Sebuah Dasi

1K 44 5
                                    

Satu hal yang aku suka dari kamu. Tidak banyak bicara, tapi penuh gerakan

***

Hari Minggu telah berganti menjadi Hari Senin. Hari dimana jam pertama selalu diadakannya upacara bendera. Murid-murid SMA Merah Putih tengah sibuk menyiapkan perlengkapan atribut sekolahnya, supaya tidak kena marah oleh Bu Retno yang selalu mengintai para muridnya yang tidak mengenakan seragam sesuai dengan tata tertib yang telah dibuat. Untuk murid yang terlambat atau tidak memakai atribut lengkap, sudah dipastikan akan dibuat barisan baru dan akan dikenakan hukuman.

Gadis mungil itu sibuk mencari dasinya yang sudah ia siapkan di dalam tasnya. Sedari tadi Alena sudah berulang kali membuka satu persatu resleting tasnya, namun tetap ia tidak menemukan aksesoris yang dicarinya, hal itu membuat dirinya menjadi panik.

"Gimana Len, udah ketemu belum?" tanya sahabatnya yang baru saja datang dari kamar mandi.

"Belum. Gimana nih Rin, ntar gue bisa dihukum kalo nggak pake dasi, atau gue beli aja ya? Tapi mana cukup duit gue." ujar Alena dengan mencebikkan bibirnya.

Bunyi bel telah terdengar, siswa-siswi pun berhambur turun untuk melaksanakan upacara bendera di lapangan, yang sudah dipersiapkan oleh para OSIS baru, yang Hari Jumat kemarin baru saja sertijab.

Saat sampai di lapangan, sudah banyak orang yang sudah berbaris rapih sesuai dengan kelasnya. Adrew, pria dingin itu baru saja turun ke lapangan. Dirinya memilih turun belakangan daripada harus berdesak-desakan dengan orang banyak.

Pria itu berjalan sambil menggunakan jemari tangannya untuk menyisirkan rambut ke belakang, kemudian menyampirkan topi putih abu-abunya di atas kepalanya. Beberapa saat kemudian, tatapannya jatuh pada gadis yang tengah panik dan terus mengeluh pada sahabatnya.

Barisan upacara di sekolah itu tidak dibuat perangkatan, bertujuan untuk menertibkan saat berlangsungnya upacara. Barisan kelas IPA 1 digabung, baik kelas sepuluh, sebelas, dan juga dua belas. Begitupun, dengan kelas IPA 2, IPA 3, dan kelas-kelas lainnya yang mengikuti urutan nama belakang kelas. Karna barisan kelas Adrew dan Alena bersampingan, menyebabkan jarak antara Adrew dengan Alena tidak terlalu jauh, sehingga Adrew dapat mendengar jelas ucapan yang keluar dari bibir Alena.

"Airin gimana kalo Bu Retno ngeliat gue gak pake dasi, bisa dihukum gue, ihhh! gua takut Rin," keluh Alena pada Airin yang tampak bosan mendengarnya, sudah berapa kali saja gadis itu mengeluarkan kata-kata itu.

"Enggak Alena, kalo nasib lu baik Bu Retno gak bakal ngeliat lo kok, percaya ama gue!" ucap Airin menenangkan Alena yang sedari tadi mengoceh ketakutan.

"Iya kalo hari ini gue beruntung, kalo enggak gimana? Ya Allah tolong Alena, semoga hari ini Alena beruntung." mohon gadis itu sambil mengadahkan tanganya layaknya berdo'a.

Adrew tersenyum tipis melihat tingkah aneh gadis yang berstatus menjadi pacarnya, walau sedang break. Pria itu berjalan mendekat ke arah Alena, sembari mencopot dasi miliknya. Adrew menarik tangan Alena dan membawanya supaya menjauh sedikit dari orang-orang.

"Pake." Adrew menyerahkan dasinya pada Alena. Tetapi, gadis itu malah terdiam sambil menatap pria itu tidak percaya.

Tidak ada respon dari Alena, Adrew langsung mengalungkan dasinya di leher Alena, membuat gadis itu terkejut. Alena bungkam, tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Kemudian Adrew berjalan kembali ke barisannya, membiarkan Alena yang mematung di tempatnya. Tersadar dan merasa Adrew sudah tidak di dekatnya Alena langsung cepat merapihkan dasi yang diberi Adrew dan lari ke barisan semula.

Upacara akhirnya berlangsung, seperti biasa Ibu Retno, guru yang menyandang sebagai guru BK, kini tengah mengintai para siswa, untuk mencari murid yang tidak mengenakan atribut lengkap. Tepat di barisan 12 IPA 1 Bu Retno memberhentikan langkahnya, melihat Adrew tidak menggunakan dasinya, kemudian itu guru itu geram dan menegur pria tak berekspresi itu.

Perfect Couple [Completed]Where stories live. Discover now