Empat Puluh Tiga

1.3K 72 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


💫💫💫

"Jadi ini pengkhianatan atau karma?"

💫💫💫

"Kak Gilang beneran nggak mau nganterin aku?"

Gilang menggeleng sambil menyengir lebar. Bunga merutuk sebal melihat ekspresi kakaknya itu.

"Kok senyum-senyum terus, sih?"

"Dek, kayanya kakak jatuh cinta, deh," gumam Gilang dengan pandangan menerawang.

"What?" Mata Bunga melotot kaget karena penuturan Gilang. "Sama siapa?!"

"Sama adik temen kakak," sahut Gilang. Cowok itu tersenyum-senyum membayangkan gadis yang ia sukai.

"Siapa namanya? Sekolah di mana? Atau adik tingkat kakak?"

"Dia satu sekolah sama kamu."

Bunga syok luar biasa. "Kakak suka sama dedek gemes?!" pekiknya.

Gilang terkekeh lalu mengacak rambut Bunga. "Kamu ingat nggak? Waktu kakak pernah minta kamu temenin kakak ke ulang tahun adik temen kakak. Nah, itu dia."

Bunga mengetuk-ngetuk bibir bawahnya dengan jari telunjuknya. Mencoba mengingat kapan hal itu terjadi. Tiba-tiba matanya berbinar semangat.

"Aku ingat! Kakak pergi duluan terus aku perginya sama Chandra, 'kan?"

"Iya, dek!" Gilang ikut semangat karena Bunga sudah mengingatnya.

"Jangan bilang ...," Bunga memberi jeda sejenak, "cewek itu Ghena?"

"Iya, dia Ghena. Menurut kamu gimana?"

Bunga hampir tak percaya karena hal ini. Setelah dua puluh tahun lebih kakaknya tak pernah jatuh cinta, akhirnya sekarang ia mengenal perasaan bernama cinta itu.

Bunga merasa harus bertemu Ghena dan berterima kasih pada cewek itu. Tak lama gadis itu mengangguk semangat pada Gilang. "Aku setuju kalo kakak sama dia. Ghena baik, kok. Aku suka walaupun kami cuma kenal-kenal gitu doang," ujar Bunga memberi restu pada kakaknya.

"Untung aja kakak nemuin cewek yang pas." Gilang mendesah lega.

Bunga mengangguk seraya tersenyum simpul. "Yaudah, deh. Kakak mau pergi dulu, ya. Kakak udah ada janji sama Ghena. Dah." Gilang mencium puncak kepala Bunga lalu berlari kecil keluar rumah.

Bunga menenggelamkan tubuhnya di sofa. Ia mengerucutkan bibirnya karena sepertinya ia tidak jadi ke toko buku.

"Hai."

Bunga terkejut saat tiba-tiba seorang cowok duduk di sebelahnya dengan tangan mengulur ke belakang kepalanya.

"Dih, gue kira siapa."

Bunga (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang