23. HURT

690 89 69
                                    

I'm not mad..

I'm hurt..

There's a difference..

-

It hurts..

But..

It's OK..

I'm used to it..

-




Hanbin membuka matanya dan menyadari dia sedang berada di kamar rumah sakit.

Kepalanya masih terasa berat hingga dia memutuskan untuk memejamkan mata lagi ketika didengarnya suara Jeongwoo memanggilnya.

"Hyung..Hanbin hyung, kau sudah sadar? Tunggu sebentar, kupanggilkan dokter untuk memeriksamu.."

Baru saja Jeongwoo bangkit berdiri dari kursi yang didudukinya, Hanbin sudah meraih lengannya, membuatnya berbalik menghadap kakak iparnya itu.

"Jeongwoo..dimana nunamu?"

"Dia di luar bersama ibu..mau kupanggilkan?"

"Iya, tolong ya, Jeongwoo..terima kasih.."

"Nee..hyung, tunggu sebentar.."

Hanbin mendudukkan dirinya, berusaha menahan kepalanya yang berat.

Tak lama kemudian Jinhwan masuk lalu menghampiri suaminya yang sedang bersandar di kepala ranjang.

"Hanbin.."

"Kemarilah.."

Jinhwan segera menghambur ke pelukan Hanbin, lega karena Hanbinnya baik-baik saja.

"Maaf sudah membuatmu cemas.."

Jinhwan menggelengkan kepala.

"Aku yang minta maaf karena tak bisa menjagamu dan memaksamu menemui Appa saat kau belum siap.."

"..untung kau berpikir mengajak Ibu dan Jeongwoo tadi..jika tidak..kau...."

"Hey..aku baik-baik saja..ingatanku kembali berkat kau.."

"..meski menyakitkan tapi paling tidak aku mengingat kejadiannya..dan juga..pelakunya.."

Jinhwan melepas pelukannya.

"Benarkah? Kau melihatnya? Dengan jelas? Kalau begitu kau bisa melaporkannya ke polisi.."

Hanbin tersenyum getir dan menggelengkan kepalanya.

"Meski aku melaporkannya sekarang dan bersaksi bahwa dialah pelakunya, kasusnya tidak akan diproses karena sudah melewati batas yang ditetapkan pengadilan.."

"Apa..sudah terlambat? Tidak ada lagi yang bisa kita lakukan?"

"..kenapa hukum bisa selemah ini? Lalu bagaimana jika orang itu berniat melakukan kejahatan lagi karena merasa dia tidak akan dihakimi atas semua perbuatannya?"

"Hukum di negara kita bahkan di seluruh dunia memang seperti itu..tapi aku yakin orang itu tidak akan lolos dari hukuman Tuhan.."

"Hanbin..tapi..ini tidak adil..untuk pamanmu dan juga kau.."

"Sudahlah..aku tidak ingin lagi memikirkannya..aku hanya ingin melanjutkan hidupku bersamamu dan anak kita.."

Jinhwan tersenyum lembut pada Hanbin lalu memeluknya lagi.

BINHWAN_PERHAPS LOVE_🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang