15

30.6K 1.6K 52
                                    

Setelah selesai menikmati hidangan, aku bersama yang lainnya seolah diberi waktu luang untuk bersenang-senang oleh mas Andi. Terbukti dengan dia yang memilih mengambil Tata dari pelukanku dan menyibukkan dirinya dengan si buah hati.

Aku sibuk bercanda dan tertawa dengan teman-temanku. Tidak lupa pula memberi taukan rencana pernikahanku yang akan di gelar kurang dari dua minggu lagi.

"Trus lo cuti dong Fir" kata Britney menengahi pembicaraan.

"Iya minggu depan, minggu depan tu waktu bebas gue sebelum dipingit. So mari kita cari seragam yang pas untuk kalian bertiga" ajakku yang dibalas antusias dengan mereka semua.

"Calon laki lo anteng banget ya, baik juga keliatannya" Faley memandang mas Andi yang sedang sibuk dengan Tata.

"Iya jelaslah anteng, mau ngapain juga dia ribut-ribut di nikahan orang. Menurut kalian ini pilihan yang tepat gak sih?" tanyaku.

Britney dan Faley memandangku menyelidik. "Kenapa lo baru tanya sekarang oon?! Udah dekat juga nikahannya. Mana mungkin mau dibatalin" sergah Britney santai. Suaranya besar sekali, mas Andi yang sepertinya mendengar langsung berdeham gelisah.

"Suara lo toa banget sih, denger tu orangnya. Gue juga gak bilang mau batalin" jawabku gusar karena melihat mas Andi yang sepertinya sudah tidak senyaman tadi.

"Iye maap, gue kelepasan. Panas dengarnya tau gak. Itu laki lo udah ganteng, mapan, baik juga keliatannya, sayang anak masa lo mau mempertanyakan kembali. Gak salah lo" timpal Britney lagi.

Ahh benar juga perkataan Britney. "Tumben waras lo" balasku yang kemudian membuat kami tertawa.

"Udah yuk, kita salam dulu deh ya. Kasian anak gue capek ntar"

"Kasian tu sama bapaknya juga mbak, jangan pilih kasih" goda Faley yang hanya membuatku terkekeh.

Aku beralih pada mas Andi dan Tata. Ingin mengambil alih Tata darinya tapi seperti tidak diperkenankan. "Biar saya saja yang gendong Tata. Kamu sama teman-temanmu aja sana" katanya mengabaikan tanganku yang menggantung.

"Kita udah mau salam sama pengantinnya. Ayuk mas" aku mencoba menetralisir keterkejutanku. Setidaknya mas Andi kini tidak melepas tanganku yang sedang menggandeng lengannya.

"Ah kalian dateng, gue kira pada gamau dateng. Kenalin ini suami gue mas Raka" jelas Zahra begitu melihat teman-temannya. Kami hanya bersalam sapa satu persatu sambil mengucapkan nama masing-masing.

"Selamat ya Zahra, gue senang lo udah ada yang jagain" ucapan Faley yang terdengar sedikit sok peduli.

"Selamat ya Ra, jangan lupa yang biasa gue ajarin di praktekin. Pasti mantab pake b" ucapan nyeleneh Britney. Aku langsung saja menoyor kepalanya. "Sinting lo, sok ngajarin orang. Punya yang halal juga kagak lo"

"Apasih Fir, lo kira gue ngajarin apa ke Zahra? Gue cuma ngajarin cara bikin sambel terasi yang enak udah itu aja" yakali gue percaya Ferguso. Aku mengabaikannya saja. Sedangkan Zahra yang menjadi pusat hanya terkekeh melihat sahabat-sahabatnya.
"Selamat ya Zahra, doain gue bisa lancar kayak lo. Supaya kita sama-sama punya gandengan halal. Beda sama mereka berdua" ucapku memeluk Zahra.

"Drama banget sih lo bedua" Britney mendecak malas. Tapi aku abaikan. Haha.

"Oh iya Ra, ini yang mau aku kenalin. Mas Andi, mas ini Zahra. Dan ini gadis kecil gue Tata"

Mereka saling berjabat dan dapat gue dengar Zahra mengatakan sesuatu pada mas Andi. "Jagain Safira ya mas, maklumin juga mulutnya suka kelepasan kalau bicara jadi jangan diambil hati kalau dia bicara aneh" terang Zahra yang diangguki mas Andi.

SAFIRA [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang