Enam

3.1K 239 109
                                    

"Kalo lo emang nggak mau balas perasaan gue, nggak masalah. Tapi gue takut lo nyesal karena balas perasaan gue di saat gue udah lupain lo"

💫💫💫

      Bunga kesal, Bunga marah, Bunga jengkel. Ia heran bagaimana bisa Chandra dan Gilang menjadi dekat hanya dalam satu kali pertemuan. Bunga mencak-mencak di kamarnya karena hari minggu yang harusnya tenang, dengan ia menonton kartun-kartun kesukaannya ditemani oleh salah satu kakaknya atau keduanya tidak dapat terwujud karena kedatangan Chandra ke rumahnya.

Bunga sudah merajuk dan membujuk Gilang supaya menemaninya, namun ditolak secara halus oleh Gilang. Bahkan Clara ikut-ikutan tidak mau menemaninya saat melihat Chandra yang katanya cogan bule. Jarang-jarang bisa melihat cowok limited edition seperti Chandra. Padahal sendirinya juga bule, pikirnya.

Bunga membuka pintu kamar dan berjalan ke gazebo taman belakang--tempat Chandra, Gilang dan Clara berada. Ia berdiri agak jauh dari mereka dan bersedekap. Sampai akhirnya Chandra yang menyadari keberadaannya pertama kali.

"Bunga! Sini."

Bunga tetap bergeming di tempatnya. Saat Clara melihatnya ia memberi isyarat agar Clara mendekat. Mau tak mau Clara berjalan ke arah Bunga dan bertanya, "apa?"

"Kak, ayo temani nonton," rengek Bunga. Seketika raut wajahnya berubah menjadi manja, tidak seperti sebelumnya dengan memasang wajah datar.

Lagi-lagi Chandra terpesona. Kalau begini ceritanya ia bisa jatuh cinta setiap hari dengan Bunga. Otomatis ia menghentikan game-nya, mengabaikan Gilang yang kesal dengannya.

"Nggak ah, kamu cuti sehari dulu nonton kartunnya." Clara hendak berjalan kembali ke gazebo saat Bunga menarik lengan bajunya.

"Ya ampun. Adik bayi satu ini," keluh Clara mendesah lelah. Clara memanggil Gilang dan menyuruh cowok itu ke tempat mereka berdiri.

"Ini adik bungsu lo minta ditemeni nonton."

Gilang bergumam tidak jelas kemudian menatap wajah memelas Bunga. "Yaudah. Ayo."

Bunga bersorak girang kemudian memeluk leher kedua kakaknya. Ia menyeret mereka yang sudah membungkuk mensejajarkan tinggi tubuh Bunga menuju ke ruang keluarga.

"Chan. Ayo!"

Seketika semangat Bunga memudar saat Gilang mengajak Chandra ikut serta. Bunga berhenti dan menatap Gilang dengan wajah gusar. "Kok dia di ajak?" tanya Bunga menunjuk wajah Chandra tanpa mau menatapnya.

Clara menurunkan tangan Bunga. "Nggak sopan," tegurnya.

"Ajak Chandra atau nggak sama sekali?" Gilang memberikan pilihan.

Dengan sangat amat terpaksa Bunga mengiyakan permintaan Gilang. Akhirnya Chandra mengikuti mereka ke dalam.

💫💫💫

"Ih Chan. Itu lo jangan lelet entar kita kalah."

"Iya kak. Tenang aja, gue ahlinya."

"Wow Chan. Lo keren loh mainnya."

"Jelas. Kan gue udah bilang gue ahlinya."

"Chandra. Lo kok ganteng banget sih? Eh nggak, lo cute bukan ganteng."

Bunga bergeming di tempatnya duduk dengan wajah datar menahan kesal. Ia meminta mereka menemani ia nonton. Ya mereka memang setuju, tapi kalau ribut begini siapa yang bisa nyaman?

Seumur-umur baru kali ini Bunga benci hari minggu. Dengan gerakan kasar ia berdiri, membuat ketiga manusia yang sedari tadi mengabaikannya menoleh padanya.

Bunga (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang