Tiga Puluh Satu

1.5K 80 3
                                    

Wanjay ಥ_ಥ Aku pen jadi wafernya :( Tapi cuma di bagian Chandra aja :v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanjay ಥ_ಥ Aku pen jadi wafernya :( Tapi cuma di bagian Chandra aja :v

💫💫💫

"Percayalah. Aku hanya ingin kamu. Tak ada yang lain."

💫💫💫

"Aku nggak mau Bunga sampe tau!"

Chandra dan Bunga saling bersitatap mendengar suara itu.

Suara siapa?

Bunga mencolek bahu Chandra dan menyuruh cowok itu untuk melihat ke luar. Chandra bangun dari duduknya dan berjalan cepat, meraih gagang pintu kemudian membukanya.

Dahinya mengerut saat melihat tak ada siapa pun di luar sana. Chandra menoleh ke kanan dan kiri. Namun, benar-benar tak ada siapa pun.

Ia memilih untuk kembali menutup pintu dan duduk di sebelah brankar Bunga.

"Nggak ada siapa-siapa," ujar Chandra menggelengkan kepalanya.

"Masa? Tadi ada yang nyebut nama aku, itu siapa?" tanya Bunga heran. Matanya melirik pintu lamat-lamat.

Berharap akan ada yang masuk ke ruangan bernuansa putih itu.

"Emang nama Bunga cuma lo?"

Bunga mendecih sinis. Kesal pada Chandra.

"Dasar pacar durhaka," decaknya menyentil kening cowok itu.

Chandra tersenyum lebar, mengusap kening Bunga, semakin turun ke pangkal hidungnya. Lalu mencubit hidung gadis itu.

"Pacar gue kok bisa cantik gini, ya?" gumamnya memperhatikan wajah Bunga.

Bunga tersenyum, kemudian terkekeh pelan. "Kalo ganteng namanya bukan cewek," balasnya mencubit pipi Chandra sekilas.

"Oiya, Ayah Bunda mana? Kak Gilang dateng nggak tadi?" Bunga menatap Chandra yang sedang memainkan jari-jarinya.

Entah sejak kapan, Chandra sering sekali memainkan jarinya seperti ini. Tapi, yang pasti Bunga suka. Ia senang dengan apapun yang Chandra lakukan padanya. Selama itu berdampak baik.

Tapi, Bunga tidak merasa bahwa yang terjadi sekarang berdampak baik. Karena dalam diamnya, Bunga menahan senyumnya dan jantungnya berdetak cepat.

Tak apa. Ia menikmati sensasi itu.

Chandra tak menjawab pertanyaannya. Cowok itu hanya berdehem sekali lalu kembali sibuk dengan jari-jari tangan Bunga.

Bunga pun tak lagi bertanya. Gadis itu meraih ponselnya dengan tangan kanan dan membalas chat dari Sandra.

Memang siapa lagi yang akan menanyakan keadaannya? Mungkin banyak, tapi Bunga tidak sembarangan membagikan nomor handphone-nya, kecuali pada orang terdekatnya.

Bunga (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang