22. NO METTER WHAT

Mulai dari awal
                                    

Meski sedang dikuasai kemarahan, Jiwon tetap tidak tega melihat ibunya menangis dan terjatuh lemas seperti itu.

Dengan lembut, Jiwon memeluknya dan menuntunnya untuk berdiri, lalu mendudukkannya di sofa.

Setelah sang ibu tenang, dia mulai bercerita pada Jiwon semuanya, tentang masa lalu Jiyong dan Minhyuk juga tentang kejadian tragis dua puluh tahun lalu.

"Sekarang kau paham kenapa ibu menyuruhmu tetap di kamarmu? Dia..orang yang
berbahaya.."

"..hanya ibu yang tahu tentang semua rahasianya itu.."

"..ibu tidak tahu apa yang akan dia lakukan atau pikirkan jika kau juga mengetahuinya.."

"..dia benar-benar tidak bisa diduga.."


Jiwon mengusap wajahnya dengan kasar, pikirannya masih berusaha mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulut ibunya.

Terlalu banyak informasi mengejutkan yang diterima otaknya sejak beberapa menit yang lalu, membuatnya tiba-tiba merasakan pening di kepalanya.

"Lalu..sekarang bagaimana?"

"..apa yang akan kita lakukan, ibu?"

"Bersikaplah seperti biasa, seakan kau tidak tahu apa-apa.."

Jiwon mendengus kasar.

"Ibu memintaku melindungi kriminal seperti dia?"

"Jaga bicaramu..dia ayahmu, Jiwon-ah.."

"Ibu masih membelanya? Lebih baik aku mati daripada punya ayah sepertinya.."

"..ayahku adalah Kim Jiyong, bukan pria jahat itu.."

"YAA...KIM JIWON!"

"Benar..namaku Kim Jiwon..bukan Choi Jiwon..bahkan ibu sendiri memanggilku seperti itu.."

Tak bisa menahan diri lagi, Jiwon melangkah keluar dari apartemen saat ibunya memanggilnya sekali lagi.

"Jiwon-ah..jangan lakukan sesuatu yang bodoh di luar sana.."

"..dan jangan menemui Pak Choi untuk meminta penjelasan apapun darinya..juga jangan melaporkannya ke polisi.."

"..karena dia sudah tidak bisa lagi dituntut karena kejahatannya itu.."


Helaan napas berat keluar dari bibir Jiwon.

Hatinya begitu sesak..tidak tahu lagi harus bagaimana..


"Jangan khawatir, ibu..aku tidak akan melakukannya.."

"..hanya..beri aku waktu untuk menenangkan diri sejenak.."

"..aku akan kembali.."


Jiwon benar-benar pergi kali ini, ditutupnya pintu tanpa menoleh lagi ke arah ibunya yang menangis tersedu melihat putra kesayangannya perlahan menghilang dari pandangannya.











Setelah melajukan mobilnya tak tentu arah, Jiwon meminggirkan mobilnya di tepi jalan.

Perasaannya remuk redam saat ini.

Marah, kecewa juga frustrasi..itulah yang dirasakannya.

Tangisnya pecah setelah ingatannya melayang pada mendiang ayahnya.

Dipukulnya kemudi mobilnya lalu berteriak sekuat tenaga, meluapkan semua kesesakan yang dia rasakan saat ini.





Tiba-tiba dia merindukan ayahnya, Kim Jiyong..











BINHWAN_PERHAPS LOVE_🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang