Extra Chapter - 2

2.7K 96 21
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


💫💫💫

"Ingat, dong. Chandra itu temen SMA kita, 'kan, San?"

Sandra menggeser duduknya semakin mendekat. "Sebanyak apa yang lo ingat?"

Bunga membuat gestur berpikir. Mencari tau hal apa saja yang ia ingat dari sosok bernama Chandra.

"Dia ada di ruangan gue waktu gue baru selesai operasi. Itu pertama kali dia kenalin diri ke gue."

Sandra dan Gilang kembali bersitatap.

"Kita nggak banyak cerita. Dia cuma bilang kalo kelas dia sebelahan sama kelas gue dulu. Dan jenguk gue karena katanya temen harus ada rasa saling peduli."

"Habis bilang gitu dia langsung pamit pulang. Dan setelah empat tahun, baru seminggu belakangan dia sering hubungin gue lagi." Bunga menutup ceritanya seraya mematikan televisi.

"Dia dapat nomor kamu dari mana, Dek?" sambar Gilang cepat.

"Nggak tanya, sih. Bisa aja, 'kan, dari temen sekolah yang lain?"

"Emangnya lo punya kontak temen SMA?"

Bunga tersenyum lebar, baru tersadar kalau ia sama sekali tidak memiliki kontak siapapun selain Sandra dan Ghena.

"Apa dulu gue anak yang cupu?" Bunga mempertanyakan alasan kenapa ia tidak punya kontak teman semasa ia sekolah dulu. Bisa saja ia anak yang cupu dan hanya perduli pada nilai di sekolah. Sehingga memungkinkan untuk dijauhi anak-anak yang lain.

"Siapa bilang? Adeknya kakak populer, kok, di sekolah," sahut Gilang mengusap rambut Bunga.

Kepalanya menoleh ke samping, menatap Gilang memicing curiga. "Bohong, ya? Buktinya dulu aku nggak punya temen selain Sandra."

"Ya itu salah lo sendiri. Lo tau nggak, sih, lo dulu itu galak banget."

"Beruntung lo cantik, pintar, jago basket, sama jago bela diri. Kalo nggak ya dijauhin, deh, lo."

Wajah datar langsung tersemat pada Bunga sesaat setelah mendengar ocehan Sandra. Gadis itu bangun dari duduknya membuat mata Sandra mengikuti gerakan gadis berkulit sawo matang itu.

"Gue mau jalan sebentar. Lo di sini aja dulu, lagian lo mau main sama Saifa, 'kan?" Bunga melirik Sandra seraya berjalan mundur dengan gerakan tangan memutar kunci.

"Oke."

Dan Bunga pun kembali berjalan seperti biasa meninggalkan rumah Gilang. Gadis itu bersiul kecil, mobilnya mulai bergerak perlahan menuju jalan raya.

Suara notifikasi dari ponselnya mengalihkan perhatian gadis itu. Dalam sekali lirikan pun ia tau siapa orang yang sedang mengiriminya pesan beruntun seperti itu.

Digesernya layar ponsel saat ada panggilan di sana.

"Ketemu, yuk? Gue tunggu sekarang di Cafe D'Awhouse."

Bunga (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang