyaman, mencium aromanya yang benar-benar harum.

Jika tidak ada yang memulai, maka akan terus ada jarak diantara kami. Walaupun cuma hal-hal kecil, tapi setidaknya akan selalu ada perkembangan hingga dia menjadi besar.

Kami hanya diam menikmati, mas Andi mengusap-ngusap lenganku perlahan. Lalu satu kecupan mendaray tepat di dahiku. Aku berdebar, sungguh.

"Ingin tidur sekarang?" Tanyanya.

Aku yang terlalu gugup hanya menganggukkan kepala. Dia merubah posisinya dari duduk bersandar di kepala kasur menjadi rebahan. Dia kembali menepuk sisi sebelahnya, menyuruhku kembali ke posisi tadi.

Aku menurutinya, mencari posisi yang pas lalu memeluk tubuhnya yang juga membalas pelukanku. Dia mnegusap punggungku pelan.

"Selamat malam, Safira"

"Selamat malam, mas"

....

Dihapus untuk keperluan penerbitan.

***

Karena alur cerita SAFIRA YANG LAMBAT, maka aku akan usahakan cerita ini sewaktu liburan lebih sering update. Dan ingat cerita ini KEMUNGKINAN tidak mengambil konflik yang terlalu berat.

Jadi selamat menikmati. Happy holidays guys.

Follow instagram kita dre.story

See you
❤❤❤
Putri

SAFIRA [SUDAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now