02. Keputusanku

41K 2.4K 13
                                    

"Aku mau"

Aku memberanikan diri untuk mengatakan itu, membuat Aulia menghambur memelukku. Untungnya Andi dengan cekatan mengambil Tata yang masih terlelap dalam pelukanku.

"Terimakasih sayang, terimakasih. Mama sangat berterimakasih sama kamu" aku membalas pelukannya. Kulihat pak Bagas, ibu dan ayahku tersenyum bangga padaku. Ah inilah akhir masa lajangku. Menikahi duda beranak satu.

Setelahnya kami bertukar kontak dan mulai menyantap makan malam yang sudah disediakan ibuku. Tata? Dia kini sudah dipindahkan ke kamarku. Berharap dia tidak akan digigiti nyamuk ataupun merasa panas.

Setelah makanm malam, orang tua masih sibuk berbincang. Kami berdua memutuskan untuk keluar sebentar, tak ada taman disekitar rumah. Namun setidaknya lantai terasku cukup bersih untuk diduduki.

Aku mulai duduk dilantai. Duduk bersila, lalu menepuk lantai sebelahku agar dia ikut duduk.

"Aku harus manggil kamu apa?" kumulai pembicaraan yang memang sedikit membuatku bingung.

"Terserah kamu aja, mana yang nyaman tapi jangan panggil nama saya di depan mama atau kamu bakal dimarahi"

Aku mulai merasa tak nyaman karena dress ini membuat sulit ketika duduk lesehan seperti ini. Kemudian dia menanggalkan jasnya dan memberikannya padaku. "Tutupi pahamu"

"Terimakasih mas Andi" sebenarnya aku bingung juga, mengapa dia terlalu formal sampai menggunakan jas hanya untuk kerumahku? Bodolah.

Dia menoleh ketika aku memanggilnya 'mas'. "Not bad" balasnya singkat.

"Mas umur berapa?" setidaknya aku harus tau umurnya, siapa tau dia udah tua walaupun muka muda kan harus antisipasi juga.

"27, saya menikah umur 24. Bisa dikatakan menikah muda" beda 7 tahun dong sama aku. Yaudah deh gak masalah juga toh udah diiyain tadi.

"Kamu beneran mau menikah dengan saya? Dengan tanggung jawab Tata juga?" kini dia bertanya.

"Aku pikir kalau memang ini yang terbaik apa salahnya, toh masih ada satu bulan lagi. Jika ini memang bukan jalan kita, bisa aja semuanya batal"

Hening. Kami sama sama diam, hingga aku mendengar suara tangisan bayi.Tata. aku beranjak dari dudukku mengembalikan jas mas Andi dan berjalan dengan cepat kekamar untuk menemui Tata.

Sesampainya aku dikamar, kulihat dia sedang menggenggam selimutnya kuat sambil terisak. Ah lucunya.

Aku meraihnya ke gendonganku menepuk pelan punggungnya lalu mengusap kepalanya. Tangisnya sudah mulai reda. Lalu terdengar ketukan pintu.
"Masuk aja"

Kulihat mas Andi masuk dengan botol susu formula ditangannya. Membiarkan pintu tetap terbuka lalu dia menyerahkan botol susu itu padaku. Aku memasukkannya pada mulut Tata dan membantunya untuk memegang botol yang masih sulit untuk dipegangnya.

Mas Andi duduk disebelahku, mengusap kepala Tata pelan lalu menghapus sisa sisa air mata Tata.

"Selama 6 bulan ini dia gak tau gimana kasih sayang mamanya" ujarnya yang dapat kupahami.

"Mulai sekarang Tata bakalan terus dapat kasih sayang mama yakan nak. Mama atau bunda ya? Atau mami? Mas dia manggil kamu apa?" tanyaku tak tau malu. Aku harus memilih panggilan yang bagus untukku dari calon anakku.

"Kamu keliatan banget abg labilnya. Dia manggil saya daddy" jawabnya sambil menghinaku.

"Biarin namanya juga calon mama muda,oke Tata panggil mommy ya" kataku dan dapat kulihat senyuman Tata saat masih mengompeng dotnya.

"Kamu kuliah semester berapa sekarang? "

"Empat, di fakultas Ekonomi" aku menjawab sekaligus agar dia tidak susah bertanya lagi.

Ah iya ada yang tidak aku tau, apa pekerjaannya? Seharusnya ku tanyakan tapi nanti aku dianggap matre nanya nanya kerjaannya trus nanti dikira lagi hitung hitung gaji dia.

"Saya bekerja sebagai manager perusahaan" begitu dia menyebutkan pekerjaan dan nama perusahaannya mataku membulat tanda aku terkejut. Dia orang berada. Ah iya lupa tadi kan mobilnya juga mobil mewah.

"Ternyata kamu tidak tau apa apa" responnya melihat ekspresiku.

"Boro boro bakal tau, kenal aja baru tadi. Yakan Tata sayang?" tanyaku pada Tata yang tak mengerti apa apa. Aku melihat mulutnya belepotan susu, aku usap sisa sisa susu dari mulutnta dengan tanganku lalu aku usap kembali jariku ke baju mas Andi. Entahlah kenapa aku seberani ini.

"Kamu jail ya" lalu mas Andi mencubit pipiku.

"Aw sakit mas, ih Tata daddy cubitin mommy" aduku pada Tata yang ternyata sudah mulai terlelap kembali. Mudah sekali gadis mungil ini tertidur.

Lalu terdengar suara dari depan kamar. "Kalian tidak sabaran ya, udah main di kamar aja" seru Aulia.

"Ih enggak ma, ini Tata tadi kebangun" elakku dengan cepat. Aku sudah mengikuti panggilan mas Andi 'mama dan papa' begitu pula dengan dia.

"Sudah malam, yuk kita pulang ma, An" ajak Pak Bagas.

Mas Andi mengambil Tata dari pelukanku dan beranjak keluar mengikuti orang tuanya dan orang tuaku.

"Aku masih mau sama Tata" gumamku pelan. Mas Andi berbalik "Besok kamu bisa mengunjunginya dirumah saya, bukankah besok hari minggu? Saya ada dirumah bersama Tata"

Mataku berbinar "Sungguh? Kirimkan alamat mas, aku akan kesana"

Andi mengangguk lalu menggerakkan tangan Tata kiri kanan "Bye mommy" ujarnya pelan.

"Bye Tata and... Daddy"

****

Oke aku gak tau gimana kelanjutannya, ntah bakal aku unpub atau gimana karena vote dan readersnya aneh. Gak masuk gitu perhitungannya.

Tapi kalau ada respon yang baik mungkin bisa aja dilanjutin karena aku punya stok ceritanya.haha.

Kumohon beri vote dan commentnya.

Selamat hari raya idul adha

SAFIRA [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang