Tiga Puluh

1.5K 87 5
                                    

Bisa tebak yang di sebelah kiri Bunga siapa? :D

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bisa tebak yang di sebelah kiri Bunga siapa? :D

💫💫💫


   Sudah hampir dua minggu ini Bunga dan Chandra terus belajar bersama di perpustakaan saat jam istirahat.

Berbagi ilmu, saling sharing untuk materi yang sulit dipahami.

"Seminggu lagi kita ujian loh," tutur Chandra disela mengunyah rotinya.

Bunga berdehem masih fokus pada tumpukan soal di depannya. Memukul pelan pipi Chandra, memberi peringatan agar ia mengunyah habis dulu roti di mulutnya.

"Bunga, kalo gue siapin permintaan gue sekarang gimana?" Chandra berbisik, mendekat pada Bunga seraya mengantongi bungkus rotinya.

Alis Bunga menukik tajam, memandang jengkel ke arah Chandra. "Lo barusan secara nggak langsung meremehkan gue, hah?!" tudingnya dengan pena menunjuk wajah Chandra.

Sambil menurunkan tangan Bunga, Chandra terkekeh lalu menyahut, "Nggak lah, gue cuma bangga sama kepintaran gue."

Bunga memutar bola matanya sebal. Kembali fokus pada soal-soal yang sedikit sulit ia pahami. Entah kenapa ia yakin Chandra bisa menjawab soal itu jika saja ia mau bertanya. Namun, egonya terlalu tinggi.

Ia malu jika terus bertanya, sedangkan Chandra sama sekali tidak pernah bertanya apapun padanya. Sepintar itukah Chandra? Bunga benar-benar serius, saat ini ia penasaran.

Lihat saja buktinya saat ini. Chandra sudah selesai dengan soal-soalnya di saat Bunga masih bingung dengan dua puluh soal terakhir.

Keheningan merebak di antara mereka. Bunga masih terus memutar otaknya, Chandra sendiri sejak tadi hanya menumpukan dagunya di atas lengannya yang ia taruh di atas meja sambil memperhatikan wajah Bunga dari samping.

Tak lupa tangannya memainkan rambut Bunga yang hari ini ia biarkan tergerai indah.

Bunga grogi.

Tapi, ia menepis rasa itu agar tetap fokus pada soal.

Gadis itu sedikit meringis saat ia kembali merasakan sakit di kepalanya. Sakit itu semakin lama semakin kuat.

Bunga berpikir sebentar lagi sakit itu mungkin akan hilang. Jadi, ia hanya membiarkannya.

"Bunga!! Lo kenapa?" Chandra berdiri tegak. Menyelipkan anak rambut Bunga ke belakang telinganya. Kemudian meraih beberapa lembar tissue dari dalam tas gadis itu.

Ia menempelkan tissue itu di hidung Bunga. Bunga mengernyit bingung.

"Kenapa?"

"Hidung lo berdarah, Sayang. Lo kok malah nanya kenapa? Nggak sadar?" Chandra memekik heboh mengundang tatapan murid lain bahkan sampai penjaga perpustakaan.

Bunga (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang