Kepergiannya-end

1.5K 45 11
                                    

Jika ada kata pertemuan di situ juga pasti akan ada kata perpisahan

***

Rumput-rumput hijau telah menjulang tinggi di atas gundukan tanah yang ditancapkan oleh batu nisan berwarna putih. Setelah memanjatkan doa kepada Tuhan, Adrew menaburi bunga di atas gundukan itu, lalu mengusap batu nisan secara lembut, tatapan pedih di mata pria itu tak kunjung hilang sejak masuk ke pemakaman yang tengah dikunjunginya.

Sebuah tangan mengusap pundak Adrew, bertujuan menguatkan pria itu. "Ikhlasin," katanya sambil menyunggingkan senyum.

Adrew berdiri mensejajari gadis di sebelahnya. "Makasih," balas Adrew diangguki gadis itu.

"Pasti Nenek kamu lagi tersenyum di sana liat kamu ke sini. Apalagi tahu Airin udah nemuin keluarganya," Adrew mengambil kedua tangan Alena dan digenggamnya erat kedua tangan mungil itu.

"Itu semua karna lo. Kalo waktu itu gue gak ke kelas lo, pasti sampai sekarang gue gak tau di mana adik gue," ujar Adrew tersenyum hangat, senyuman yang jarang dilihat oleh orang-orang dari seorang Adrew Haris.

Pagi di hari libur ini, Adrew meminta Alena untuk menunjukkan di mana kuburan neneknya, tanpa mau mengajak yang lainnya. Alhasil, di sinilah sekarang mereka berada, pemakaman umum yang letaknya tidak jauh dari rumah Alena.

"Bukan karna aku, tapi itu semua karna takdir." jawab Alena karna merasa tidak pernah melakukan apapun untuk Adrew.

"Pulang," titah pria itu, dengan menarik tangan Alena keluar dari pemakaman.

Karna faktor jarak rumah Alena dengan pemakaman tidak terlalu jauh, jadi tidak perlu memakan waktu yang lama, akhirnya kini mereka sampai di rumah minimalis bercat biru milik Alena.

"Mau minum apa?" tawar Alena pada Adrew yang duduk di teras rumah gadis itu.

"Air putih aja," Alena mengangguk, kemudian masuk ke dalam rumahnya.

Sembari menunggu, Adrew beranjak dari kursi beralih pada bunga-bunga mawar yang tampak ingin layu. Tanpa berfikir panjang, pria itu mengambil selang yang tersedia di halaman rumah Alena, lalu tersiramlah bunga-bunga mawar itu dengan air segar.

Selesai Adrew menyirami, pria itu kembali duduk pada kursi dibarengi dengan Alena yang keluar dengan membawa dua piring nasi goreng dan air dingin yang gadis itu letakan di atas nampan.

"Makan dulu ya. Ini aku buatin nasi goreng. Aku tahu pasti kamu tadi belum sarapan," ujar Alena seraya menaruh nasi goreng dan airnya ke meja.

"Tahu darimana?"

"Soalnya kamu ke sini tuh pagi banget, jadi mana sempet nungguin mama kamu masak," jawab Alena membuat Adrew tersenyum, namun senyumnya seketika memudar setelah matanya menangkap ada luka goresan yang ada di dahi Alena.

"Dahi lo kenapa?" tanya Adrew dengan seksama.

Tiba-tiba saja logat Alena berubah, gadis itu menurunkan beberapa helai rambutnya untuk menutupi luka di dahinya. Alena tersenyum berusaha menunjukan saat ini ia tengah baik-baik saja.

"Maaf ya, kita makannya di luar, soalnya rumah aku kosong," ujar Alena menyanggah pertanyaan Adrew mengenai lukanya. Tapi tangan Adrew bergerak menyampirkan rambut Alena, hingga terlihat jelas dahi Alena, benar ada bercak luka di sana.

"Siapa yang ngelakuin ini?" tanya pria itu terdengar serius tidak main-main.

"I-ini...ini tadi aku...aku kejedot aja," jawabnya terdengar bohong, Adrew tahu itu.

"Gak usah diperpanjang. Ayok di makan nasinya!" mereka pun sama-sama mengambil nasi goreng itu, lalu menyantapnya.

"Gimana rasanya?" tanya Alena ketika melihat Adrew memakan masakannya dengan lahap.

Perfect Couple [Completed]Where stories live. Discover now