36 • Setidaknya berhasil

Start from the beginning
                                    

“Ria,” Panggil seseorang sudah berjalan mendekat ke tempat dimana Ria sedang duduk sibuk mengecat papan bertuliskan ‘NKRI harga mati’.

“Eh, Ta, barusan gue mau cari lo.” Ria tersenyum.

“Cari gue?”

“Iya, gue mau numpang lo, pulang.” Ucap Ria membuat Dita lagi-lagi tersenyum penuh kebahagiaan.

“Demar udah engga ada, Wira juga, sekarang engga ada siapa-siapa lagi yang bakal gagalin rencana gue ini.” Batin Dita.

“Lo masih lama engga? Anak osis lain udah pada pulang nih.” Ucap Dita.

“Dikit lagi, entar gue nyusul lo pada, di parkiran deh.” Setelah mengucapkan itu pun, Dita dan kedua temannya pergi menuju area perkiran dan menunggu.

Sementara Ria yang masih sibuk dengan pekerjaanya itu akhirnya selesai dengan hasil yang membuat dirinya mampu tersenyum lega.

Setelah memasukkan papan itu ke gudang penyimpanan, Ria menguci gudang penyimpanan tersebut lalu ia memakai kembali hoddie yang dibelikan oleh Wira itu dengan tergesah-gesah.

Lalu berlari menuju parkiran menyusul Dita yang sudah menunggu itu.

“Ta,” Panggil Ria sudah berlari mendekat ke arah tiga perempuan yang sudah bersandar santai di mobil berwarna merah itu.

Terlihat Dita dan kedua temannya sedang meminum air botol mineral dingin disana.

Ria yang sudah sampai tepat dihadapan mereka bertiga langsung bertanya.

“Gue, gue boleh minta dikit engga airnya?” tanya Ria sambil menghapus air keringat yang terdapat pada dahinya itu.

Teman Dita langsung membuka kantong yang dipegangnya itu, mengeluarkan sebotol air mineral yang masih terisi penuh.

Ria lalu menerima air mineral botol tersebut sambil mengucapkan terima kasih, baru saja ia membuka penutup botol dari air mineral tersebut sebuah tangan dari arah sampingnya merebut cepat botol yang sedang digenggam oleh tangan kanannya itu.

Dengan cepat laki-laki itu melempar botol air mineral tersebut ke sembarang arah.

Ria terkejut melihat siapa laki-laki tersebut, begitu juga dengan ketiga perempuan yang berada didepan Ria itu membuka mulut lebar-lebar karena masih tidak percaya.

“Nih, gue udah beli yang dingin, minum ini aja.” Ucap laki-laki itu dengan senyuman menghiasi wajahnya.

Ria masih tidak habis pikir, Ria masih menatap manik matanya.

Lalu tidak lama kemudian, Ria mengkibaskan tanganya ke arah botol yang disodorkan oleh lelaki itu.

Dengan keras dan juga cepat, botol air mineral yang berada ditangan laki-laki itu terlepas kemudian terjatuh menghantam tanah karena laki-laki tersebut yang tidak terlalu kuat memegang botol air mineral dingin tersebut.

“Main seenaknya lo buang air tadi, berarti gue juga berhak buang air yang lo kasih itu seenaknya.” Ucap Ria dengan emosi yang memuncak.

Laki-laki itu kemudian mengambil kembali botol yang terhempas jatuh ke tanah itu, ia ambil kembali botol yang tersisa setengah itu airnya.

Lalu ia sodorkan kembali kepada Ria lagi. “Gue tau lo haus, Ri, nih minum dulu.” Laki-laki itu masih saja terus tersenyum.

“Lo gila, ya.” lalu Ria mengambil botol yang disodorkan kembali laki-laki itu.

Laki-laki itu lantas tersenyum lebih lebar lagi, namun detik selanjutnya membuat dirinya tidak tau harus melakukan apalagi.

Ria melempar botol air mineral yang ia berikan barusan ke sembarang arah seperti dirinya melempar botol air mineral yang diberikan oleh Dita ke Ria tadi juga ke sembarang arah.

“Lain kali kalau lo seenaknya seperti itu, jangan pernah anggap gue sebagai teman lo, lagi.”

Setelah itu Ria menarik tangan dari Dita untuk masuk ke dalam mobil merah milik Dita itu dengan cepat, reaksi Dita dan kedua temannya itu masih tidak berubah, masih shock.

“Ria, gue aja yang antar lo pulang,” Ucap laki-laki itu mengetuk kaca mobil. “Ri, buka dulu kacanya, gue mau Lo ikut gue pulang.”

Ria yang berada di kursi samping pengemudi itu tidak menghiraukan ketukan kaca dari laki-laki itu.

"Ria, tolong buka, gue aja yang ngantarin lo."

Ria masih tidak menghiraukan perkataan maupun ketukan dari Demar pada kaca mobil disamping kursi pengemudi itu.

Hingga akhirnya mobil itu pun melaju meninggalkan laki-laki itu.

Laki-laki yang sedari tadi masih menatap mobil merah yang sudah pergi dari area lapangan parkir menuju keluar dari gerbang sekolah itu pun berusaha untuk tersenyum lagi dan lagi.

Ia lantas berjalan ke arah mendaratnya botol air mineral yang sudah ia beli tadi dilempar oleh Ria itu.

Mengambil botol tersebut dan ia membuangnya ke dal tong sampah cepat.

“Setidaknya Ria engga kenapa-kenapa, kalau engga ada gue mungkin rencana Dita tadi bakal berhasil.” Tidak lama dari itu, Demar langsung melajukan motornya untuk bisa menyusul mobil milik Dita itu, mengawasi apakah Dita beneran mengantarkan Ria pulang sampai kerumah atau tidak.

•••

See you in next chapter

37 • Tak disangka

Berusaha itu melelahkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berusaha itu melelahkan

°°°

DEMAR Where stories live. Discover now