Part T. (Ibu Hamil)

612 43 0
                                    

Haloooo...

Tak banyak cakap, vote dulu dan happy reading.

Sorry for typo.

Hani terbangun ketika seseorang mengendus dan menciumi lehernya. Aroma maskulin yang Hani hafal betul milik suaminya ini membuat Hani tersentak tiba-tiba.

Arza memegangi kedua lengan istrinya ketika ia tiba-tiba bangun dan menunjukkan ekspresi terkejut. "Han, kamu kenapa?" terdengar nada khawatir dari Arza.

"Kak Arza?"

Arza ikut terbangun dan memeluk sang istri. Rasanya ia rindu kelewat batas. Sungguh-sungguh rindu pada istrinya. Bahkan, Arza tidak bisa menahan dirinya untuk tidak membuat Hani terbangun karena ciuman rindunya. "Aku kangen, Han."

Tak ada respon dari Hani. Dia masih sangat terkejut. Bahkan, pemikiran awalnya adalah bermimpi melihat sang suami. Jujur saja jantungnya masih berdetak begitu cepat, untung saja Hani tidak punya riwayat penyakit jantung.

"Han..." Arza melepas pelukannya ketika tak ada respon dari istrinya. Bahkan, tubuh Hani menegang. Hal itu membuat Arza cemas. "Han, ada apa?"

Hani mengedipkan matanya berulang kali. Mencoba memastikan bahwa dirinya tidak sedang bermimpi melihat wujud suaminya seperti malam-malam kemarin. "Kak..."

"Alhamdulillah." Arza berhembus lega. "Aku cemas, Han. Aku mengira terjadi sesuatu sama kamu. Aku cemas sekali, Hani."

"Kapan kakak pulang?" tanyanya. Bahkan Hani mengecek jam di dinding. "Malam-malam begini? Kapan pulang?"

"Barusan. Habisnya kamu tidak bisa dihubungi. Aku cemas sekali, Han."

"Terus kerjaannya?"

"Raffa sudah sembuh. Aku tinggalin kerjaan buat dia. Kamu tidak apa-apa kan?"

Hani memegangi dadanya yang masih naik turun. "Aku kaget."

"Maaf. Aku gemas kalau tidak membuat kamu bangun."

"Jangan kayak tadi juga. Kalau aku jantungan bagaimana? Kakak mau jadi duda?"

"Han... jangan bicara yang aneh-aneh deh. Merinding tau."

"Kakak sih..."

"Sudah. Sebaiknya kita tidur. Masih malam, aku tidak mau kamu kekurangan istirahat."

Hani menuruti ucapan suaminya. "Aku nya jangan dipunggungin," ucap Arza ketika Hani tidur membelakanginya. Akhirnya, tanpa banyak komentar Hani memutar tubuhnya menghadap Arza. Arza tersenyum melihat sang istri. Dia sempat takut kalau-kalau Hani membahas topik kemarin. Masalah yang membuat hubungan mereka sempat merenggang.

"Aku senang sekali, Han. Kamu istriku, calon ibu dari anakku," ucapnya sebelum mengikuti Hani yang sudah berada di alam mimpi.

***

Seperti biasanya, alarm ponsel membuat Arza terbangun. Dengan perlahan, sambil menahan kantuk Arza berjalan menuju ke dalam kamar mandi. Dia menyikat giginya, membasuh wajahnya, kemudian berwudhu.

Keluar dari dalam kamar mandi, Arza mengambil sajadah dan mengganti pakaiannya dengan pakaian bersih. Dia menunaikan salat sunnah dua rakaat.

Setelah salat dan berdoa, Arza duduk di ranjang, lalu meraih ponselnya. Benda mati yang selalu diisi daya itu menjadi objek kegiatan Arza saat ini. Dia mengecek laporan yang telah dikirimkan oleh Fadhil, sekretaris keduanya.

Kemarin Arza meninggalkan pekerjaan kepada bawahannya dan memaksa untuk pulang ke rumah secepatnya. Pekerjaannya hampir selesai, karena itu Arza merasa sedikit lega telah meninggalkan kewajibannya itu.

My Husband Is KoreanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang