Empat Puluh Lima

1.5K 71 4
                                    

💫💫💫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💫💫💫

"Saat kamu menyakiti seseorang, tidak perlu repot-repot mengejarnya hanya untuk sebuah kata maaf. Yang harus kamu lakukan adalah mencoba sekeras mungkin agar tidak menyakiti orang lain lagi."

💫💫💫

"Lo cowok terbajingan yang gue kenal!"

Amarah Sandra meluap-luap saat ia melihat wajah Chandra pagi ini di depan kelasnya.

Beraninya cowok itu datang ke kelasnya dan bertanya tentang keadaan Bunga.

"San, gue--"

"Diem lo!! Lo nggak ada hak buat bela diri lo sekarang karena semua orang juga tau kalo lo itu kurang ajar!"

"Lo itu cowok apaan, hah?! Lo masih pacaran sama Bunga, eh, sekarang malah tunangan sama Tyas centil itu!"

"Gue sama Bunga udah putus kalo lo lupa," geram Chandra karena dipermalukan seperti ini. Niatnya baik. Hanya ingin bertanya keadaan Bunga. Ia rindu Bunga-nya.

Apa itu salah?

Sandra ternganga tak percaya. Bunga tak menceritakan bagian itu padanya. Jadi, mereka sudah putus?

"Terserah. Tapi, lo tetep bakal ber-title cowok bangsat mulai sekarang. Tega banget lo buat Bunga kaya gini, Chan. Dia bener-bener sayang sama lo. Dia kasih sepenuhnya hati dia buat lo dan ini balasan lo? Pengkhianatan?!"

"Gue juga kasih hati gue semuanya buat dia!" tekan Chandra.

Sandra menggeleng pelan. "Itu dulu. Sampai akhirnya lo tanpa sadar membagi hati lo buat Tyas. Dan sekarang lo nyingkirin posisi Bunga karena kebodohan lo itu."

"Lo tunangan Tyas, 'kan, sekarang?" Sandra melirik Tyas yang berdiri di belakang Chandra. Menyusul cowok itu ke sana. "Kalo gitu semoga kalian bahagia, Chan. Doain juga supaya Bunga bahagia dan cepet lupa sama cowok brengsek kaya lo."

Lagi, Sandra menangis tanpa sadar. Ini terlalu menyakitkan untuk ditanggung. Ia yang hanya sahabat Bunga saja merasakan sakit yang teramat sangat. Lalu, bagaimana kabar hati Bunga?

Tyas tertunduk dalam di belakang Chandra. Gadis itu menarik seragam Chandra dan berbisik agar mereka kembali ke gedung IPA saja.

Chandra menghela napas panjang. Hatinya tak karuan saat ini. Chandra begitu merindukan Bunga. Rasa penyesalan terus mampir di pikirannya. Ia pun tak mengerti kenapa semua bisa jadi seperti ini.

"Gue nggak masalah kalo lo semua mau caci maki gue, marahin gue, ngatain gue. Tapi, jangan Tyas. Jangan dia. Cukup salahin gue," ujar Chandra dengan mata yang sudah memanas.

Tyas sendiri sudah terisak di belakangnya. Gadis itu masih memegang seragam Chandra.

Sandra membuang wajahnya ke samping. Merasa tak tega melihat wajah memelas Chandra. Mau bagaimana pun, mereka sudah bagai sahabat.

Bunga (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang