Sepuluh

2.5K 145 69
                                    

Chandra tampan uhh 😘😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chandra tampan uhh 😘😘

💫💫💫

"Jangan terlalu berpatok di masa lalu. Tapi, juga jangan melupakan masa lalu itu, karena hal itu bisa menjadi pegangan untuk masa depan."

💫💫💫

"Angga."

"Ya?"

"Aku mau kita putus."

Cowok bernama Angga itu terkejut mendengar pernyataan Bunga. Ia tertawa kecil lalu mencubit kecil hidung mancung Bunga. "Nggak usah sok-sok ngerjain aku, deh," ucapnya lalu kembali ke aktivitasnya.

Bunga mendengus kasar sambil membuang pandangan ke luar cafe. "Aku nggak bercanda! Pokoknya kita putus. Titik!"

Napas Bunga memburu saat ia membuka matanya. Diusapnya wajahnya kasar kala menyadari barusan ia terbangun karena mimpi buruk. Mimpi yang benar-benar kelam, menurutnya.

Sang surya mulai terbit di ufuk timur. Memamerkan kemegahannya yang hanya dimiliki olehnya. Suara burung menciap terdengar bersahutan menambah kedamaian khas pagi hari.

Bunga beranjak dari kasurnya dan membuka tirai balkon dan jendelanya. Cahaya yang awalnya malu-malu menunjukkan dirinya kini sudah sepenuhnya memenuhi kamar Bunga.

Cewek itu berdiri di balkon sambil merenggangkan tubuhnya. Ia mengumpulkan rambutnya lalu menggelungnya ke atas. Bunga memegang pagar balkon dan menumpukan tubuhnya di sana.

"Nikmat Tuhan mana lagi yang manusia dustakan." Sebuah teriakan mengagetkan Bunga. Pegangan cewek itu di pagar balkon sedikit menggoyah. Membuat tubuhnya sedikit limbung.

"Awas jatuh, Cantik. Ceroboh banget sih lo!"

Kampret banget sih, nih cowok! Pikir Bunga kesal. Cewek itu menghentakkan kakinya lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya lagi. Ia enggan melihat wajah cowok itu terlalu lama. Sekarang saja ia sudah merasa gerah.

"Dek. Kamu udah bangun?" Suara Gilang menggema di dalam rumah. Kakak keduanya itu menggedor-gedor pintu kamar Bunga, bermaksud membangunkan cewek itu.

Bunga mendengus kesal mendengar suara kakaknya itu. Bikin malu saja. Ia berjalan mendekat ke pintu tapi tidak menyaut sedikit pun. Suara Gilang semakin besar dan gedorannya juga menjadi kuat.

"Dek udah bang--" Sebelum Gilang menyelesaikan ucapannya, pintu kamar Bunga sudah terbuka membuat ia mengernyit heran. "Kok udah bangun aja sih, Dek?"

Bunga memutar bola mata kesal. "Bangun cepat salah, lambat bangun juga salah. Yang nggak salah apa? Aku nggak bangun-bangun?"

Gilang mendelik, sejurus kemudian memukul bibir Bunga. "Hush! Ngomong suka bener," ucapnya sambil terkekeh.

"Iya. Biar Kakak nggak punya adek lagi," sinis Bunga seraya berjalan ke kamar mandinya. Suara kekehan Gilang terdengar, setelah itu dia menutup pintu kamar Bunga.

Bunga (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang