bertemu

7.5K 141 6
                                    

Mila membuk
a pintu kamar anak keduanya, pandanganya sudah tidak asing lagi. Ia pun mendekati anaknya yang masih terbalut, selimut bunganya mila menggoyangkan badan lora. "lora, bangun hari ini pertama kamu sekolah. "ucap mila, didekat telinga lora.

Lora pun membuka matanya, karena ada pengusik mimpinya. Siapa lagi kalau bukan mamanya. "apa, mah pagi -pagi udah berisik, malu sama tetangga sebelah. "jawab lora, dengan suara orang yang baru bangun tidur.

Pagi-pagi bagini, mila sudah dibuat kesal oleh tingkah laku, anaknya. Yang satu ini. Untung ia sabar kalau, tidak ia bisa terkena serangan jantung oleh anaknya.

Mila membuka jendela yang berada, dikamar lora sehingga matahari masuk kedalamnya. "liat, udah siang kaya gini masih dibilang pagi. "mila menggeleng -gelengkan kepalanya, melihat tingkah laku anaknya.

Lora buru-buru kekamar mandi ia tidak ingin, kena semprot oleh mamahnya lagi. Bisa-bisa telinga merah.

"mama tunggu kamu dibawah, jangan lupa. "teriak mila, sambil menutup. Pintu kamar lora dan manghilang dibalik pintu tersebut.

5menit kemudian

Lora keluar dari kamar mandi dalam, keadaan rambut basahnya, dan kimono yang melekat pada tubuh indahnya. Tapi ia tidak memusingkan hal tersebut yang terpenting baginya adalah ia harus bersiap -siap waktunya tidak cukup untuk ia berdandan. Lora hanya memoleskan sedikit pelembab .bibir agar bibirnya, tidak terlalu pucat.

Sampai diujung tangga lora melihat keluarga, yang sedang menikmati makan bersama. Padahal ia berpikir jarang sekali,keluarganya menghabiskan waktu seperti ini. Bisa dihitung menggunakan jari, seminggu sekali ia dan keluarga menghabiskan waktu bersama.

Lora menarik, satu kursi makan siang dan tanganya, satu lagi mengoles roti dengan selai coklat favorit nya.

Tidak ada yang mulai pembicaraan, hanya ada suara sendok, dan garpu beradu. Sampai akhirnya lora bangun dari ruang makan tersebut, menyalami kedua tangan orang tuanya.

"tumben buru-buru biasanya, paling akhir. "sindir mila, yang dipelotkan oleh lora.

"ck serba salah deh, terserah mama ajalah. "lora, melangkahkan kakinya menuju pintu rumahnya. Ia melihat pak rahman yang sedang membersihkan mobilnya,sambil bernyanyi ria.

Lora yang melihat itu hanya, mengelengkan kepalanya melihat tingkah laku. Pak rahman yang sudah tua tapi masih gesit.

Lora menghampiri pak rahman sambil menggengam tas ransel, berwarna hitam. "eh non, seperti biasakan. "ucapnya, membuka pintu mobil, bagian belakang.

Sedangkan lora hanya menggangukan kepalanya mendengar perkataan pak, rahman barusan .

Selama diperjalanan, hanya ada keheningan tidak ada yang, mulai percakapan, pak rahman yang sedang fokus menye
tir dan lora melihat pemandangan diluar, dari balik kaca mobil.

Lora mendesah pelan, saat melihat keadaan dijalanan, sangat padat dengan bermacam -macam kendaraan. "kenapa, macet pak, tumben nga seperti biasanyaa. "?tanya lora.

"itu loh, neng katanya ada kecelakaan didepan pemuda. "jawab pak rahman. "

tanpa membuang waktu, lora membuka pintu, mobil belakang dan menghampiri kecelakaan tersebut.

"lo, neng mau kemana. "?tanya pak rahman yang, diabaikan oleh lora.

Lora, menerobos keramaian orang-orang yang melihat.kecelakaan tersebut. Lora baru ingat kalau ia membawa, kotak p3k didalam tasnya. Buka tanpa alasan. Ia membawa benda tersebut.

Lora membukus, kepala cowok tersebut dengan, perban agar darah tersebut tidak keluar terus.
"tolong panggil, ambulance"teriak lora, dengan kencang.

Tak butuh lama ambulance tersebut datang, dan para petugas. Mengangakat pria tersebut kedalam mobil. "apakah mbak, keluarga dari korban tersebut. "?tanya salah satu petugas yang, membuat bingung lora. Ia saja tidak tahu siapa nama pria tersebut. Lebih baik ia mengganguk saja, dari pada urusannya lebih panjang

"Mba mungkin, ini punya orang tadi yang tertinggal".salah satu orang tersebut memberikan kartu nama tersebut, kepada lora.

Lora pun mengambil kartu sambil melihat nama pria tersebut. "fabian arkana pratama nama yang indah dan cocok"ucap batin lora.

Lora memasuki ambulance tersebut, ia pikir-pikir tampan juga pria tersebut. Bagaimana tidak bibirnya yang tipis, bulu mata yang tebal dan rahang yang runcing. Pasti orang lain yang menjadi pacarnya sangat beruntung memilikinya.

Ia lupa mengabarkan, keluarga pria tersebut, untung saja ada nomor hp yang tertera dalam kartu tersebut.

Jadi lora tidak perlu mencari kemana nomor pria tersebut. lora membayangkan,misalnya ia menikah dengan pria, bedanya sangat jauh sekali .mungkin sekitar8 tahun atau lebih.

Lora menempelkan benda, pipih tersebut ketelinga dan, terdengar suara seorang, perempuan yang mungkin seumuran dengan mamanya. "halo, apa ini betul dengan, mamanya fabian.? "tanya lora dengan bahas sopan dan lembut. Ia selalu diajarkan, orang tuanya untuk selalu sopan terhadap orang lain, yang tua ataupun lebih mudah darinya.

"iya, betul dengan siapa ya, dan ada apa anda, menelpon saya. "jawab, perempuan diseberang sana.

"maaf bu saya, lora anak ibu kecelakaan tadi pagi. "jawab lora "

Wira tidak tahu setahunya anaknya, tadi berpamitan untuk bekerja.

"dirumah sakit mana. "?tanya wira dengan suara khawatir, dan parau seakan takut terjadi, apa -apa anaknya.

Lora menghembuskan napasnya, dan melanjutkan pembicaaran tadi. "dirumah sakit melati. "jawab lora yang memijit keningnya yang, pusing.

"oh ya terima.kasih atas infonya nak. "wira pun mematikan sambungan tersebut. Dan mengambil tas selempang yang berada dikamranya.

Pintu pun terbuka, memperlihatkan dokter, dan bersama suster dibelakangnya. "dok, bagaimana keadaan teman saya, "?tanya lora begitu khawatir , baru kali ini ia khawatir. Dengan seorang padahal berkenalan saja belum.

"mari ikut, saya keruang ada sedikit yang harus saya jelaskan kepada anda. "ajak dokter alex, kepada lora yang ikuti oleh lora dari belakang. "

Lora menduduki kursi berwarna hitam tersebut sambil memandang dokter, alec dengan cemas "begini, akibat pendarahan tersebut ada kerusakan didalam, vitalnya tapi kami sudah ataskan. "lora menghembuskan napas nya dengan lega "tapi membuatnya sedikit mengambil kerusakan pada organ, tulang kakinya, tapi itu hanya sementara. Tapi kami sarankan pasien, untuk menggunakan kursi roda sementara dan jangan lupa diajarkan, jalan sedikit demi sedikit untuk memulihkan semuanya.? "jelas dokter alex, yang diangguki oleh lora.

Ia pun meninggalkan ruang tersebut dengan lega, lora pun melangkan kakinya, menuju ruangan pria tersebut dan membuka kenop pintu yang terbuat dari, stanlesill tersebut,
Pemandangan pertama yang ia lihat, hanya pria tadi yang masih memenjamkan, matanya dan suara pendeksi monitor.

Lora melemparkan, tas ransel pada sofa yang terletak diunjung ruangan tersebut. Tiba-tiba saja pintu kamar tersebut terbuka, yang menampilkan sosok perempuan yang sudah tua, tapi wajahnya memancarkan aura kemuda.

Lora turun dari sofa tersebut, dan menyalami orang tersebut. Mungkin menurutnya itu, adalah orang tua dari pria tersebut, syukurlah kalau begitu.

Gens ini Fabian oke bayangin aja

Gens ini Fabian oke bayangin aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
with love you(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang