"Ini ambil hadiahnya!" Alena sungkan untuk menoleh lagi ke arah Adrew, gadis itu marah.

"Gak mau, yaudah gue kasih Zenap atau Rayna aja, para mantan tersayang gue." tukas Adrew hendak beranjak, namun dengan cepat Alena meraih plastik tersebut, membuat Adrew tersenyum tipis.

Tangan Alena berusaha membuka plastik tersebut, setelah terbuka plastik tersebut memperlihatkan sebuah boneka teddy bear berukuran jumbo warna coklat. Senyum Alena seketika merekah, lantas gadis itu langsung memeluk boneka itu gemas.

"Lucu banget!!!"

"Gue gak dipeluk juga?"

"Ogah!"

"Suka gak?"

"Suka, sama bonekanya bukan sama yang ngasih."

Adrew membuang nafasnya, menghiraukan perkataan gadis itu. "Akhirnya rencana gua berhasil," kata pria itu terdengar senang.

"Berhasil gimana?"

"Buat lo nangis,"

"Ihhh!!!" kesalnya sebab dirinya telah masuk ke dalam jebakan Adrew yang sudah mengerjainya.

"Kan emang kerjaan lo nangis mulu," ceplos Adrew berkata jujur.

Adrew menangkup wajah Alena, lalu menyelipkan helaian rambut ke belakang kuping gadis itu. Hembusan nafas pria itu terasa jelas di kulit Alena ketika pria itu mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu, setelahnya berbisik. "Gue seneng liat lo nangis, apalagi lo nangis buat gue yang gak boleh ninggalin lo."

***

Gadis bermata hazel itu akhirnya kini telah menduduki kelas dua belas di SMA Merah Putih. Hari ini adalah pertama kalinya Alena kembali masuk sekolah, setelah liburan kenaikan kelas berlalu.

Alena memberhentikan taxi di tengah jalan, selang tujuh belas menit akhirnya gadis itu sampai depan gerbang sekolahnya. Alena menatap pias pintu gerbang sekolah yang sudah ditutup, lagi-lagi dirinya terlambat. Alena hendak teriak-teriak kepada pak satpam, tetapi nanti dia malah dihukum. Namun jika ia pulang, bisa-bisa dia ketinggalan pelajaran, mengingat dirinya sudah kelas dua belas.

Tiba-tiba saja sebuah mobil silver berhenti tepat di depannya, si pemilik mobil pun keluar dari mobilnya. Orang itu Adrew. Pria itu tersenyum tipis melihat Alena yang terlambat sekolah. Sebaliknya, Alena melihat orang itu adalah Adrew, gadis itu langsung membalikkan tubuhnya membelakangi pria itu, dan ia juga menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.

Kenapa harus Adrew sih yang ngeliat gue telat. Batin Alena.

"Lo ngapain masih di luar?" Adrew membalikkan tubuh mungil gadis itu untuk menghadapnya, sementara Alena masih menutup wajahnya rapat-rapat.

"Mukanya kenapa ditutup?" pria itu juga memaksa Alena untuk membuka telapak tangan Alena agar tidak menutupi wajah gadis itu.

"Ih ngapain kamu ke sini?"

"Emang gue kalo ke kampus lewat sini," ujarnya membuat Alena semakin salah tingkah di depan Adrew.

"Udah lah aku pengen masuk." Alena tersadar dirinya saat ini terlambat, mau masuk bagaimana gerbangnya aja digembok. Adrew menaikkan sebelah alisnya, mencoba tidak tertawa dengan tingkah aneh gadis itu.

"Yaudah sana masuk!"

"Itu, emm.. Anu.." ucapnya kebingungan sambil menggaruk tekuknya yang tidak gatal. Adrew langsung menatap Alena heran, sudah telat masih suka mencari-cari alasan.

"Kalo telat, tinggal bilang telat apa susahnya."

"Iya aku terlambat. Aku bolos ya? Hihi.." sahut Alena kemudian izin untuk membolos.

Perfect Couple [Completed]Where stories live. Discover now