Part J. (Terima Kasih)

621 61 0
                                    

Bintangnya ditekan dulu ya teman...

Mohon maaf, ada ++ nya ya...

Arza menutup laptopnya ketika ayahnya mulai berbicara serius. "Pernikahan itu benar-benar sakral, Za. Kamu jangan main-main dengan ikatan pernikahan."

"Iya, Yah," balas Arza.

"Kamu tau kan kalau Allah sangat membenci perceraian?"

Arza mengangguk. "Tau, Yah."

"Jangan jadi kan alasan apa pun untuk bercerai. Apa pun alasan, Gusti Allah tidak akan pernah menyukainya. Apalagi alasan perceraian karena sudah bosan dengan pasangannya."

"Tapi, Yah, kalau memang bukan jodohnya bagaimana?"

"Berdoa. Semua manusia harus berdoa untuk kehidupannya. Kamu tau kan kalau Gusti Allah itu akan mengabulkan doa hamba-Nya? Karena itulah kita harus memohon kepada-Nya. Dialah yang paling agung, Dialah yang paling sempurna."

"Yah, apa Allah akan menjodohkan aku dengan Hani kalau aku berdoa?"

Pak Herbayu mengangguk. "Pasti. Allah Maha Kuasa, Za. Tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya. Berdoalah kepada-Nya. Memohonlah kepada-Nya. Mintalah kepada-Nya untuk menjadikan jodohmu adalah Hani dunia akhirat."

Arza mengangguk paham.

"Jangan asal bicara ketika kamu bertengkar dengan Hani. Kamu seorang suami. Ucapanmu menjadi penentu kehidupan pernikahan kalian. Salah bicara saja, tamat kamu."

"Yah, memangnya ayah dan ibu tidak pernah bertengkar?"

Pak Herbayu tertawa pelan. "Mana mungkin kami tidak pernah bertengkar, Za? Sudah pasti kami sering bertengkar."

"Terus bagaimana cara ayah supaya tidak kelepasan?"

"Perbanyak ibadah. Dengan beribadah, hati kita akan lebih tenang. Emosi kita akan stabil. Pertengkaran bisa teratasi kalau kita menyelesaikannya dengan kepala dingin."

"Pernah tidak ayah membuat ibu hampir meninggalkan ayah?"

Pak Herbayu terdiam sebentar sebelum menjawab. "Pernah. Dulu nenek kamu menentang hubungan ayah dan ibumu karena kami lain agama. Tetapi, ayah meyakinkan kalau ayah dan ibumu akan satu agama."

"Jadi, ibu memilih masuk islam? Karena mau menikah dengan ayah?"

Pak Herbayu menggeleng. "Ibumu masuk islam karena keinginannya sendiri. Paman kamu juga sudah menjadi mualaf, jadi ibumu merasa tidak ragu lagi untuk pindah keyakinan."

"Jadi, ibu masuk islam karena keinginan ibu sendiri?"

"Islam tidak memaksa. Islam cinta damai. Ibumu jatuh cinta kepada agama islam."

"Subhanallah."

"Panggilan hatinya membuat dia terbebas dari neraka. Kalau dia benar-benar mencintai islam, inshaa Allah dia akan berjalan menuju surga."

"Aamiin."

"Suami yang terus membimbing istrinya menuju jalan yang benar, inshaa Allah dia akan memasuki surga Allah."

"Aamiin, Yah. Semoga kita semua termasuk para penghuni surga Allah."

"Aamiin."

***

Setelah pamit kepada ayahnya untuk kembali ke kamar, Arza bergegas menuju kamarnya. Mungkin saja Hani sudah menunggunya, atau malahan sudah tertidur.

Sekarang sudah pukul setengah sepuluh malam. Besok pagi dirinya bersama Hani akan bepergian jauh. Arza tidak ingin ambil risiko seperti terlambat bangun ataupun jatuh sakit karena kelelahan bekerja. Pekerjaannya di Korea sudah sangat menumpuk dan menanti untuk segera diselesaikan olehnya.

My Husband Is KoreanNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ