Nembak

1.4K 57 12
                                    

Senja mengajarkan kita untuk belajar yang namanya merelakan

***

"Kalo misalnya cowok yang suka lu itu gue, sahabat lu dari kecil. Lu terima?"

Waktu terasa berhenti sekejab, pertanyaan mematikan itu keluar begitu saja dari mulut Ferro, pertanyaan yang mampu membuat tubuh gadis itu merasakan panas dalam suhu tubuhnya. Itulah yang gadis itu takuti, takut Ferro mencintainya. Jika dalam persahabatan diisi oleh orang yang berlawanan jenis tidak menutup kemungkinan salah satu dari mereka pasti akan ada yang tertarik dengan sahabatnya sendiri. Gadis itu sudah berusaha menghindari pertanyaan mematikan itu dari mulut Ferro, namun sepertinya Tuhan berkehendak lain.

"Hah? Kak Ferro pasti bercanda kan, iya kali suka sama gue," tukas Airin sambil tertawa geli untuk mengalihkan suasana.

"Engga, gue serius suka lu!" balas Ferro membuat Airin mengerjapkan matanya berkali-kali, setelahnya berdiri sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Lidah Airin terasa kelu, seperti ada yang berdesir di dalam tubuhnya ketika mendengar Ferro sahabat kecilnya, bahkan Airin sudah menganggap Ferro sebagai kakaknya sendiri telah menyukainya dan menginginkan menjadi kekasihnya. Mustahil besar bagi Claudia Airin Zafena.

"Serius Rin, gue engga bercanda, lu tatap mata gue, apa ada kebohongan di situ?" Ferro memegang wajah Airin dan menyuruhnya menatap matanya.

"Sorry kak, tapi gue anggap lu cuma sebagai sahabat gue sendiri, ga lebih!" ujar Airin sambil melepas tangan Ferro dari wajahnya.

"Lu yang bilang kan Rin, lu akan terima cowok yang menurut hati lu itu nyaman kalo lu lagi di dekatnya," kata Ferro meraih tangan Airin lembut.

"Maaf, emang gue merasa nyaman di deket lu, itu karena gue udah anggap lu sebagai kakak gue," cakap Airin dengan tangan yang masih terkait dengan Ferro. "Gue mohon jangan maksa gue!" kata Airin lagi dengan melepas tangan Ferro yang sedang menggenggamnya.

"Okey! Gue terima, kalo itu keputusan lu," tukas Ferro dengan memasang wajah beratnya. "Tapi gue akan tetep cinta dan sayang sama lu sampai kapan pun karna lu adalah cinta pertama gue Rin," katanya dan langsung ingin pergi meninggalkannya.

Belum sempat Ferro beranjak meninggalkan Airin, gadis itu mencekal lengannya, setelahnya berbisik. "Tolong lupain gue di hati lo, gue mohon anggap gue sebagai adik lo," pinta Airin namun langsung dihiraukan Ferro.

Rasanya akan aneh bukan, jika berpacaran dengan orang yang kita sudah anggap sebagai saudara, walaupun kita terasa nyaman, sudah saling dekat, saling menjaga, saling menyayangi, tetapi akan tetap, rasa kita ke orang itu akan tetap sama, hanya sebatas saudara, tidak akan berubah. Berbeda dengan orang yang kita cintai rasa sayang itu akan terasa berbeda, kita akan merasa ingin saling memiliki dengan orang itu. Itulah yang berbeda.

***

Alena selesai membereskan rumahnya, ia duduk di sofa yang berada di dekat pintu dan melihat jam yang menunjukan pukul dua puluh satu malam, tiba-tiba saja dia memikirkan Airin, kemana sahabatnya dari siang tadi hingga larut malam belum juga pulang.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar Alena langsung membuka pintu, benar saja yang datang ialah Airin, sosok yang ditunggunya sedari tadi. Namun penampilan Airin terlihat sangat menyedihkan, rambutnya pun juga terlihat basah dan lepek, wajahnya tampak murung, menandakan gadis itu sedang tidak baik-baik saja.

"Airin, lu kenapa? Rambut lu juga udah ga ke urus begitu," tanya Alena penuh khawatir.

"Gapapa Len," gumam Airin pelan, namun dapat didengar Alena.

Perfect Couple [Completed]Where stories live. Discover now