Part X. (Ditinggal Pergi Lagi)

419 35 0
                                    

Hihihihihi...
Aku kembali lagi dengan Arza dan Hani.
Langsung aja yuk, eh jangan lupa divote dulu.
Sebelumnya, mohon maaf karena makin lama update nya. 🙏




Selesai Hani mandi pagi, Arza segera menghadap istrinya. Tatapan Arza sedikit berbeda. Hani merasa asing dengan tatapan Arza kali ini.

"Hani."

"Hm? Kenapa, Kak?"

"Turun dulu yuk, ada yang mau aku sampaikan sama kamu dan orang tua aku."

Hani bergeming. Pikirannya kalut.

"Sayang." Arza memegang kedua tangan Hani. "Aku mohon sama kamu, kita turun dulu. Ada hal penting yang harus aku sampaikan," ucap Arza dengan nada lembut, penuh harapan.

Akhirnya Hani mengangguk setuju, walaupun sebagian dari hatinya merasa tidak rela. Entah kenapa hati Hani merasa tidak tenang. Arza seperti menyembunyikan sesuatu yang besar.

Keduanya sudah di berhadapan dengan kedua orang tua Arza. Melihat situasi tegang yang terjadi kepada anak dan anak menantunya membuat pak Herbayu dilanda cemas tiba-tiba.

"Ada apa ini?" tanya pak Herbayu.

Arza melirik sebentar istrinya, tangannya juga menggenggam tangan Hani. "Begini, Yah. Ada yang mau Arza sampaikan kepada kalian semua."

"Masalah apa, Za?"

Arza menghembuskan napas panjang. "Proyek aku di Jepang kena masalah, Yah. Pemerintah Jepang tiba-tiba melarang proyek untuk dibangun di sana."

Pak Herbayu menghela napasnya dalam-dalam. Sudah bertahun-tahun dia merintis usahanya, sudah berkali-kali juga dia mengalami gangguan dan cobaan, tetapi semuanya bisa teratasi dengan mudah. Kini, Arza lah yang harus melewati cobaan yang serupa dengannya dulu.

"Terus bagaimana, Za?" tanya bu Heyeon.

"Aku harus pergi ke Jepang langsung, Bu. Arza harus melihat langsung proyek di sana, Bu. Tim utama sudah berangkat beberapa hari yang lalu, tapi mereka tetap membutuhkan Arza."

"Itu usahamu, Za. Tentu saja kamu yang harus mengurusnya," ucap pak Herbayu.

"Aku tau, Yah. Tapi waktunya tidak sebentar."

Pak Herbayu kembali menghela napas dalam-dalam. Kini, dia sudah tahu alasan Arza begitu tertekan. Ada alasan utama mengapa Arza takut untuk terbang ke Jepang.

"Maaf ya, Han," sesal Arza. Laki-laki itu bahkan menunduk.

"Kapan kamu berangkat?" kini pak Herbayu.

"Sekarang, Yah."

Bu Heyeon menghembuskan napasnya perlahan, merasa kesal dengan putra tunggalnya. "Terus istri kamu bagaimana, Za? Tega kamu."

"Ya mau bagaimana lagi, Bu? Aku juga tidak bisa menebak apa yang akan terjadi ke depan." Arza memasang tatapan memohon, sungguh dia merasa bersalah kepada istrinya.

"Berapa lama, Kak?" tanya Hani.

Arza menghembuskan napas lega. Akhirnya istrinya itu bersuara. "Lama, Han. Lama sekali. Mungkin beberapa bulan."

"Za! Kamu benar-benar tega meninggalkan istri kamu?" bentak bu Heyeon.

"Bukan begitu, Bu. Coba ibu ada di posisi aku. Aku juga tidak mau meninggalkan Hani, apalagi Hani tengah mengandung anakku. Tapi ini tuntutan, Bu. Karena itu aku titip Hani di sini."

Suasana kembali menegang ketika tak satu pun dari mereka berbicara. Arza takut terbawa emosi, Hani lebih memilih diam, sedangkan orang tuanya tidak ingin ikut campur lebih jauh lagi. "Bicarakan baik-baik. Ayah dan ibu ikut yang terbaik saja," ujar pak Herbayu. Setelahnya, kedua pasangan paruh baya itu membiarkan Arza dan Hani berbicara serius.

My Husband Is KoreanWhere stories live. Discover now