11. CONFESSION

748 82 59
                                    

"Tinggalkan Hanbin, maka aku akan melepaskan semua urusanku dengan keluarga Kim..aku tidak akan menuntut apa-apa lagi dari mereka..dari awal aku tidak menginginkan posisi dan jabatan apapun itu, tapi aku hanya menginginkanmu, Kim Jinhwan.."
.
.
.

"Jiwon-ssi..aku berterima kasih untuk perasaanmu padaku tapi aku tidak bisa membalasnya.."

"Apa kau mencintai Hanbin?"

"Aku sendiri masih belum yakin dengan perasaanku padanya, apakah ini cinta atau yang lain..yang aku tahu, aku tidak ingin dia terluka dan aku sering mengkhawatirkannya.."

"...kami sudah beberapa kali bertemu tanpa sengaja sebelum kami menikah dan kurasa kami dihubungkan oleh benang takdir yang tidak terlihat.."

"Persetan dengan takdir atau apapun itu, yang aku tahu aku menyukaimu dan akan menjadikanmu milikku.."

Jinhwan tak bisa berkata apa-apa lagi, pria di hadapannya ini entah gila entah bodoh, atau hanya terobsesi dengannya, atau malah hanya ingin bersaing dengan Hanbin melibatkan dirinya.

Jinhwan menyadari bahwa dirinya kini terseret dalam perang saudara antara Jiwon dan Hanbin.

"Jika memang kau belum yakin dengan Hanbin, berarti aku masih punya kesempatan untuk merebutmu.."

"...kau sudah tahu aku mencintaimu, lalu bagaimana dengan Hanbin? Apa dia punya perasaan yang sama denganmu, tidak ingin melihatmu terluka dan apa dia terlihat mengkhawatirkanmu?"

"...kurasa tidak, sepertinya dia hanya bersikap baik denganmu di depan semua orang namun mengacuhkanmu saat kalian hanya berdua saja..aku benar kan?"

"Kau salah, Hanbin tidak seperti itu..dia..dia menjagaku dengan baik.."

"Lihat..kau sendiri tidak yakin dengan jawabanmu.."

"...sudahlah, Jinhwan-ah..tinggalkan dia, aku bisa memperlakukanmu lebih baik darinya, kau hanya membuang waktumu saja jika tetap bersamanya.."

Entah kenapa Jinhwan tidak bisa berkata-kata ataupun membantah ucapan Jiwon, hatinya berdenyut sakit ketika dia sendiri bingung tentang hubungannya dengan Hanbin.

Tapi tetap saja dia tidak bisa pergi meninggalkan Hanbin begitu saja ketika Jiwon memintanya.

Jinhwan bangkit dari kursinya, mulai jengah dengan sikap sok tahu Jiwon.

"Maaf tapi aku harus pergi sekarang..kuanggap pembicaraan kita sudah selesai dan kuharap kau tidak akan mengungkitnya lagi.."

Jinhwan berlalu dari hadapan Jiwon namun tertahan oleh Jiwon yang meraih pergelangan tangannya dari tempatnya duduk.

"Aku tidak akan menyerah, kau harus tahu itu..aku bersungguh-sungguh tentang perasaanku padamu..aku...akan menunggu sampai kau membuka hatimu untukku.."

Tanpa menoleh lagi, Jinhwan menepis tangan Jiwon dan pergi dari kafe itu, meninggalkan Jiwon sendirian.



-----------




Sejak mengakui perasaannya pada Jinhwan beberapa hari yang lalu, Jiwon menepati kata-katanya untuk tidak menyerah terhadap Jinhwan, tetap berusaha mendekati gadis itu meski Jinhwan sama sekali tidak menanggapinya.

Jiwon melakukan banyak hal untuk Jinhwan, memberi perhatian lebih padanya, membantunya dan menemaninya berlatih selama masa latihan sebelum pertunjukan.

Jujur saja, Jinhwan merasa tidak nyaman dengan segala bentuk perhatian yang Jiwon berikan.

Di satu sisi, dia bersimpati pada lelaki itu, merasa senasib karena sama-sama kehilangan sosok seorang ayah saat mereka masih sangat muda.

BINHWAN_PERHAPS LOVE_🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang